Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“MULTIKULTURALISME DALAM ERA GLOBALISASI”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

Di Susun Oleh :
MUHAMMAD IQBAL FAHMI
(053641139)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA
(UPBJJ) PURWOKERTO
2024
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua anugerah-Nya, yang memungkinkan

penulis untuk menyelesaikan makalah mengenai "Multikulturalisme Dalam Era Globalisasi" dengan

sebaik mungkin.

Makalah ini bertujuan untuk pendidikan multicultural ialah mendorong setiap peserta didik

menjadi sadar akan kebudayaannya, memiliki pemahaman yang holisik dan mampu mengapresiasi

kebudayaan lain, berpetisipasi di dalam satu kebudayaan atau lebih dan bertanggung jawab untuk

memeliharanya. Kekuatan bersama itu dapat menjadi pengikat dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Sikap saling menghargai, toleransi, mampu hidup bersama dalam keragaman adalah tujuan

dari multikulturalisme, yang dapat dimiliki setiap insan melalui pendidikan, yang dikenal dengan

pendidikan multikultural.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua individu dan pihak yang telah

memberikan bantuan, fasilitas, masukan, dan dukungan dalam penulisan makalah ini, sehingga penulis

berhasil menyelesaikannya sesuai dengan waktunya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka

dengan berlipat ganda.

Kendati penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun makalah ini, penulis

sadar bahwa kemungkinan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang konstruktif dari semua pembaca.

Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi

masyarakat.

Gandrungmangu, Senin 20 Mei 2024

Penyusun

2
Muhammad Iqbal Fahmi

3
BAB I

PEBDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Terdapat 37 provinsi di

Indonesia, yang mana di setiap daerahnya memiliki budaya dan ciri khasnya masing-

masing. Dari segi perekonomian dan kesejahteraan di tiap daerah pun berbeda. Dan

dari situlah Indonesia bisa disebut dengan negara multikultural.

Manusia dan kebudayaannya tidak dapat dipisahkan, yang berarti manusia

hidup bertumbuh kembang di dalam dunia yang terstruktur oleh budaya.

Tentu saja di dalam berbedaan tersebut, pasti ada benturan-benturan antar

budaya yang menyebabkan terjadinya konflik. Yang mana disebabkan karena

masyarakat yang kurang peka terhadap keberagaman budaya atau ketidakmampuan

untuk berhadapan dengan budaya yang berbeda. Hal tersebut dapat memunculkan

stereotipe, prasangka, bahkan diskriminasi, dan realisme. Dalam konteks hubungan

antara kelompok budaya, prasangka memiliki konotasi yang negatif. Sedangkan

strereotipe adalah suatu citra yang dilekatkan pada suatu kelompok tertentu yang

belum tentu benar. Misalnya, orang Minang dikonotasikan pelit, orang Tionghoa di

Indonesia dikonotasikan licik, orang Jawa dikonotasikan malas. Sementara prasangka

adalah suatu pendugaan yang dilakukan seseorang terhadap kelompok lain yang

dipandang memiliki karakteristik yang negatif atau buruk atau tidak menyenangkan.

Lalu adanya diskriminasi, yaitu suatu tindakan yang membeda-bedakan perlakuan

berdasarkan karakteristik budaya kelompok tertentu. Misalnya, seorang pimpinan

menolah mempromosikan seorang karyawan karena berasal dari kelompok budaya

tertentu.

4
Ketidakmampuan atau ketidakinginan menerima kelompok budaya yang

berbeda dengan kelompok budaya kita, ditambah dengan adanya etnosentrisme

(budaya sendiri dipandang lebih baik dan unggu dibandingkan budaya kelompok lain)

yang berlebihan dapat pula mengarah pada tindakan pemusnahan suatu kelompok

etnis, atau budaya tertentu atau yang biasanya disebut dengan ethnis cleansing.

Dapat dibayangkan betapa kompleksnya masalah yang dapat muncul akibat

sulitnya menerima perbedaan budaya.

Namun perlu diingat juga, bahwa memang tidak semua pertemuan budaya

menghasilkan hubungan yang negatif. Di sisi lain, banyak juga terjadi pembauran

antara satu budaya dengan budaya lain secara alamiah tanpa paksaan. Tetapi dalam

era globalisasi, pertemuan budaya akan semakin sulit dihindari dan apabila kita tidak

dapat menanggapi pertemuan-pertemuan budaya ini secara positif maka akan terjadi

semakin banyak benturan budaya.

Terkait masalah-masalah tersebut, perlu adanya suatu pandangan yang dapat

menerima dan menghargai perbedaan kelompok budaya dan yang paling penting

dapat hidupberdampingan tanpa usaha-usaha salah satu kelompok budaya ingin

mendominasi kelompok budaya yang lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian keberagaman?

2. Apa itu multikulturalisme?

3. Bagaimana multikulturalisme dalam era globalisasi?

4. Apa itu kesetaraan?

5
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian keberagaman

2. Untuk mengetahui apa itu multikulturalisme

3. Untuk mengetahui multikulturalisme dalam era globalisasi

4. Untuk mengetahui apa itu kesetaraan

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keberagaman

Keberagaman adalah suatu kondisi masyarakat yang mana terdapat banyak perbedaan

di dalamnya. Perbedaan tersebut meliputi suku bangsa, ras, agama, dan antargolongan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak mengenal berbagai istilah untuk

menggambarkan masyarakat yang beragam. Mulai dari masyarakat plural, masyarakat

majemuk, dan istilah masyarakat multikultur.

Diawali dengan pengertian masyarakat plural. Indonesia pra kemerdekaan (pada masa

kolonial lebih dikenal sebagai Hindia Belanda atau Dutch Eash Indie) pernah mendapatkan

julukan sebagai masyarakat plural. Adalah J.S. Furnivall (1944:446), seorang administrator

dan penulis politik Inggris, pada akhir kolonialisme Barat di Asia Tenggara (1930-1940-

an) memperkenalkan konsep masyarakat plural.

Masyarakat plural memiliki pengertian masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih

elemen atau tatanan sosial yang hidup berdampingan, namun tanpa membaur dalam satu

unit politik. Dalam konsep masyarakat plural tersebut, ada segregasi sosial yang diikuti

dengan adanya sistem pembagian kerja di antara kelompok-kelompok etnis/religius, dalam

hal ini setiap kelompok memiliki peran ekonomi yang berbeda. Artinya, terjadi tumpang

tindih antara statifikasi ekonomi dengan perbedaan budaya kelompok etnis. Oleh sebab itu,

dalam masyarakat plural ini tidak ada kehendak sosial umum dan tidak memiliki perasaan

mengenai diri sendiri sebagai sebuah bangsa atau sebuah budaya.

Pada dasarnya, keberagaman adalah suatu kondisi yang terdapat bermacam-macam

perbedaan yang dimiliki oleh setiap individu di tengah kehidupan bermasyarakat.

Perbedaan tersebut tidak hanya sekadar pada gender saja, tetapi juga dalam berbagai

7
bidang. Lalu sebenarnya, apa sih definisi dari keberagaman itu? Apa saja unsur yang

membentuk keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia ini? Bagaimana pula

bentuk nyata dari keberagaman masyarakat Indonesia hingga akhirnya menjadi semboyan

Negara.

Istilah keberagaman ini berasal dari kata dasar “ragam”, yang mana dalam KBBI

(Kamus Besar Bahasa Indonesia), memiliki arti macam, jenis, warna, corak, dan tingkah

laku. Maksudnya adalah ragam ini berarti sesuatu yang memiliki jenis, warna, atau corak

yang berbeda-beda dan hidup bersama di suatu kehidupan nyata.

Apabila mengikuti konteks masyarakat, maka keberagaman ini menunjuk pada suatu

kondisi dalam kehidupan bermasyarakat dimana setiap individunya memiliki perbedaan di

berbagai bidang, mulai dari gender, suku bangsa, ras, agama, ideologi, budaya, bahasa,

hingga pemikiran. Hal itu juga yang kerap disebut sebagai masyarakat majemuk.

Suatu keberagaman yang “hidup” pada kehidupan bermasyarakat ini harus diimbangi

dengan adanya kesederajatan. Hal tersebut karena kesederajatan ini memiliki arti sebagai

suatu kondisi terutama di dalam kehidupan keberagaman ini, setiap manusia tetap memiliki

suatu kedudukan yang sama pada satu tingkatan hierarki sosial. Contoh nyata keberagaman

yang dapat ditemui dalam kehidupan ini misalnya:

1. Di dalam suatu kelas, terdapat anak dengan latar belakang agama berbeda-beda.

Misalnya ada yang beragama Kristen Protestan, Katolik, Islam, Budha, Hindu, hingga

Konghucu.

2. Di dalam suatu rapat pertemuan RT, terdapat kepala keluarga sebagai perwakilan

keluarganya yang memiliki latar belakang suku berbeda-beda. Misalnya suku Jawa,

suku Dayak, suku Sunda, dan lain-lain.

8
3. Di dalam suatu organisasi, terdapat anggota yang masing-masing memiliki pola

pemikiran berbeda-beda yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang pendidikan

dan lingkungan.

Dilansir dari indonesia.go.id, berdasarkan sensus BPS pada tahun 2010 menyatakan

bahwa negara Indonesia terbukti menjadi negara yang memiliki keberagaman suku bangsa,

yakni sekitar 1.340 lebih kelompok etnik atau suku bangsa tinggal di tanah air ini. Suku

Jawa menjadi kelompok etnik terbesar di Indonesia yakni dengan jumlah sekitar 41% dari

keseluruhan total populasi penduduk. Sebenarnya, pembagian kelompok suku di Indonesia

itu tidak mutlak dan tidak jelas sebab terjadi adanya perpindahan penduduk atau migrasi

sehingga satu kelompok etnik dengan kelompok etnik yang lainnya akan saling

mempengaruhi hingga terjadilah keberagaman. Meskipun demikian, keberagaman ini juga

harus dilandasi oleh prinsip kebersamaan, kesetaraan, toleransi, dan saling menghormati

satu sama lain. Nah, berikut adalah faktor penyebab Indonesia memiliki keberagaman

dalam kehidupan bermasyarakatnya, yakni:

9
a. Letak Geografis

Letak geografis ini berkaitan dengan kondisi negara kepulauan, yang berjumlah

sekitar 17.000 dan setiap pulaunya memiliki suku bangsa berbeda-beda. Hal

tersebut juga menjadikan Indonesia memiliki letak yang strategis, sehingga tak

jarang pula dijadikan WNA (Warga Negara Asing) untuk memohon naturalisasi

sebagai WNI (Warga Negara Indonesia).

b. Perbedaan Kondisi Alam

Melihat keberagaman letak geografis di Indonesia, pasti akan beragam pula

kondisi alamnya. Perbedaan kondisi alam ini berkaitan dengan perbedaan musim

antar daerah dan perbedaan kondisi alam yang berupa pantai serta pegunungan.

Dari hal tersebut maka kebutuhan masyarakat, mata pencaharian, dan hasil

sumber daya alam juga akan turut beragam.

Perbedaan kondisi alam ini juga mempengaruhi keberagaman penggunaan

transportasi dan sistem komunikasi di dalam kehidupan bermasyarakatnya.

Misalnya, untuk masyarakat yang tinggal dengan kondisi alam pantai, umumnya

mereka akan menggunakan transportasi laut.

c. Pengaruh Kebudayaan Asing

Kebudayaan asing yang mempengaruhi bangsa Indonesia terutama pada era

digital seperti saat ini juga turut menjadi faktor penyebab dari keberagaman

masyarakatnya. Biasanya, kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia ini

memiliki ciri khas yang berbeda, sehingga masyarakat harus pandai untuk

memilahnya. Tak jarang pula akan terjadi proses akulturasi atau percampuran

antara unsur budaya asing dengan budaya Indonesia. Contohnya seni sastra yang

banyak terinspirasi oleh sastra Ramayana dan Mahabarata yang berasal dari

Indonesia (kebudayaan Hindu).

10
Apalagi, masyarakat pada zaman sekarang sudah sangat menerima terhadap

perubahan yang ada yang mana mencakup pada segala bidang kehidupan.

Sehingga akulturasi hingga mencapai hasil yang beragam juga turut menjadi

faktor penyebab keberagaman di Indonesia.

Pengertian di atas tidak jauh berbeda dengan definisi yang diungkapkan oleh J. Rex

(2004):

Plural society (largely unequal) institutionalization of ethnic differences, and which is more

likely to perpetuate social divisions and ethnic group conflicts.

Indonesia juga memiliki semboyan yang menggambarkan keberagaman masyarakat

Indonesia dari sisi etnisitas, agama, bahasa, dan membangun semangat persatuan di antara

kelompok-kelompok yang berbeda, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”, yang memiliki arti

harfiah ‘berbeda-beda, tetapi tetap satu’.

B. Multikulturalisme

Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan

perbedaan, yang mencakup perbedaan-perbedaan individual dan perbedaan secara

budaya.

Menurut Bhikhu Parekh, multikulturalisme bukan sebuah doktrin politik maupun

teori filsafat tentang manusia dan dunianya, melainkan sebuah perspektif tentang

kehidupan manusia.

Demikian pula menurut Parsudi Suparlan, akar kata kulturalisme adalah

kebudayaan. Kebudayaan dalam konteks ini harus dipandang sebagai pedoman bagi

kehidupan manusia. Oleh karena itu, multikulturalisme tercermin dalam interaksi yang

ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia, baik itu kehidupan sosial,

11
ekonomi, politik, dan berbagai kegiatan lainnya dalam masyarakat yang bersangkutan.

J. Rex mendefinisikan masyarakat multikultur sebagai :

Multicultural society is to be understood as one where the public sphere, incorporating

such areas as politics, economics, professional education and law, would be based on

single and universal cultural principles hereas the private sphere, which involves

areas such as religious beliefs, moral education and primary socialization, would

allow for greater diversity between ethnic groups.

Artinya, masyarakat multikultur adalah masyarakat yang membedakan antara

kehidupan publik dan kehidupan pribadi. Kehidupan publik meliputi, area politik,

ekonomi, pendidikan, dan hukum berlandaskan pada prinsip-prinsip budaya yang

universal. Sementara dalam kehidupan pribadi meliputi, kepercayaan atau agama,

pendidikan moral, dan sosialisasi primer, keberagaman nilai-nilai budaya dari berbagai

kelompok etnis ditujukan untuk terus hidup dan berkembang.

C. Multikulturalisme dalam Era Globalisasi

Menurut H.A.R. Tilaar, multikulturalisme pada masa modern, terutama dalam era

globalisasi, berbeda dengan multikulturalisme pada masa lalu. Multikulturalisme modern

di dalam era globalisasi bersifat terbuka dan melihat ke luar. Yang mana tidak hanya

beragam pada suatu kelompok etnis dalam sebuah negara, tetapi juga seluruh kelompok

etnis yang beragam di luar batas-batas negara, termasuk di dalamnya perkembangan

agama, isu jender, dan kesadaran kaum marjinal.

Kesadaran multikultural berarti seseorang mempunyai kesadaran serta kebanggaan

memiliki dan mengembangkan budaya komunitasnya sendiri, namun demikian dia akan

hidup berdampingan secara damai, bahkan saling bekerja sama dan saling menghormati

dengan anggota kelompok lain yang berbeda budaya.

12
Untuk itu, sangat diperlukan pendidikan mengenai multikulturalisme di era

globalisasi ini. Contohnya, program yang dibuat oleh pemerintah, yaitu program

Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) melalui Kementrian Negara Pemuda dan

Olahraga (KEMENPORA). Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan generasi

muda Indonesia agar pengetahuan dan wawasannya diperluas, sekaligus mempersiapkan

mereka dalam menghadapi tantangan global di masa yang akan mendatang. Serta

memberikan kesempatan bagi para generasi muda untuk lebih mengenal budaya adat-

istiadat dan kesenian di negara tujuan serta saling bertukar pengalaman dengan

melakukan kegiatan bersama, yang mana akan menimbulkan sifat saling pengertian,

saling menghormati dan toleransi.

D. Kesetaraan

Kesetaraan merupakan konsep yang paling penting dalam memaknai keberagaman

budaya. Untuk menjamin kesetaraan tidaklah mudah, apalagi menerapkan

multikulturalisme dalam suatu masyarakat.

Kesetaraan diartikan dengan memberi perlakuan yang kurang lebih sama dan

memberi mereka hak-hak yang kurang lebih sama. Pada dasarnya, menusia memiliki

beberapa kemampuan dan kebutuhan yang sama, tetapi perbedaan kultural yang dimiliki,

membentuk dan menyusun kemampuan dan kebutuhan baru yang berbeda. Manusia juga

memiliki identitas bersama yang dimediasi oleh budaya.

Manusia adalah maklhluk yang sama, tetapi juga berbeda. Maka dari itulah, manusia

harus diperlakukan setara karena dua karakteristik sebagai makhluk sama dan sebagai

makhluk yang berbeda.

13
Hak yang setara tidak berarti adanya hak-hak yang sama karena individu yang

memiliki latar belakang budaya dan kebutuhan yang berbeda, mungkin membutuhkan

hak-hak yang berbeda untuk menikmati kesetaraan.

Kesetaraan harus mampu untuk tidak menolak perbedaan-perbedaan yang tidak

relevan, namun juga harus diikuti oleh pengakuan yang penuh terhadap perbedaan-

perbedaan yang sah dan relevan dalam konteksnya. Kesetaraan diwujudkan dalam

beberapa tingkatan :

1. Kesederajatan dalam kekuasaan sebagai makhluk hidup, kemampuan dasar untuk

berkembang

2. Kesederajatan dalam kesempatan, kepercayaan diri, kemampuan diri

3. Kesederajatan dalam hak-hak dan menghargai perbedaan

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Multikulturalisme adalah bagian dari keberagaman, yang meliputi suku

bangsa, ras, agama, dan antar golongan. Namun, pada era globalisasi, pertemuan

budaya akan semakin sulit dihindari dan apabila kita tidak dapat menagggapi

pertemuan-pertemuan budaya ini secara positif, maka akan terjadi banyak benturan

budaya. Langkah yang dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah dengan dibuatnya

program pertukaran pelajar, yang mana generasi muda diajarkan untuk lebih

menghargai dan toleransi terhadap budaya negara lain. Selain itu, perlu adanya

kesetaraan, yang mana manusia pada dasarnya sama, tetapi juga berbeda. Kesetaraan

14
yang bertujuan untuk memberi perlakuan yang kurang lebih sama dan memberi

mereka hak-hak yang kurang lebih sama.

2. Saran

Saya berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah khasanah ilmu

tentang multikulturalisme dalam era globalisasi, dalam kepenulisan makalah ini tentu

saja penulis tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan maka dari itu penulis berharap

adanya kritik dan saran yang membangun agar kedepannya dapat menjadi

pembelajaran.

15

Anda mungkin juga menyukai