Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN TEORI GESTALT PADA KONSELING KELUARGA

Dosen Pengampu : Dyah Luthfia Kirana, M.Pd

KELOMPOK 3:

1. L. Muhammad Asbul Yamin (190303036)


2. Intan (190303037)
3. Rifqi Azmy Robby (190303039)
4. Muhammad Ramdhi Setiaji (190303052)
5. Siti Fatimah (190303058)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING DAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kita kenikmatan
yang tidak bisa kita hitung dan kita tidak bisa dustakan. Sebagaimana firman Allah di dalam
surah Ar- Rahman yang artinya “Nikmat Tuhan yang mana yang kamu dustakan?” yang
berulang-ulang sebanyak 31 kali dari 78 ayat, yang mana kalimat tertentu menunjukkan penguat
agar kita meyakininya. Diantara nikmat yang diberikan adalah nikmat iman yang masih ada
dalam qolbu kita dan sebagai tiket untuk kita masuk ke dalam surga nanti.

Shalawat serta salam sebagai umatnya selalu kita haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW dengan mengharapkan syafaat dari beliau di hari perhitungan amal ibadah kita
di padang mahsyar nanti.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu karena telah mempercayai kami
menyusun makalah ini dengan judul “Penrtapan Teori Gestal Pada Konseling
Keluarga”.Namun kodrat kami yang lemah pasti memiliki kekurangan dalam makalah yang
kami tulis ini sehingga kami membutuhkan koreksi dan saran agar ilmu kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman karena atass dukungan dan semangat belajar kalian sehingga
kami merasa termotivasi untuk menyelesaikan makalah ini agar kita dapat berdiskusi bersama-
sama untuk mendapatkan ilmu dan mengamalkannya demi kemajuan bersama.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Mataram, Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….……...........….....

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………...........
B. Rumusa Masalah…………………………………………………………..………..............
C. Tujuan…………………………………………………………...………….........................

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Konseling Gestalt..…………….....………………..……………..................


B. Penerapan Teori Gestal Pada Konseling Keluarga..............................…..............................

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………............
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendekatan Gestalt adalah terapi humanistik eksistensial yang berlandaskan premis, bahwa
individu harus menemukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggungjawab pribadi
jika individu ingin mencapai kedewasaan. Asumsi ini didasarkan pada bahwa manusia dalam
kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.Setiap individu bukan semata-mata
merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan
sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif
terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya.
Gestalt memandang bahwa pendekatan eksistensial juga dipengaruhi oleh suatu pijakan
bahwa konseli yang datang kepada konselor sedang dalam kondisi krisis eksitensial dan perlu
belajar bertanggungjawab atas eksistensinya sebagai manusia. Maka sebagai seorang calon
konselor atau guru BK, sangat penting untuk memahami teori Gestalt sebagai acuan dalam
membantu konseli/siswa, karena pendekatan ini mengajarkan pada konseli bagaimana mencapai
kesadaran tentang apa yang mereka rasakan dan lakukan serta belajar bertanggung jawab atas
perasaan, pikiran dan tindakan sendiri.1

B. Rumusan Masalah

1. Konsep Dasar Konseling Gestalt?


2. Penerapan Teori Gestalt Pada Konseling Keluarga?
C. Tujuan

1. Memahami dan mengetahui Konsep Dasar Konseling Gestalt


2. Memahami dan mengetahui Penerapan Teori Gestalt Pada Konseling Keluarga

BAB II

1
Kholifah, “Teori Konseling (Suatu Pendekatan Konseling Gestelt)”, Al-Tazkiah, (Vol. 5, No. 2, 2016), hlm. 110.
PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Konseling Gestalt

Pendekatan Gestalt merupakan bentuk terapi perpaduan antara eksistensial-humanistis dan


fenomenologi, sehingga memfokuskan diri pada pengalaman klien “here and now” dan
memadukannya dengan bagian-bagian kepribadian yang terpecah di masa lalu. Kemunculan
terapi gestalt dipelopori oleh Frederick Perls.2

Pendekatan ini mengajarkan pada konseli bagaimana mencapai kesadaran tentang apa yang
mereka rasakan dan lakukan serta belajar bertanggung jawab atas perasaan, pikiran dan tindakan
sendiri. Pendekatan ini menitikberatkan pada individu bahwa ia memiliki kesanggupan memikul
tanggungjawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Pendekatan Gestal
memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Yang berarti masa lalu telah pergi
dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menuntaskan segala permasalahan yang
dialami oleh manusia adalah masa sekarang (here and now).
Lebih lanjut menurut Perls, sebagaimana yang dikutip oleh Corey, individu yang
menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka
mengalami kecemasan yang menjadikannya sebagai kesenjangan antara saat sekarang dan
kemudian. Maka dalam praktiknya, konselor diarahkan untuk membantu konseli kontak dengan
saat sekarang, dengan menggunakan pertanyaan “apa” dan “bagaimana” bukan menggunakan
pertanyaan “mengapa”. Misalnya, “apa yang sedang anda alami sekarang saat anda duduk di
sana dan mencoba berbicara?”. Jadi dalam hal ini, apabila konseli berbicara tentang masa
lalunya, maka konselor meminta konseli agar membawa masa lalunya ke sana sekarang dengan
menjalaninya seolah-olah masa lalunya sedang terjadi pada saat sekarang.3
Hal ini diyakini oleh Perls, bahwa kebanyakan orang akan cenderung bergantung kepada
masa lampau untuk membenarkan ketidaksediaan dan ketidakmampuannya memikul

2
Siti Jahra, “Konseling Keluarga dan Pendekatan Gestalt”, http://sitijahra26.blogspot.com/2016/06/konseling-
keluarga-dan-pendekatan.html?m=1, diakses tanggal 8 Oktober 2021.

3
Opcit, hlm. 112
tanggungjawab atas dirinya sendiri.4 Dari uraian di atas dijelaskan bahwa terapi Gestalt
sebenarnya berfokus pada keadaan sekarang yang harus dilakukan oleh konseli, maka tugas
konselor selanjutnya adalah membuat konseli itu sadar bahwa apa yang dilakukan pada saat
sekarang adalah wujud dari rasa sadarnya.
Perls sebagaiman dikutip oleh Jones, mengatakan bahwa “Now 1 am aware” (sekarang saya
sadar) sebagai landasan pendekatan Gestalt. Konseli diminta sadar akan bahasa tubuhnya,
kualitas suaranya, dan emosi-emosinya.
Berkaitan dengan dimensi kesadaran Perls membaginya ke dalam tiga jenis kesadaran yaitu:
1. Inner Zone (dimensi kesadaran dalam)
2. Outer Zone (dimensi kesadaran luar)
3. Middle Zone (dimensi kesadaran pertengahan)
Urusan yang tak selesai (unfinished business) yang dimaskud dalam pendekatan ini menurut
Perls adalah “sebuah situasi atau konflik di masa lalu, khususnya yang bersifat traumatis dan
sulit, yang belum mencapai pemecahan memuaskan atau diatasi secara baik dalam kehidupan
konseli”. Urusan dan perasaan-prasaan yang telah terjadi di masa lampau dan tidak
terselesaiakan dipaksa ditekan di bawah sadar oleh individu sehingga mengendap menjadi
konflik. Perasaan-perasaan tersebut seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati,
kecemasan, kedudukan, rasa diabaikan dan sebagainya.5
Menurut pandangan Gestalt, untuk mengetahui sesuatu hal kita harus melihatnya secara
keseluruhan, karena bila hanya melihat pada bagian tertentu saja, kita akan kehilangan
karakteristik penting lainnya. Hal ini juga berlaku bagi tingkah laku manusia. Untuk menjadi
pribadi yang sehat, individu harus merasakan dan menerima pengalamannya secara keseluruhan
tanpa berusaha menghilangkan bagian-bagian tertentu. Ini dilakukan untuk mencapai
keseimbangan.6 Tetapi, pada individu yang tidak sehat mengalami ketidakseimbangan, maka
akan muncul ketakutan dan ketegangan sehingga melakukan reaksi penghindaran untuk
menyadarinya secara nyata

4
Ibid, hlm. 113.

5
Ibid, hlm 114.

6
Siti Jahra, “Konseling Keluarga dan Pendekatan Gestalt”, http://sitijahra26.blogspot.com/2016/06/konseling-
keluarga-dan-pendekatan.html?m=1, diakses tanggal 8 Oktober 2021.
Dalam pendekatan konseling Gestalt, individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara
kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog”.Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan,
menuntut, mengancam.Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah,
pasif, ingin dimaklumi. Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara
apa-apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self).Terjadi pertentangan antara
keberadaan sosial dan biologis. Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan,
dan tingkah lakunya mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang melarikan diri
dari kenyataan yang harus dihadapi.7
Seperti halnya client-centered yang mendorong klien untuk melakukan penafsiran dan
menemukan makna masalahnya sendiri, Gestalt juga menekankan peran aktif klien untuk secara
sadar mencapai kematangan pribadi dengan menemukan sendiri makna masalahnya.

Konsep dasar dari konseling Gestalt ini adalah pendangan mereka terhadap individu dan
perkembangan kepribadian. Pandangan-pandangan tersebut adalah:

a. Dorongan untuk beraktualisasi diri atau dorongan untuk mewujudkan diri.

b. Perkembangan kepribadian, yang merupakan hasil perjuangan individu untuk


menyeimbangkan keinginan-keinginan yang ada pada dirinya yang seringkali berada
dalam konflik.

Terdapat tiga prinsip kerja dalam proses konseling yaitu:


1. pendekatan ini lebih menekankan kepada tanggung jawab konseli, konselor menekankan
bahwa konselor bersedia membantu konseli tetapi tidak akan bisa mengubah konseli,
konselor menekankan agar konseli mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
2. pendekatan ini berorientasi pada masa sekarang dan di sini (here and now), dalam proses
konseling konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi
memfokuskan keadaan sekarang. Hal ini bukan berarti bahwa masa lalu tidak penting.Masa
lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang. Dalam kaitan ini pula konselor tidak
pernah bertanya “mengapa”.

7
Kholifah, “Teori Konseling (Suatu Pendekatan Konseling Gestelt)”, Al-Tazkiah, (Vol. 5, No. 2, 2016), hlm. 114.
3. pendekatan ini berorientasi eksperiensial, di mana konselor meningkatkan kesadaran
konseli tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga dengan demikian konseli
mengintegrasikan kembali dirinya.

2. Tujuan Pendekatan Konseling Gestalt

Secara spesifik, tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut:

a. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau
realitas yang ada serta mendapatkan pemahaman (insight) secara penuh.

b. Membantu klien menuju pencapaian keterpaduan (integritas) kepribadian yang dimilikinya.

c. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain, ke
mengatur diri sendiri.

d. Meningkatkan kesadaran individual.

3. Peran Konselor

Untuk mencapai tujuan konseling ini, peranan konselor adalah:

a. Konselor membangun suasana yang memungkinkan klien dapat menampilkan diri,


membuka diri dan berusaha mengenali, memahamai, menerima dan menyadari dirinya
sendiri.

b. Apabila klien sudah menyadari dirinya sendiri dan lingkungannya, kemudian konselor
berusaha menyeimbangkan keinginan yang ada.

c. Konselor memberi kesempatan bagi klien untuk berkembang

4. Proses Pendekatan Gestalt

Tahap-tahap penyelenggaraan konseling dengan menggunakan pendekatan ini, ialah:

a. Tahap pertama, konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi


yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien.
b. Tahap kedua, konselor berusaha meyakinkan dan mengondisikan klien untuk mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien.

c. Tahap ketiga, konselor mendorong klien untuk dapat mengatakan perasaan-perasaannya


pada saat ini, klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan
perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini.

d. Tahap keempat, setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran,
perasaan dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir. Pada
fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya
sebagai individu yang unik

5. Teknik Pendekatan Gestalt

Adapun teknik-teknik dalam konseling Gestalt, ialah:

a. Klien diarahkan untuk menggunakan kata ganti orang (personal pronoun).

b. Perubahan Bahasa.

c. Latihan “saya bertanggungjawab”.

d. Membagi kesedihan dengan cara melakukan refleksi perasaan.

e. Melakukan permainan proyeksi.

f. Konselor menyatakan penghargaan terhadap sesuatu hal yang cocok dikemukakan klien.

g. Permainan kebalikan.

h. Permainan dialog.

6. Aplikasi Pendekatan Gestalt dalam Konseling Keluarga

Aplikasi teori-teori konseling pada praktek konseling keluarga adalah suatu keharusan.
Walter Kempler dalam bukunya experiental Psyhchotherapy mengemukakan pertama kali
pendekatan Gestalts terhadap konseling keluarga. Ia sebagai konselor gestalt beranggapan
bahwa, pendekatan ini amat dekat dengan pendekatan eksistensial fenomenologis. Dalam
deskripsinya mengenai teori dan praktik psikoterapi pengalaman keluarga (family experiential
psychotherapy), Kempler menekankan perhatiannya pada perjuangan (encounter) atau interaksi
interpersonal dalam situasi terapeutik di sini dan sekarang (here and now). Selanjutnya konselor
harus mengembangkan tujuan konseling dengan cara berpartisipasi penuh sebagai manusia
(person).

Yang paling penting dalam fase awal konseling keluarga ialah mendorong semangat anggota
keluarga untuk berani mengemukakan dunia pribadinya. Kelabunya kehidupan keluarga tidak
lain adalah karena berkurangnya kemauan para anggota untuk mengalami, merasakan pandangan
dunia pribadi anggota keluarga yang lain. Yang satu merasa benar sendiri, dan berusaha
menyalahkan orang lain sehingga masalah yang ada dalam keluarga itu dirasakan oleh anggota
keluarga sebagai masalah yang tidak dimengertinya dan kadang-kadang tidak
memperdulikannya. Akan tetapi menunjukkan suatu kemauan untuk melihat dunia orang lain
melalui kacamata orang itu sendiri adalah cara konseling yang diinginkan dan arah ini yang perlu
dicapai dengan situasi terapeutik dalam konseling keluarga.

Pendekatan Gestalt memberikan perhatian kepada apa yang dikatakan anggota keluarga,
bagaimana mereka mengatakannya, apa yang terjadi ketika mereka berkata itu, bagaimana
ucapan-ucapannya jika dihubungkan dengan perbuatannya, dan apakah mereka berusaha untuk
menyelesaikan perbuatannya. Yang lebih ditekankan lagi dalam pendekatan ini ialah keterlibatan
konselor dalam keluarga. Karena itu, yang terpenting bagi konselor adalah mendengarkan suara
dan emosi mereka. Konselor melakukan perjumpaan dalam konseling keluarga sebagai
partisipan penuh, sebagai sahabat, sebagai orang yang dipercaya dalam perjumpaan antara
sesama. Konselor membawa kepribadian, reaksi dan pengalaman hidupnya kedalam perjumpaan
konseling keluarga. Konselor akrab dengan mereka dan berusaha memahami dan merasakan isi
hati mereka. Konseling yang jujur, asli akan terjadi jika individu-individu yang terlibat
didalamnya giat berusaha untuk menempatkan diri sebagaimana adanya dan memahami orang
lain sebagaimana adanya pula.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pendekatan Gestalt merupakan bentuk terapi perpaduan antara eksistensial, humanistis, dan
fenomenologi. Sehingga memfokuskan diri pada pengalaman klien “here and now” dan
memadukannya dengan bagian-bagian kepribadian yang terpecah di masa lalu. Kemunculan trapi
Gestalt diplopori oleh Fredrick Perls.

Tujuan konseling Gestal ialah membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi,
memahami kenyatan atau realitas yang ada serta mendapatkan pemahaman (insight) secara
penuh dan membantu dalam menuju pencapaian keterpaduan (integritas) kepribadian yang
dimilikinya.

Pendekatan Gestal memberikan perhatian kepada apa yang dikatakan anggota keluarga,
bagaimana mereka mengatakannya, apa yang terjadi ketika mereka berkata itu, bagaimana
ucapan-ucapannya, dan apakah mereka berusaha untuk menyelesaikan perbuatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Siti Jahra, “Konseling Keluarga dan Pendekatan Gestalt”,
http://sitijahra26.blogspot.com/2016/06/konseling-keluarga-dan-pendekatan.html?m=1, diakses
tanggal 8 Oktober 2021.

Ade Rahmatillah, “Bimbingan Dan Konseling Keluarga”,


https://aderahmatillahconseling.worspress.com/bimbingan-konseling-keluarga/, diakses tanggal 8
oktober 2021.

Kholifah, “Teori Konseling (Suatu Pendekatan Konseling Gestelt)”, Al-Tazkiah, (Vol. 5, No. 2, 2016),
hlm. 110.

Anda mungkin juga menyukai