Anda di halaman 1dari 9

TEMPLATE NASKAH

BUKTI TRANSFER

Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam Diera Society 5.0

The Scope of Philosophy of Islamic Education in the Era of


Society 5.0
Tuti Supriyanti
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Email:tsupriyanti060@gmail.com
Vetty Milyani,s.pd
Guru Fisika SMA N 5 Batanghari
Email: vettymilyani10@gmail.com

Abstrak Penelitian ini bergungsi untuk mengetahui perkembangan Pendidikan islam diera
society 5.0, penelitian ini dilakukan di SMA N 5 Batanghari, metode yang digunakan ialah metode
kualitatif,hasilnya adalah filsafat Pendidikan islam adalah induk dari segala pengetahuan yang
berkembang sejak zaman Yunani kuno sampai modern,kemudian filsafat itu diartikan sebagai
cara berfikir menurut logika yang dibahas tuntas sampai akar-akarnya, filsafat juga memiliki
peranan yang amat penting dalam system Pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah
dan pedoman dasar untuk meningkatkan kemajuan dan menjadi landasan kokoh bagi tegaknya
system Pendidikan.
Kata kunci: peran penting filsafat Pendidikan islam,metode pembelajaran,society 5.0
Abstract This study serves to determine the development of Islamic education in the era of
society 5.0, this research was conducted at SMA N 5 Batanghari, the method used is qualitative
method, the result is the philosophy of Islamic education is the parent of all knowledge that has
developed since ancient Greece to modern times, then philosophy is defined as a way of thinking
according to logic which is discussed thoroughly to its roots, philosophy also has a very important
role in the education system because philosophy is a provider of direction and basic guidelines to
improve progress and become a solid foundation for the establishment of the education system.
Keyword: The important role of philosophy of Islamic education, learning methods, society 5.0

Bidang ilmu: Pendidikan


Metode: pendekatan kualitatif
Penyedia sumber dana:

Nama Penulis Tuti supriyanti


Email Tsupriyanti060@gmail.com
Nomor kontak (HP) 089531919043
Alamat Surat Jl.lintas jambi-ma.bulian km.14 rt.02 Desa Mendalo indah.
Lrg. Hijriah samping mm green mart. Kec.jambi luar kota,
kab.muaro jambi
PENDAHULUAN

Pendidikan Islam memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan hidup manusia.
Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan terdidik demi
mencapai tujuan pendidikan Nasional. Dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan
serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan pendidikan,
siapakah pendidik dan peserta didik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi
pendidikan tersebut, merupakan pertanyaanpertanyaan yang membutuhkan jawaban yang
mendasar, yang esensial, yakni jawaban-jawaban filosofis. Pendidikan Islam di Indonesia dalam
sejarah panjangnya, mulai pada masa penjajahan sampai Indonesia merdeka menghadapi
berbagai persoalan dan kesenjangan dalam berbagai aspek, berupa persoalan dikotomi
pendidikan, kurikulum, tujuan, sumber daya, serta manajemen pendidikan Islam(Fathurrahman,
2013).

Walaupun dewasa ini pendidikan Islam sering mendapatkan kritikan dari berbagai pihak.
Diantara kritikan tersebut adalah bahwa pendidikan Islam di Indonesia belum menemukan sebuah
paradigma dan cetak biru (blue print) yang sustainable, baik dalam 708 tataran teoritis-filosofis
maupun operasionalnya, sehingga terkesan pendidikan hanya sebagai ajang percobaan (trial and
error). Oleh karena wajar jika muncul sebuah pendapat yang mengatakan bahwa sesungguhnya
pendidikan Islam di Indonesia tidak mewujud secara faktual. Pendapat seperti itu kiranya cukup
beralasan karena penampilan pendidikan itu sendiri yang masih abstrak belum menyentuh
realitas budaya masyarakat Indonesia.
Dalam beberapa dekade terakhir ini muncul kesadaran baru dalam dunia pemikiran
Pendidikan Islam, untuk melakukan rekonstruksi paradigma ilmu dan pendidikan Islam, yang
terilhami dari konsep Islamisasi ilmu pengetahuan yang dicanangkan al Faruqi dan al-Attas. Dalam
konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme adalah aliran yang berupaya merombak tata
susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern, serta
berupaya mencari kesepakatan antar sesama manusia atau agar dapat mengatur tata kehidupan
manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembaga pendidikan
dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang baru. Untuk tujuan tersebut diperlukan kerja sama antarumat
manusia.
Society 5.0 atau bisa diartikan masyarakat 5.0 merupakan sebuah konsep yang dicetuskan
oleh pemerintah Jepang. Konsep society 5.0 tidak hanya terbatas untuk faktor manufaktur tetapi
juga memecahkan masalah sosial dengan bantuan integrasi ruang fisik dan virtual (Skobelev &
Borovik, 2017).Society 5.0 memiliki konsep teknologi big data yang dikumpulkan oleh Internet of
things (IoT) (Hayashi) diubah oleh Artificial Intelligence(AI) (Rokhmah, 2019) menjadi sesuatu yang
dapat membantu masyarakat sehingga kehidupan menjadi lebih baik. Society 5.0 akan berdampak
pada semua aspek kehidupan mulai dari kesehatan, tata kota, transportasi, pertanian, industri
dan pendidikan (Undang- Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Saat ini pendidikan di Indonesia memasuki era 4.0. Trend pendidikan Indonesia saat ini yaitu
online learning yang menggunakan internet sebagai penghubung antara pengajar dan murid.
Perkembangan teknologi rupanya menjadi peluang bisnis dibidang pendidikan dengan mendirikan
bimbel berbasis online.Selain itu perkembangan teknologi juga mengubah tatanan pendidikan di
Indonesia sebagai contohnya:
1. sejak tahun 2013 sistem ujian nasional berubah dari paper based test menjadi online
based test (Pakpahan, 2016).
2. sistem penerimaan penerimaan peserta didik baru dari tingkat SD sampai dengan tingkat
Universitas di Indonesia sudah dilakukan secara 710 online baik dari pendaftaran sampai
dengan pengumuman penerimaan (Rahayu, 2021).

Peran guru atau pengajar dalam era Revolusi Industri 4.0 harus diwaspadai, para pendidik
tidak boleh hanya menitikberatkan tugasnya hanya dalam transfer ilmu, namun lebih
menekankan pendidikan karakter, moral dan keteladanan. Hal ini dikarenakan transfer ilmu dapat
digantikan oleh teknologi namun, penerapan softskill dan hardskill tidak bisa digantikan dengan
alat dan teknologi secanggih apapun (Ariastika, 2022),Risdianto, 2019). Dengan lahirnya society
5.0 diharapkan dapat membuat teknologi dibidang pendidikan yang tidak merubah peran guru
ataupun pengajar dalam mengajarkan pendidikan moral dan keteladanan bagi para peserta didik.
Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui kesiapan Pendidikan Islam dalam menghadapi
society 5.0.

METODE

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Instrument penelitian yang


digunakan dalam pengumpulan data dalah wawancara. Permasalahan yang dibahas ini cukup
dinamis sehingga data yang lebih alami yakni interview langsung dengan narasumber sehingga
didapatkan jawaban yang alamiah. Hasil pengumpulan data kemudian akana dianalisis secara
daskriptif kualitatif yang kemudian disajikan dan terakhir dapat ditarik kesimpulan dam verifikasi.
Dalam rangka pencarian teori, peneliti pengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi dari
narasumber dan kepustakaan dengan topik penelitian. Sumber kepustakaan tersebut didapat
memalui pengumpulan jurnal, dan hasil penelitian terdahulu yang mendukung tema penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitin ini peneliti melakukan wawancara mengenai wawasan guru tehadap filsafat
Pendidikan islam di era society 5.0. berdasarkan hasil wawancara kepada guru yang berisikan 15
poin pertanyan umum untuk mengetahui pengetahuan pendidik tentang filsafat Pendidikan islam
diera society 5.0.
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Apa hubungan ruang lingkup pada Filsafat Pendidikan Islam adalah induk dari segala
kegunaan filsafat Pendidikan islam? pengetahuan yang berkembang sejak zaman
yunani kuno sampai zaman modern. Sedangkan
ruang lingkup filsafat pendidikan Islam meliputi
aspek-aspek tujuan pendidikan, kurikulum,
pendidik, peserta didik, metode, materi, evaluasi,
dan lingkungan pendidikan. Ruang lingkup
tersebut dikaji tuntas menggunakan filsafat
pendidikan islam dimana Peranan filsafat
pendidikan Islam
dalam pengembangan pendidikan
Islam menyumbangkan analisanya kepada
ilmu pendidikan Islam tentang hakikat masalah
yang nyata dan rasional yang mengandung nilai-
nilai dasar yang dijadikan landasan atau
petunjuk dalam proses pendidikan.
2 Bagaimana peranan filsafat dalama Filsafat memiliki peranan yang amat penting
pengembangan Pendidikan islam di dalam sistem pendidikan karena filsafat
Indonesia? merupakan pemberi arah dan pedoman dasar
untuk meningkatkan kemajuan dan menjadi
landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan,
terutama sistem pendidikan islam. Filsafat juga
dapat dikatakan sebagai pemberi rambu-rambu
mengenai apa dan bagaimana seharusnya
pendidikan dilaksanakan.
3 Bagaimana hubungn antara filsafat Filsafat itu dapat diartikan sebagai cara berfikir
Pendidikan islam dengan ilmu menurut logika yang dibahas secara tuntas
Pendidikan islam? sampai ke akar-akarnya. Sedangkan hubungan
antara filsafat pendidikan islam dengan ilmu
pendidikan islam yaitu filsafat berfungsi
mengarahkan teori dari ilmu pendidikan itu
sendiri. Ibarat ada suatu teori atau ilmu
pendidikan yang telah dikembangkan oleh
ahlinya dan kemudian diarahkan cara berfikirnya
menggunakan filsafat agar dapat terealisasikan
pada praktik pendidikan sesuai dengan
kebutuhan yg sedang berkembang di masyarakat.
4 Bagaimana posisi filsafat Pendidikan Posisi Filsafat Pendidikan Islam dalam pendidikan
islam dalam Pendidikan? yaitu sebagai alat atau sarana untuk memahami
dan menyelesaikan permasalahan pendidikan
Islam dengan berdasarkan keterkaitan hubungan
antara teori dan praktek pendidikan.
5 Bagaimana manfaat hubungan Manfaat hubungan antara filsafat dengan
antara filsafat dengan Pendidikan pendidikan islam yaitu filsafat pendidikan islam
islam? memberikan fondasi tanggung jawab kepada
calon-calon guru tentang hakikat setiap praktik
pembelajaran di sekolah. Kajian filsafat juga
melatih mereka untuk memikirkan setiap apa
yang harus dilakukan dan alasan- alasannya
melakukan hal tersebut.
6 Bagaimana pandangan filsafat Filsafat pendidikan islam memandang
Pendidikan islam mengenai pendidikan sebagai proses memanusiakan
Pendidikan dan peserta didik? peserta didik sehingga mampu berkembang dan
beraktualisasi diri dengan segenap potensi asli
yang ada dalam dirinya. Sedangkan dalam
perspektif falsafah pendidikan Islam memandang
peserta didik sebagai seluruh makhluk yg pada
dasarnya sedang berada dalam proses
perkembangan menuju kesempurnaan atau
suatu kondisi yg dianggap sempurna.
7 Mengapa umat islam diajarkan Supaya umat islam menjadi lebih terdidik dan
berfikir melalui filsafat? memiliki pengetahuan, serta mampu menilai hal-
hal di sekitarnya secara objektif. Selain itu juga
supaya manusia menjadi lebih bijaksana dalam
menjalani kehidupannya.
. Metode Pendidikan islam yang mana Metode pembelajaran pendidikan Islam yang
yang paling efektif dalam proses dapat diterapkan, di antaranya adalah metode
belajar mengajar? ceramah, demonstrasi, inquiry, diskusi, resitasi,
karyawisata, sosiodrama, seminar, eksperimen,
diakronik, sinkronik, problem solving,
empiris, keteladanan (qudwah), dll. Sepertinya
mengajar dengan contoh/keteladanan adalah
metode paling kuat dalam pembelajaran Islam.
Ada ungkapan “tindakan lebih efektif daripada
ucapan”. Bahasa perilaku (guru) lebih bermakna
daripada bahasa lisan.
9 Apa beda filsafat umum dengan Filsafat islam lebih terarah pada pemikiran para
filsafat Pendidikan islam? filsuf Islami. Sedangkan filsafat umum itu
membahas pemikiran seluruh filsuf yang pernah
ada.
10 Bagaimana hakikat Pendidikan yang Pendidik pada esensinya adalah orang yang telah
ideal dalam filsafat Pendidikan mendapatkan amanat dan mempunyai tanggung
islam? jawab dunia akhirat dalam mendidik,
membimbing, mengarahkan dan
mengantarkan peserta didik ke gerbang
kesuksesan baik dunia maupun akhirat. Namun
dalam filsafat pendidikan islam, jika pendidik
ingin dikatakan sebagai pendidik ideal maka
pendidik tsb harus meneladani
Rasulullah, dalam arti tujuan, tingkah laku, dan
pola pikirnya.
11 Bagaimana hakikat manusia dalam Manusia dalam perspektif Islam adalah hamba
perspektif filsafat Pendidikan islam? Allah dan khalifah dimuka bumi. Manusia juga
memiliki segudang potensi bawaan sebagai salah
satu bentuk fitrah diri. Potensi bawaan inilah
yang harus dilihat oleh pendidikan Islam untuk
dikembangkan dalam pendidikan.
12 Bagaimana cara kerja filsafat dalam Filsafat pendidikan Islam mempunyai peran
konteks Pendidikan islam? dalam dua arah. Pertama, ke
arah pengembangan konsep-konsep filosofis dari
pendidikan Islam, yang secara otomatis akan
menghasilkan teori-teori baru dalam ilmu
pendidikan Islam. Kedua, ke arah perbaikan dan
pembaharuan pelaksanaan pendidikan Islam.
13 Bagaimana pandangana ibu Sangat bagus, karna filsafat pendidikan Islam juga
terhadap tujuan Pendidikan filsafat bertujuan untuk mengarahkan dan memberikan
yang berbasis islam? landasan pemikiran yang sistematik, mendalam,
dan logis terhadap berbagai masalah yang
ditemukan dalam bidang pendidikan, yang tidak
lain menggunakan acuan al-Quran dan hadis.
14 Bagaimana yang menjadi Karakteristik pendidikan Islam yaitu yang merujuk
karakteristik dari Pendidikan islam? pada aturan-aturan yang sudah pasti,
mempertimbangkan dua sisi kehidupan yaitu
dunia dan akhirat, bermisikan pembentukan
akhlak, diyakini sebagai tugas suci dan dijadikan
sebagai ibadah.
15 Bagaimana konsep dasar filsafat Konsep dasar filsafat Pendidikan Islam yaitu cara
Pendidikan islam? berpikir logis yang berlandaskan ajaran-ajaran
agama Islam tentang hakikat kemampuan
manusia untuk dapat dibimbing dan
dikembangkan serta menjadi manusia muslim
yang seluruh kepribadiannya dijiwai
oleh ajaran Islam.
Dalam proses interaksi sesama manusia diperlukan nilainilai. Begitu juga dalam hubungan
manusia dengan alam semesta, prosesnya tidak mungkin dilakukan dengan sikap netral. Dalam
hal ini, manusia sadar ataupun tidak sadar telah melakukan proses penilaian, yang merupakan
kecenderungan manusia. Tapi secara umum ruang lingkup pengertian “nilai” ini tidak terbatas.
Menurut Barnadib, aliran rekonstruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan asas-asas
supranatural, yaitu menerima nilai natural yang universal, yang abadi, berdasarkan prinsip nilai
teologis. Hakikat manusia adalah emanasi potensial yang berasal dari Tuhan. Atas dasar
pandangan inilah tinjauan tentang kebenaran dan keburukan dapat diketahui. Kemudian manusia
sebagai subjek telah memiliki potensi-potensi kebaikan dan keburukan sesuai dengan kodratnya.
Kebaikan itu akan tetap tinggi nilainya bila tidak dikuasai oleh hawa nafsu, disinilah akal berperan
menentukan.
Era masyarakat 5.0 atau super smart society (society 5.0) diperkenalkan Pemerintah Jepang
pada 2019, yang dibuat sebagai solusi dan tanggapan dari revolusi industri 4.0 dan dianggap akan
menimbulkan degradasi manusia. Setelah memasuki era revolusi industri, Indonesia akan
memasuki era society 5.0. Era society 5.0 sebagai pembaharuan yang menempatkan manusia
sebagai komponen utama di dalamnya, bukan sekadar passive component seperti di revolusi
industri 4.0. Adanya pembaharuan pada era tersebut dapat menghasilkan nilai baru dengan
elaborasi dan kerja 714 sama pada sistem, informasi dan teknologi yang juga meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan atau Human Capital.
Tiga kemampuan utama dalam menghadapi society 5.0. di antaranya yaitu kemampuan
memecahkan masalah kompleks dan dapat menjadi problem solver bagi dirinya serta orang
banyak. Kemampuan untuk berpikir secara kritis, bukan hanya sekadar dalam kelas namun juga
dalam kehidupan kemasyarakatan dan lingkungan sekitar agar timbul kepekaan sosial, serta
kemampuan untuk berkreativitas. Era society 5.0 dapat dikatakan juga sebagai integrasi ruang
maya serta fisik, sehingga semua hal menjadi mudah dengan dilengkapi artificial intelegent.
Masyarakat di Era Society 5.0 telah mampu berkolaborasi dengan perangkat teknologi dan
perangkat teknologi itu sendiri telah menjadi sekunder kebutuhan yang jelas-jelas dipenuhi oleh
semua lapisan masyarakat. Materialisme dalam masyarakat di Era Masyarakat 5.0 dapat dihindari
dengan melakukan transisi penggunaan perangkat teknologi sebagai kebutuhan sekunder
masyarakat. Stratifikasi masyarakat berdasarkan materi yang dimiliki tidak akan terbentuk karena
semua masyarakat dapat memiliki materi dengan caranya sendiri untuk memenuhi
kebutuhannya. Eksistensialisme dalam masyarakat di Era Masyarakat 5.0 juga tidak bisa terbentuk
karena komunitasnya hampir seluruhnya saling berkolaborasi. Keterampilan 6C (Komunikasi,
Kolaborasi, Berpikir Kritis, Kewarganegaraan, Kreativitas, dan Karakter) yang dulunya
dikembangkan dan didorong untuk diimplementasikan di Era Industri 4.0 kini telah memasuki dan
terintegrasi menjadi individu masyarakat di Era Society 5.0 sebagai identitas setiap individu dan
masyarakat pada umumnya. Materialisme dan Eksistensialisme membantu memberikan
gambaran tentang efek buruknya dinamika dan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Oleh
karena itu, penyebab konflik dalam masyarakat dapat diminimalisir dan masyarakat dapat hidup
selaras dengan arus modernitas tanpa melupakan kodratnya sebagai makhluk sosial(Rahmawati
et al., 2021).
Pendidikan Islam adalah kegiatan yang dilaksanakan secara terencana dan sistematis untuk
mengembangkan potensi anak didik berdasarkan pada kaidah-kaidah agama Islam. Pendidikan
Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi
manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan
serta panca indera yang dimilikinya. Dalam Perspektif budaya, pendidikan Islam adalah sebagai
pewarisan budaya, yaitu sebagai alat transmisi unsur-unsur pokok budaya kepada para generasi,
sehingga identitas umat tetap terpelihara dalam tantangan zaman, bahkan dalam terma sosio
kultural yang plural dikatakan pendidikan Islam tanpa daya 716 sentuhan budaya akan kehilangan
daya tarik yang pada akhirnya hanya akan menjadi tontonan artifisial yang membosankan di
tengah percaturan arus globalisasi.
Aliran filsafat pendidikan yang digunakan oleh masyarakat muslim harus menggabungkan
keaslian dan kemajuan serta bersumber dari Islam yang kekal, juga kandungan-kandungan yang
terdiri dari aqidah yang sesuai dengan fitrah dan diterima oleh akal yang sehat, juga harus
dikaitkan dengan akhlak, juga mengenai yang kaitannya hubungan antara manusia dengan semua
yang ada dalam alam jagat yang luas baik benda atau bukan dengan pencipta nya yaitu Allah SWT.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dalam kehidupan
manusia. Kata islam sendiri merujuk dalam perilaku yang mempertahankan diri dalam pendidikan
Agama Islam dengan menunjukkan sisi lain dari pendidikan, yaitu pendidikan yang berlandaskan
Islam. Pendidikan agama islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek
yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh
aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun akhirat.Tujuan pendidikan islam adalah segala
sesuatu yang diharapkan tercapainya setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.

KESIMPULAN

Pendidikan Islam di era society 5.0 harus memiliki Pertama,harus mampu memanfaatkan
sarana teknologi. Kedua, umat Islam harus secara terus menerus meningkatkan SDM yang
berkualitas Iptek dan Imtaq secara bersamaan menuju ke arah kekokohan spiritual, moral dan
intelektual. Ketiga, proses modernisasi adalah sesuatu yang meniscayakan bagi perombakan 721
sistem pendidikan Islam, mulai dari paradigma, konsep kerangka kerja, dan evaluasi.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimaksih di berikan kepada guru fisika SMA N 5 Batangahari ibu Vetty Milyani, S.Pd
dan kepada dosen pengampu mata kuliah filsafat Pendidikan bapak Dwi Agus
Kurniawan,S.Pd,M.Pd.

DAFTAR PUSTAKA

Ariastika, D. (2022). Penerapan Literasi Digital pada Pembelajaran IPA dalam


Menghadapi Kesiapan Pendidikan di Era Society 5.0. FORDETAK: Seminar
Nasional Pendidikan: Inovasi Pendidikan Di Era Society 5.0, 132–142.
https://emea.mitsubishielectric.com/ar/products-solutions/factory-automation/
index.html
Fathurrahman, P. (2013). Visi Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Alqalam, 19(95), 5. https://doi.org/10.32678/alqalam.v19i95.460
Pakpahan, R. (2016). Model Ujian Nasional Berbasis Komputer: Manfaat dan Tantangan.
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 1(1), 19–35.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v1i1.225
Rahayu, K. N. S. (2021). Sinergi Pendidikan Menyongsong Masa Depan Indonesia di Era
Society 5.0. Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar, 2(1), 87–100.
Rahmawati, M., Ruslan, A., & Bandarsyah, D. (2021). The Era of Society 5.0 as the
unification of humans and technology: A literature review on materialism and
existentialism. Jurnal Sosiologi Dialektika, 16(2), 151.
https://doi.org/10.20473/jsd.v16i2.2021.151-162
Rokhmah, U. N. (2019). Pelaksanaan Program Adiwiyata Sebagai Upaya Pembentukan
Karakter Peduli Lingkungan Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah. Al Qalam: Jurnal Ilmiah
Keagamaan Dan Kemasyarakatan, 13(1), 67. https://doi.org/10.35931/aq.v0i0.133
Skobelev, P. O., & Borovik, S. Y. (2017). On the way from Industry 4.0 to Industry 5.0:
From Digital Manufacturing to Digital Society. International Scientific Journal
“Industry 4.0,” 2(6), 307–311.

Anda mungkin juga menyukai