Terapi Gestalt (Kelompok 6)
Terapi Gestalt (Kelompok 6)
“Gestalt Therapy”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6 / KELAS G
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021
A. KONSEP DASAR TERAPI GESTALT
Terapi gestalt dipelopori pada 1940-an oleh psikoanalis dan terapis
kreatif, Frederick (Fritz) dan Laura Pearls, dan kemudian dikembangkan
oleh orang lain. Terapis dan klien harus berfokus pada pengalaman
perseptual dan sensori mereka. Yang berlangsung dipersepsikan dan
dialami dianggap paling signifikan dalam terapi dan kehidupan. Itulah
basis fenomenologis terapi Gestalt yang menekankan bahwa pengalaman
manusiawi yang subjektif lebih bisa diandalkan daripada penjelasan dan
interprestasi. Tujuannya bagi klien adalah mereka menyadari pada apa
sedang dilakukannya dan bagaimana ia melakukannya, alih-alih
berkonsentrasi pada mengapa. Berfokus pada mengapa orang melakukan
hal-hal tertentu mendorong pertanyaan dan spekulasi yang tiada habisnya.
Pencarian penjelasan seperti itu sering membuat seseorang terlepas dari
kedekatan pengalaman ‘disini dan sekarang’ (here and now). Dalam
proses pemfokusan pengalaman kedekatannya itu, klien bisa belajar
bagaimana menghargai dan menerima dirinya dan mempercayai
pengalamannya sendiri. Singkatnya, terapi gestalt lebih tertarik pada apa
yang sedang terjadi (proses) dan apa yang sedang didiskusikan (isi). Oleh
karena itu, terapi ini dapat digambarkan sebagai terapi berorientasi proses.
Penekanan yang lebih diberikan pada yang sedang dialami saat ini
daripada yang telah, akan, atau seharusnya dialami.
Terapi gestalt dimulai dengan fokus pada dunia internal dan
interpersonal klien. Namun, yang cenderung berkembang di tahun-tahun
awal adalah fokus pada kesadaran klien mengenai proses mereka sendiri
darIpada hubungan antara klien dan terapis. Dalam Gestalt kontemporer,
ada lebih banya keseimbangan antara intrafisik (proses kesadaran internal
klien) dan interpersonal (hubungan terapiutik). Klien dan terapis saling
berbagi pengalaman (perspektif fenomenologis) masing-masing di
sepangjang sesi terapi. Perbedaan-perbedaan dalam hal bagaimana mereka
memandang proses antara mereka, menjadi topik diskusi selanjutnya.
B. KONSEP UTAMA TERAPI GESTALT
1. Pandangan tentang Sifat Manusia
Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan
memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai
pribadi yang terpadu. Terapi menyajikan intervensi dan tantangan yang
diperlukan, yang bisa membantu individu memperoleh pengetahuan
dan kesadaran sambil melangkah menuju pemaduan dan pertumbuhan.
Dengan mengakui dan mengalami pernghambat-penghambat
pertumbuhannya, maka kesadaran individu akan penghambat tersebut
akan meningkat sehingga kemudian bisa mengumpulkan kekuatan
guna mencapai keberadaan yang lebih otentik dan vital.
2. Saat Sekarang
Salah satu sumbangan utama terapi gestalt adalah penekanannya
pada di sini-dan-sekarang serta pada belajar menghargai dan
mengalami sepenuhnya saat sekarang. Berfokus pada masa lampau
dianggap sebagai suatu cara untuk menghindari masa sekarang.
Pearls menerangkan kecemasan sebagai ‘senjang antara saat
sekarang dan saat kemudian’. Menurut Pearls, jika individu-individu
menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa
depan, maka mereka mengalami kecemasan. Sehingga mereka
berusaha menutup kesenjaangn antara saat sekarang dan hari kemudian
dengan resolusi-resolusi, rencana-rencana, dan visi-visi alih-alih hidup
pada saat sekarang.
Guna membantu klien untuk membuat kontak dengan saat
sekarang, terapis lebih suka mengajukan pertanyaan “apa” dan
“bagaimana” ketimbang “mengapa”. Sebagai contoh: Apa yang terjadi
sekarang ini? Apa yang sedang berlangsung sekarang? Apa yang
sedang Anda alami sekarang saat Anda duduk di sana dan mencoba
berbicara? Bagaimana kesadaran Anda saat ini? Bagaimana Anda
mengalami ketakutan Anda sendiri saat ini?
Pertnayaan-pertanyaan “mengapa” juga mengarah kepada
pemikiran yang tak berkesudahan tentang masa lampau yang hanya
akan membangkitkan penolakan terhadap sekarang. Tetapi, nukan
berarti terapi Gestalt mengabaikan masa lampau sama sekali. Masa
lampau itu penting apabila dengan cara tertentu berkaitan dengan
tema-tema yang signifikan yang terdapat pada fungsi individu saat
sekarang. Apabila klien berbicara tentang masa lampaunya, maka
terapis meminta klien agar membawa masa lampaunya itu ke saat
sekarang dengan menjalani nya seakan-akan masa lampau itu hadir
pada saat sekarang.
3. Urusan yang Tak Selesai
Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak
selesai (unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang
tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati,
kecemasan, dan sebagaiknya. Meskipun tidak bisa diungapkan,
perasaan tersebut diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-
fantasi tertentu. Urusan-urusan yang tak selesai itu akan bertahan
sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak
terungkapkan itu.
O’Leary, E., Sheedy, G., O’Sullivan, K., and Thoresen, K. (2003). Cork Older
Adult Intervention Project: outcomes of a gestalt therapy group with older
adults. Counselling Psychology Quarterly 16(2), 131-143.
Rowan, J. (2000). The self, the field and the either-or. International Journal of
Psychotherapy 5(3), 219-226.
Woldt, A.L. and Toman, S.M. (2005). Gestalt Therapy: History, Theory, and
Practice. Sage Publications Inc