Anda di halaman 1dari 12

TERAPI GESTALT

Mata Kuliah Konseling dan Psikoterapi

Dosen Pengampu : Siti Ina Savira, S.Psi., M.EdCp.

Disusun Oleh :
Kelompok 5 Psikologi 2018 B

FAKULTAS ILMU DAN PENDIDIKAN JURUSAN PSIKOLOGI


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020

1
DAFTAR ISI

Daftar isi............................................................................................................................1

LATAR BELAKANG.......................................................................................................1

A. KONSEP UTAMA.......................................................................................................2

1. Saat Sekarang.....................................................................................................2

2. Urusan yang tak selesai......................................................................................3

B. PROSES TERAPEUTIK..............................................................................................3

1. Tujuan-Tujuan Terapi........................................................................................3

2. Fungsi dan Peran Terapis..................................................................................4

3. Pengalaman Klien Dalam Terapi ......................................................................5

4. Hubungan antara Terapis dan Klien..................................................................5

C. TEKNIK DAN PROSEDUR .......................................................................................6

1. Permainan Dialog..............................................................................................6

2. Saya Bertanggung Jawab Atas..........................................................................7

3. Saya Memiliki Suatu Rahasia............................................................................7

4. Teknik Pembalikan............................................................................................7

5. Permainan Ulangan............................................................................................7

6. Permainan melebih-lebihkan.............................................................................8

Tetap Dengan Perasaan.........................................................................................8

Permainan melebih-lebihkan.................................................................................8

Pendekatan Gestalt Terhadap Mimpi....................................................................8

Penerapan dalam Terapi Inddividual dan Kelompok............................................9

Penerapan di Sekolah...........................................................................................10

1
PENDAHULUAN

Terapi gestalt dikembangkan oleh Frecerick Pells adalah bentuk terapi essiensial yang
berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendini dan
menerima tanggung jawab pribadi mereka berharap mencapai kematangan. Karena bekerja
terutama di alas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada apa dan bagaimana-nya
tingkah laku dan pengalaman di sini-dan-sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan)
bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tak diketahui. Asumsi dasar terapi Gestalt
adalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara
efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya
keberadaannya di sini dan sekarang.. Oleh karena itu, terapi Gestalt pada dasarnya
noninterpretatif dan sedapat mungkin, klien menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka
membuat penafsiran- penafsirannya sendiri, menciptakan pernyataan-pernyataannya sendiri,
dan menemukan makna-maknanya sendiri. Akhirnya, klien didorong untuk langsung
mengalami perjuangan di sini-dan-sekarang terhadap urusan yang lampau.

A. KONSEP UTAMA

Gestalt: konsepnya adalah perluasan kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi,


kesatuan pribadi dan mengalami cara-cara yang menghambat kesadaran. Terapi Gestalt
diarahkan pada integrasi yang berjalan secara bertahap sampai klien cukup kuat untuk
menunjang pertumbuhan pribadinya sendiri.

Gestalt memiliki pandangan bahwa individu mampu untuk memenuhi tanggung jawab
pribadinya. Karena individu telah menghadapi masalah-masalah dalam perkembangannya,
kemudian dari situ terbentuk berbagai cara untuk menghindari masalah. Terapi Gestalt
memberi intervensi berupa tantangan yang diperlukan, dan diharapakan individu mampu
memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil melangkah menuju pemanduan dan
pertumbuhan. Jika individu menyadari dan mengetahui hambatan dalam pertumbuhannya,
maka ia juga dapat mengetahui kekuatan dalam menyelesaikan hambatan tersebut.

1. Saat Sekarang

Terapi Gestalt menekankan pada 'masa sekarang'. Karena masa lampau telah pergi,
dan masa depan belum datang, jadi yang ada hanyalah masa sekarang. Maka penekanannya
adalah mengahargai masa sekarang. Dalam terapi Gestalt, fokus pada masa lampau
diperlukan untuk mengontrol tindakan pada saat sekarang.

Banyak orang yang menghabiskan waktunya dalam meratapi kekeliruan dan


kesalahan di masa lalu, dan mengharapkan kehidupan yang berbeda di masa yang akan
datang. Hal tersebut akan menghabiskan energi mereka kepada hal yang telah lalu dan hal
yang akan datang sehingga kurang dapat memanfaatkan kekuatan mereka pada saat sekarang.

2
Perls mengungkapkan bahwa yang demikian disebut sebagai kecemasan yaitu
kesenjangan antara saat sekarang dan saat kemudian. Karena pada saat kemudian, individu
penuh dengan resolusi-resolusi dan rencana daripada memikirkan hidup saat sekarang. Oleh
karena itu, dalam terapi Gestalt terapis akan menekankan pada pertanyaan "Apa" ditimbang
"mengapa" yang hanya mengarah ke pemikiran masa lampau.

Dalam terapi Gestalt, terapis berusaha membantu klien agar tidak terjadi penipuan
terhadap diri sendiri. Penipuan terhadap diri sendiri terjadi ketika klien berbicara tentang
kesedihan, kesakitan, serta kebingungan pada masa lalu. Jika klien masih bergantung pada
masa lampau, mereka akan membenarkan ketidaksediaannya memikul tanggung jawab atas
dirinya sendiri pada masa sekarang. Maka terapis berperan dalam penanganannya yaitu
dengan membawa masa lampau untuk ditangani di masa sekarang dan untuk menjalaninya.

2. Urusan yang tak selesai

Konsep urusan yang tak selesai dalam terapi Gestalt mencakup perasaan-perasaan
yang tidak terungkap seperti kemarahan, kebencian, sakit hati, cemas, rasa berdosa, rasa
diabaikan, dan lain-lain. Perasaan-perasaan tersebut walaupun tidak terucap dengan kata-kata,
tapi terasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi tertentu. Perasaan-perasaan tersebut
masih tertinggal di bawah kesadaran sehingga menghambat perkembangan pada kehidupan
sekarang. Urusan-urusan tersebut perlu segera diselesaikan agar tidak menghambat proses.

B. PROSES TERAPEUTIK

1. Tujuan-Tujuan Terapi.

Sasaran terapi Gestalt pada dasarnya adalah menantang klien agar berpindah dari
"didukung oelh lingkungan" kepada "didukung oleh diri sendiri". Perls menyatakan bahwa
jika kita menemukan betapa kita mencegah diri sendiri merealisasikan potensi kita sebagai
manusia secara penuh, maka kita memiliki cara-cara untuk membuat hidup lebih kaya.
Dengan demikian, tujuan utama terapi adalah membantu klien agar menjalani hidup lebih
penuh. Tujuan terapi selanjutnya adalah membantu klien agar menemukan pusat dirinya.
Perls mengatakan, "jika anda berpusat pada diri anda sendiri, maka anda tidak harus
disesuaikan lagi, maka apapun yang lewat akan diasimilasi oleh anda, anda bisa
memahaminya dan anda berhubungan dengan apapun yang terjadi. Sasaran utama terapi
Gestalt adalah pencapaian kesadaran . Tanpa kesadaran , klien tidak memiliki alat untuk
mengubah kepribadianya. Dengan kesadaran, klien memiliki kesanggupan untuk menghadapi
dan menerima bagian bagian keberadaan yang diingkarinya serta untuk hubungan dengan
pengalaman-pengalaman subjektif dan dengan kenyataan.

2. Fungsi dan Peran Terapis

3
Terapi Gestalt difokuskan pada perasaan-perasaan klien, kesadaran atas saat
sekarang , pesan-pesan tubuh, dan penghambat-penghambat kesadaran. Tugas terapis dalam
terapi Gestalt ini adalah menantang klien, dengan cara ini klien belajar menggunakan
kesadarannya secara penuh. Terapi ini menghindari intelektualisasi abstrak, diagnosis,
penafsiran, dan ucapan yang berlebihan. Yang terpenting adalah menciptakan iklim dimana
klien membangkitkan proses-proses perkembanganya sendiri serta menjadi lebih terfokus
pada pengubahan kesadaran dari waktu ke waktu.

Menurut penelitian penulis, salah satu kelemahan terapi Gestalt adalah bahwa terapis
bisa tergelincir kedalam peran teknis dan impersonal. Dengan demikian, terapis
menyembunyikan kepribadianya serta menajdi pengatur latihan-latihan dan permainan-
permainan yang tidak berkesudahan. Jika terapis tidak menggunakan kepribadianya sebagai
instrumen bagi perubahan terapeutik, maka dia hanya menjadi sekadar responder, katalisator,
dan teknisi yang memainkan permainan terapeutik dengan klien. Menurut Polster dan Polster
terapis bukan semata-mata responder, pemberi umpan balik atau katalisator yang tidak
mengubah diri sendiri. Jika terapis ingin berfungsi secara efektif, maka dia harus selaras baik
dengan kliennya maupun dengan diirnya sendiri. Jika terapis tidak diselaraskan secara peka
dengan kualitas-kualitas kelembutan, keuletan, dan rasa welasnya serta dengan reaksi-
reaksinya terhadap klien, maka "dia menjadi seorang teknisi, membantu orang lain, tetapi
tidak hidup didalam terapi dengan sepenuh rasa". Perls menyatakan bahwa sasaran terapis
adalah kematangan klien dan pembongkaran "hambatan-hambatan yang mengurangi
kemampuan klien berdiri diatas kaki sendiri.

Tugas terapis adalah membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari dukungan
eksternal kepada dukungan internal dengan menentukan letak jalan buntu. Jalan buntu yang
dimaksud adalan titik tempat individu menghindari mengalami perasaan-perasaan yang
mengancam karena dia merasa tidak nyaman. Orang -orang yang sering merasa terpaku
karena mereka menyimpang penghargaan-penghargaan katastrofik. Mereka membayangkan
bahwa sesuatu yang mengerikan akan timbul. Fantasi-fantasi katastrofik menghambat
mereka menjalani hidup secara penuh dan akibat ketakutan-ketakutan yang tidak masuk akal,
mereka menolak mengambil resikoyang diperlukan untuk menjadi lebih matang. Tugas
terapis adalah membantu klien untuk menembus jalan buntu sehingga pertumbuhan bisa
terjadi. Terapis membantu kliennyaagar menyadari dan menembus jalan buntudengan
menghadirkan situasi-situasi yang mendorong kliennya untuk mengalami keterpakuannya
secara penuh.

Apabila klien tidak menyadari/mengingat pelajaran yg bisa diambil dari masa lalu,
maka tugas terapis adalah membantu klien dengan menghadirkan/menyajikan situasi yang
mendorong klien untuk menghadapi situasi frustasi, disini misalnya adalah contoh masalah
dalam kehidupan. Sehingga dari situasi frustasi tersebut, klien akan terdorong dan merasa
perlu menggali sumber-sumber dirinya, yang disini adalah mengambil pelajaran dari
pengalaman di masa lalu

4
Dengan mengalami keterpakuannya, klien mampu berhubungan dengan frustasi-
frustasinya. Frustasi-frustasi itu perlu bagi pertumbuhan, sebab tanpa frustasi orang tidak
merasa perlu menggali sumber-sumber dirinya dan menyadari bahwa dia bisa memanipulasi
dirinya sendiri sebaik manipulasi yang dilakukanya terhadap orang lain. Jika tidak hati-hati,
maka terapis pun akan tersedot kedalam manipulasi-manipulasi klien. Cara untuk
menghindari manupulasi yang mungkin dilakukan klien adalah membiarkan klien
menemukan sendiri potensi-potensinya yang hilang. Tugas terapis kemudian adalah
menyajikan situasi yang menunjang pertumbuhan dengan jalan mengonfrontasikan klien
kepada titik tempat dia menghadapi suatu putusan apakah akan atau tidak akan
mengembangkan potensi-potensinya. Suatu fungsi yang penting dari terapi Gestalt adalah
memberikan perhatian pada bahasa tubuh kliennya. Perls mengingatkan bahwa kominukasi
verbal sering mengandung kebohongan dan bahwa jika terapis terpusat pada isi, maka dia
kehilangan esensi pribadi pada klien. Terapi Gestalt sering mengajukan pertanyaan-
pertanyaan seperti : "Apa yang dikatakan oleh mata anda? Jika saat ini tangan anda bisa
bicara, apa yang akan dikatakanya? Dapatkan anda melangsungkan percakapan antara tangan
kanan dan kiri anda?". Perhatian terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh klien secara
nonverbal akan sangat membantu, dan terapis perlu berfokus pada isyarat-isyarat nonverbal.

3. Pengalaman klien dalam terapi

Perls mengungkapkan sikap skeptisnya tentang orang-orang yang mendatangi terapi


dan menunjukan bahwa tidak begitu banyak orang yang sungguh-sungguh bersedia bekerja
keras guna mencapai perubahan. Para klien dalam pengalaman terapi Gestalt memutuskan
sendiri apa yang mereka inginkan dan berapa banyak yang mereka inginkan. Orientasi umum
dari terapi Gestalt adalah pemikulan tanggung jawab yang lebih besar oleh klien bagi mereka
sendiri, bagi pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan tingkah laku meraka. Para klien dalam
terapi Gestalt adalah partisipasi-partisipasi aktif yang membuat penafsiran-penafsiran dan
makna-maknanya sendiri.

4. Hubungan antara Terapis dan Klien

Sebagai terapi eksistensial, praktek terapi Gestalt yang efektif melibatkan hubungan
pribadi ke pribadi antara terapis dan klien. Yang terpenting adalah terapis secara aktif berbagi
presepsi-presepsi dan pengalaman-pengalaman saat sekarang ketika dia menghadapi klien
disini dan sekarang. Disamping itu, terapis memebrikan umpan balik, terutama yang
berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh klien melalui tubuhnya. Terapis bersama klien
perlu mengeksplorasi ketakutan-ketakutan , pengharapan-pengharapan katastrofik,
penghambatan-penghambatan, dan penolakan-penolakan klien. Perls menentang orang-orang
yang menggunakan teknik-teknik sebagai muslihat yang menghambat pertumbuhan klien dan
menjadi merk "terapi palsu". Polster dan Polster memperingatkan bahwa terapis mengabaikan
kualitas-kualitas pribadinya sebagai instrumen dalam terapi, maka dia hanya akan menajdi
seorang teknisi. Mereka emnganjurkan penggunaan tingkah laku terapis yang berlingkup
luas, dan memperingatkan bahaya dari tindakan mengidentifikasi terapi dengan teknik-teknik

5
yang berlingkup terbatas. Mereka juga menganjurkan terapis untuk membangkitkan
spontanitas diri dan menggunakan hubungan dengan klien sebagai teknik terapeutik. Kempler
(1973) menyebut hubungan yang aktual antara klien dan terapis sebagai inti dari proses
terapeutik. Ia menentang "penggunaan taktik-taktik yang bisa menyembunyikan identitas
nyata dari terapis dihadapan kliennya". Kempler (1973) menandaskan bahwa penggunaan
permainan peran bisa menajdi godaan bagi terapis untuk menjaga agar respons-respons
pribadinya tetap bersembunyi. Meskipun bisa menajdi cara yang efektif, permainan peran itu
bukanlah tujuan akhir terapi. Kempler juga menyebutkan bahwa teknik-teknik sering menjadi
alat bantu yang bernilai bagi proses terapeutik, tetapi ia menekankan proses hubungan terapis
dan klien dengan alasan bahwa kualitas hubungan terapis-klien itu menentukan apa yang
akan terjadi pada keduanya.

C. TEKNIK DAN PROSEDUR

Teknik secara luas digunakan sebagai alat untuk membantu klien guna memperoleh
kesadaran yang lebih penuh, mengalami konflik-konflik internal, menyelesaikan inkosisten-
inkosisten dan dikotomi-dikotomi, dan menembus jalan buntu yang menghambat
penyelesaian urusan yang tak selesai. Teknik-teknik dalam terapi Gestalt digunakan sesuai
dengan gaya pribadi terapis.

1. Permainan Dialog
Terapis Gestalt menaruh perhatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi
kepribadian. Yang paling utama adalah pemisahan “topdog”,dan “underdog” yang
difokuskan pada pertentangan keduanya.
Topdog adalah pribadi yang adil, otoriter, moralistic, menuntut, berlaku sebagai
majikan, dan manipulative. Juga orang tua yang kritis, selalu mengusik dengan kata
“harus” dan “sewajibnya” serta memanipulasi dengan ancaman-ancaman bahaya.
Sedangkan underdog merupakan pibadi yang memanipulasi dengan peran sebagai korban,
defensive, membela diri, tak berdaya, lemah, dan tak berkuasa. Juga sisi yang pasif, tanpa
tanggung jawab, dan ingin dimaklumi. Keduanya megalami pertengkaran panjang untuk
berebut kendali.
Konflik antara dua sisi kepribadian yang berlawanan itu berakar pada mekanisme
introyeksi yang melibatkan penggabungan aspek-aspek dari orng lain, seperti orang tua,
kedalam system ego individu. Pengambilan nilai-nilai dan sifat orang lain adalah perlu dan
diharapkan, tetapi berbahaya jika seseorang menerima seluruh nilai orang lain secara tidak
kritis, hingga menyebabkan seseorang tersebut tidak otonom (Perls, 1969).
a. Teknik Kursi Kosong
Teknik ini merupakan cara individu untuk mengajak klien agar menginternalisasi
proyeksinya. Teknik ini dilakukan dengan meletakkan dua kursi di tengah ruangan
dengan satu kursi milik topdog dan yang satunya milik underdog. Terapis meminta
klien untuk duduk bergantian di kedua kursi dan berdialog serta memainkan perannya.
Melalui teknik ini introyeksi bisa dimunculkan ke permukaan dan klien bisa
mengalami konflik lebih penuh, lalu diselesaikan dengan penerimaan dan integrasi
deua sisi kepribadian klien. Serta membantu klien agar dapat berhubungan dengan

6
perasaan atau sisi dirinya yang diingkari, mengintesifkan dan mengalami secara penuh
perasaan-perasaan yang bertentangan, daripada hanya membicarakannya.
b. Teknik Berkeliling
Teknik ini merupakan cara individu untuk mengajak klien agar menginternalisasi
proyeksinya secara kelompok. Klien diminta untuk berkeliling ke anggota
kelompoknya dan berbicara atau melakukan sesuatu dengan tiap anggota tersebut.
Teknik ini digunakan untuk menghadapi, memberanikan, dan menyingkapkan diri,
bereksperimen dengan tingkah laku yang baru, serta tumbuh dan berubah. Sejumlah
latihan bisa membantu klien untuk melibatkan diri dan memilih mengatasi hal-hal
yang telah membekukan dirinya dalam sebuah ketakutan.

2. “Saya Bertanggung Jawab Atas….”


Pada latihan ini, klien diminta untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian
menambahkan pada pernyataan tersebut kalimat “dan saya bertanggung jawab untuk itu”.
Contoh:
“Saya merasa tidak dapat bersosialisasi dengan baik, dan saya bertanggung jawab untuk
itu”.
Teknik ini merupakan perliasan dari kontinum kesadaran dan dirancang untuk membantu
orang orang agar mengakui dan menerima perasaannya alih-alih memproyeksi perasaan
itu kepada orang lain.
3. “Saya Memiliki Suatu Rahasia”
Teknik ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi perasaan-perasaan berdosa dan malu.
Klien diminta untuk berkhayal tentangsuatu rahasia pribadi yang dijaganya dengan baik,
dan membayangkan bagaimana perasaan mereka jika rahasia itu terbongkar dan
bagaimana reaksimereka. Teknik ini digunakan untuk metode pembentukan kepercayaan
dalam rangka mengeksplorasi mengapa para klien tidak mau membuka rahasianya dan
mengeksplorasi ketakutan-ketakutanmenyampaikan hal hal yang mereka anggap
memalukan atau menimbulkan rasa berdosa.
4. Bermain Proyeksi
Proyeksi ini terdiri atas seseorang yang melihat pada orang lain hal-hal yang dirinya
sendiri tidak mau melihat dan menerimanya. Sering kali dalam setting kelompok,
pernyataan tiap orang pada orang lain merupakan proyeksi dari atribut-atibut yang
dimilikinya. Pada teknik ini, klien diminta untuk mengatakan “saya tidak bisa
mempercayaimu untuk memainkan peran sebagai orang yang tidak bisa menaruh
kepercayaan guna menyingkapkan sejauh mana ketidakpercayaan itu menjadi kondlik
dalam dirinya.
5. Teknik Pembalikan
Gejala dan tingkah laku tertentu sering kali menggambarkan pembalikan impuls yang
mendasari. Pada teknik ini, klien yang menderita inhibisi yang kuat dan rasa malu
berlebihan untuk memainkan peran sebagai ekshibionis dalam kelompok. teori yang
mendasari teknik ini ini adalah bahwa klien terjun ke dalam sesuatu yang ditakutinya
karna dianggap bisa menimbulkan kecemasan, dan menjalin hubungan dengan bgaian diri

7
yang telah ditekan atau diingkarinya. Oleh karna itu, teknik ini bisa membantu klien untuk
mulai menerima segala atribut pribadi yang dicoba dihindarinya.
6. Permainan Ulangan
Banyak pemikiran kita yang merupakan pengulangan. Kita mengulang peran yang kita
anggapdimainkan oleh masyarakat. Saat kita menampilkannya, seringkali kita mengalami
demam panggung atau kecemasan, karna kita takut tidak mampu memainkan peran kita
dengan baik. Para anggota kelompok terapi melakukan permainan berbagai pengulangan
satu sama lain dalam upaya meningkatkan kesadaran atas pengulangan yang dilakukan
oleh mereka untuk memenuhi tuntutan peran sosial.
7. Permainan Melebih-lebihkan
Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda-tanda dan
isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa tubuh. Gerakan, sikap badan,
dan mimik muka dapat menjadi isyarat penting. Klien diminta untuk melebih-lebihkan
gerakan, atau mimic muka, secra berulang, yang biasanya mengintensifkan perasaan yang
berpaut pada tingkah laku dan membuat makna bagian dalam menjadi lebih jelas. Teknik
ini sering membawa hasil pada klien menjadi mulai bersungguh-sungguh mendengar
maupun didengardirinya sendiri.

Tetap dengan perasaan

Teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada perasaan atau suasana hati
yang tidak menyenangkan Yang iya sangat ingin menghindari titik terapis mendesak klien
untuk tetap dengan atau menahan perasaan yang ia ingin menghindarinya itu. Kebanyakan
klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan
yang tidak menyenangkan. Terapis bisa meminta klien untuk bertahan dengan ketakutan atau
kesakitan apapun yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih
dalam ke dalam perasaan dan tingkah laku yang ingin dihindarinya.

Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan
menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Terapis bisa meminta klien untuk
bertahan dengan kekuatan atau kesakitan apapun yang dialaminya sekarang dan Mendorong
klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam perasaan dan tingkah laku yang ingin
dihindarinya. menghadapi, mengkonfrontasi, dan mengalami perasaan-perasaan tidak hanya
membutuhkan keberanian, tetapi juga membutuhkan kesediaan untuk Bertahan dalam
kesakitan yang diperlukan guna membuka dan membuat jalan menuju taraf - taraf
pertumbuhan yang lebih baru.

Pendekatan Gestalt Terhadap Kerja Mimpi.

Dalam psychoanalysis, mimpi-mimpi ditafsirkan, pemahaman intelektual didekatkan,


dan asosiasi bebas digunakan sebagai satu metode untuk mengeksplorasi makna-makna yang
tidak disadari dari mimpi-mimpi. Terapi gestalt tidak menafsirkan dan menganalisis mimpi,
membawa kembali mimpi pada kehidupan, menciptakan kembali mimpi, dan menghidupkan
kembali mimpi seakan-akan mimpi itu berlangsung sekarang. mimpi tidak dibicarakan
8
sebagai suatu kejadian yang telah berlalu, tetapi sebagai sesuatu yang terjadi sekarang, dan
bermimpi menjadi bagian dari mimpi yang dialaminya titik yang dianjurkan dalam
penanganan mimpi-mimpi adalah membuat daftar dari segenap rincian mimpi, mengingat
orang-orang, kejadian, dan suasana hati dalam mimpi, dan kemudian menjadi bagian dari
mimpi dengan jalan Mentransformasikan diri, bertindak sepenuh mungkin, dan menciptakan
dialog karena setiap bagian mimpi itu dianggap merupakan proyeksi dari diri, maka klien
membuat skenario untuk pertemuan - pertemuan di antara berbagai karakter atau bagian,
segenap bagian mimpi yang berbeda mengungkapkan sisi-sisi yang berlawanan itu, orang
lambat laun menjadi lebih sadar atas jangkauan perasaan-perasaan sendiri.

Menurut Perls (1969a), Mimpi adalah ungkapan yang paling spontan Dari keberadaan
manusia tetek mimpi mempresentasikan situasi yang tidak tuntas, Tetapi lebih dari sekedar
suatu situasi yang tidak tuntas atau hasrat yang tidak terpenuhi titik setiap mimpi
mengandung pesan eksistensial tentang diri seseorang dan perjuangan yang dialaminya
sekarang. Segala hal bisa ditemukan dalam mimpi-mimpi jika segenap bagian dari mimpi-
mimpi itu dipahami dan diasimilasi titik masing-masing bagian dari kerja menangani mimpi
mengarahkan kepada suatu asimilasi. Perls Menandaskan bahwa kita mimpi-mimpi itu
ditangani secara layak, maka pesan eksistensial yang dikandungnya akan menjadi lebih jelas.
Menurut Perls, Mimpi-mimpi itu bertindak sebagai jalan yang baik sekali guna mengetahui
kehampaan kepribadian dengan membuka bagian-bagian yang hilang dan metode-metode
klien untuk menghindar. Orang-orang yang tidak bersedia mengingat mimpi-mimpinya
berarti menolak untuk menghadapi apa yang keliru dalam hidupnya. Yang paling akhir
adalah, terapi gestalt meminta klien untuk berbicara terhadap mimpi-mimpinya sendiri.

Penerapan dalam terapi individual dan kelompok

Terapi gestalt bisa diterapkan dengan berbagai cara,Baik dalam setting individual
maupun dalam setting kelompok. dalam konseling, terapi gestalt bisa diterapkan dalam gaya
gestalt terbatas dimana interaksi klien dan terapis bertaraf minimal. Selain menerjemahkan
pengalaman segeranya ke dalam situasi permainan peran dimana klien personifikasi segenap
aspek kesadarannya . Dalam bentuknya yang murni ini, reaksi-reaksi klien terhadap terapis
menjadi bagian dari proyeksi proyeksi fantasi klien. Terapi individual bisa juga dilaksanakan
dalam bentuk yang kurang murni, yang ditandai oleh dialog antara klien dan terapis. terapis
bisa menyarankan percobaan-percobaan guna membantu klien dalam memperoleh fokus yang
lebih tajam kepada apa yang dilakukannya sekarang. akan tetapi, Terapis juga membawa
reaksi-reaksinya ke dalam dialog, dan karenanya dia lebih dari sekedar pengarah terapi
individual. Polster (1973) dan Kempler (1973),Yang merupakan tokoh-tokoh utama dalam
terapi gestalt, mengimbau terapis agar aktif, membuka diri, dan melibatkan pendekatan yang
manusiawi.

Kempler (1973),Mendesakkan “ pengungkapan pribadi secara penuh” dari terapi


selama pertemuan terapi: “ tanggung jawab terapis adalah menghidupkan terapi, bukan hanya
terkuat dan tingkah laku orang lain.” Templer menyatakan bahwa terapis mengungkapkan
segenap yang dipikirkan atau dirasakan nya “Yang dianggapnya bisa mengurangi
kemampuan berpartisipasi jika dipertahankan”. Kempler Menganjurkan agar terapis
9
menunjukkan tingkah lakunya yang luas selama pertemuan terapi. terapis boleh
menganjurkan, berteriak, menangis, berbicara tentang diri sendiri, mengeksplorasi
kebingungannya sendiri, atau menegur klien. Menurut Kempler, ”Tidak ada tingkah laku
yang menjadi milik yang eksklusif dari klien. jika proses hubungan klien terapis bisa terus
berlangsung, Maka hal itu banyak bergantung pada partisipasi penuh dari terapis maupun
pada tuntutannya kepada kliennya untuk menunjukkan komitmen yang penuh.”

Penerapan di Sekolah: Proses Belajar - Mengajar

Metodologi gestalt memiliki penerapan langsung teknik menangani anak-anak dan


para remaja di sekolah. Lederman yang mengharukan, yang berjudul Anger and the Rocking
Chair, Berisi uraian yang dramatis tentang adaptasinya atas metode-metode gestalt bagi
menangani anak-anak yang memiliki masalah masalah emosional dan tingkah laku di
ruangan ruangan kelas pendidikan khusus. Lederman dengan jelas menjabarkan perasaan-
perasaan ketidakberdayaan dan apa sih yang sering dialami, baik oleh anak-anak maupun
oleh para orangtua. Lederman menerapkan konsep-konsep terapi Gestalt dalam
mengkonfrontasikan anak-anak dengan cara-cara mereka menghindari penggunaan kekuatan
pribadinya, dan ia menuntut, berdasarkan kepribadiannya sendiri dan hubungannya yang
sungguh-sungguh dengan anak-anak, agar anak-anak itu menerima tanggung jawab atas apa
yang dilakukan oleh mereka. ia menghadapi anak-anak yang diliputi kebencian kemarahan,
perasaan tidak berdaya dan memandang diri sendiri sebagai manusia yang gagal. ia menerima
dan mengakui kenyataan dari perasaan-perasaan tersebut dan ia tidak berpretensi untuk
mengesampingkan kemarahan dan perlawanan anak-anak itu.

Brown (1971) Telah mengembangkan pendekatan humanistik terhadap proses belajar-


mengajar berlandaskan teknik-teknik kesadaran fiskal yang bisa diterapkan, baik pada para
siswa sekolah dasar maupun pada para siswa sekolah menengah. bengkel-bengkel kerja yang
ditangani oleh para staff Ford-Essalen Diarahkan pada pelayanan pendidikan guru untuk
membantu para guru belajar bagaimana mengintegrasikan minat minat utama para siswa
dengan pelajaran titik tujuannya bukanlah menyingkirkan kurikulum konvensional,
melainkan menunjukkan kemungkinan-kemungkinan menerapkan kurikulum konvensional
ke dalam kehidupan para siswa. penekanan diberikan tidak hanya pada perasaan-perasaan
pada siswa tetapi juga pada pengintegrasian aspek aspek kognitif dan afektif dari belajar.Iya
melaporkan bahwa penggunaan teknik-teknik belajar efektif yang diintegrasikan dengan
bahan kognitif menghasilkan belajar yang lebih baik mengenai bahan kognitif, peningkatan
motivasi, penghargaan yang lebih besar terhadap diri orang lain dan alam, dan peningkatan
tanggung jawab siswa.

10
Sumber Rujukan:

Corey, G. (2009). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Aditama.

11

Anda mungkin juga menyukai