Kel. 09 Pengembangan Sistem Evaluasi PAI
Kel. 09 Pengembangan Sistem Evaluasi PAI
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Media dan Teknologi
Pembelajaran
Dosen Pengampu:
JURUSAN TARBIYAH
MEI 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Ro’yun Niswati Ahada M. Pd sebagai
dosen pengampu mata kuliah Media Teknik Pembelajarn, yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….....ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….…...iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………....1
A. Latar Belakang………………………………………………………………………..…1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….................1
C. Tujuan Pembahasan……………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….…2
A. Ringkasan ……………………………………………………………….……………….9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….10
iii
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Multimedia Learning adalah teori pembelajaran yang dipopulerkan oleh Richard R. Mayer
yang digunakan sebagai representasi mental dari gambar dan kata-kata yang kemudian dikenal
sebagai Cognitive Theory of Multimedia Learning (CTML).
Multimedia learning adalah pendekatan belajar yang menggabungkan kata-kata dan
gambar untuk meningkatkan efektivitas pengajaran. Dalam pendekatan ini, informasi disajikan
melalui kombinasi verbal dan visual untuk membantu siswa memahami konsep dengan lebih baik.
Richard E. Mayer, seorang ahli dalam bidang psikologi pendidikan, telah melakukan penelitian
yang luas dan mengembangkan teori kognitif tentang belajar multimedia. Teori ini menjelaskan
bagaimana otak manusia memproses informasi dari berbagai sumber, termasuk kata-kata dan
gambar, dan bagaimana desainer instruksional dapat menggunakan prinsip-prinsip ini untuk
membuat materi multimedia yang efektif. 1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori kognitif tentang multimedia learning?
2. Apa saja prinsip-prinsip multimedia learning?
3. Bagaimana karakteristik multimedia learning?
4. Apa saja multimedia learning pada pembelajaran?
C. Tujuan
1. Faham dengan teori kognitif tentang multimedia learning
2. Mengetahui prinsip-prinsip multimedia learning
3. Mengetahui karakteristik multimedia learning
4. Mengetahui multimedia learning padapembelajaran
1 Richard. E Mayer, Multimedia Learning, (Australia, Cambridge Universty Press, 2001), 3-4
1
BAB II PEMBAHASAN
2 Sorden, Cognitive Theory Of Multimedia Learning, (New York, Cambridge University Press, 2012), 9
2
menangkap multimedia presentation yang disajikan menggunakan bantuan adobe flash & flearn.
Sehingga sensory memory adalah gerbang utama masuknya ilmu, sedangkan working memory
adalah struktur kognitif yang secara sadar mengolah informasi (sounds dan images) yang didapat
melalui mata dan telinga. Setelah sounds sebagai representasi suara yang bisa berupa kata-kata
langsung atau musik latar. an images sebagai representasi gambar yang bisa berupa gambar, video
dan animasi diolah maka akan menghasilkan verbal model dan pictorial model. 3
Desain pembelajaran multimedia yang baik memerlukan penggabungan prinsip-prinsip ini
untuk memaksimalkan pemahaman dan retensi informasi oleh pembelajar. Penggunaan ilustrasi,
animasi, dan narasi harus dirancang dengan mempertimbangkan beban kognitif dan cara otak
manusia memproses informasi.
Dengan menerapkan teori ini, pendidik dan desainer instruksional dapat membuat materi
pembelajaran yang lebih efektif dan menarik, membantu pembelajar untuk memahami dan
mengingat informasi dengan lebih baik.
3 Mayer, Multimedia Learning dan Prinsip Aplikasi, (Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2009), 3
3
b. Prinsip Pensinyalan: Menggunakan koneksi dengan segmen lain memperkuat dan
mengkonsolidasikan pengetahuan segmen terkait, sehingga memungkinkan pengetahuan
yang lebih kompleks dan berkelompok
c. Prinsip Koherensi: Pembelajaran paling efektif ketika teks dan sumber daya terkait
berdekatan dalam ruang visual pengguna, memungkinkan siswa untuk mengasosiasikan
elemen dan membuat koneksi.
d. Prinsip Redundansi: Menggunakan keduanya sistem visual dan auditori serta
mempertimbangkan keterbatasan memori kerja untuk mengoptimalkan hasil belajar.
e. Prinsip Kedekatan Ruang: Pembelajaran paling efektif ketika teks dan sumber daya terkait
berdekatan dalam ruang visual pengguna, memungkinkan siswa untuk mengasosiasikan
elemen dan membuat koneksi.
f. Prinsip Kedekatan Waktu: Jika kita harus menampilkan konten (teks, gambar, video) lebih
baik jika ada kedekatan waktu, yang memungkinkan siswa untuk menghubungkannya
g. Prinsip Modalitas: Menggunakan keduanya sistem visual dan auditori serta
mempertimbangkan keterbatasan memori kerja untuk mengoptimalkan hasil belajar.
h. Prinsip Perbedaan Individual: Mengadaptasi bahasa ke kelompok bahasa atau
menggunakan bahasa sehari-hari daripada formal untuk meningkatkan efektivitas belajar.
Dengan memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip multimedia learning ini,
perancang instruksional dapat membuat materi multimedia yang efektif dan efisien, serta
meningkatkan hasil belajar siswa. 4
4Fatimah Saguni, Prinsip-Prinsip Kognitif Pembalajaran Multimedia: Peran Modality dan Contiguty, Journal Insan,
Vol. 08, No. 03, 2006
5 Chandrawati, Sri Rahayu, Pemanfaatan E-Learning Dalam Pembelajaran, Journal Untan, Vol.08, No.02, 2010
4
Karakteristik multimedia learning mengacu pada ciri-ciri dan elemen-elemen yang
membuat pembelajaran menggunakan multimedia efektif. Beberapa karakteristik utama dari
multimedia learning meliputi:6
1) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik
2) Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)
3) Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self learning materials) kemudian
disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh pengajar dan peserta didik kapan saja
dan dimana saja.
4) Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, danhal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saatdi computer.
5) Kombinasi Teks dan Gambar: Pembelajaran multimedia biasanya menggabungkan teks dan
gambar untuk memperkuat pemahaman. Teori kognitif multimedia menunjukkan bahwa
orang belajar lebih baik ketika informasi disajikan dalam bentuk verbal dan visual daripada
hanya verbal saja.
6) Interaktivitas: Pembelajaran multimedia sering kali interaktif, memungkinkan peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, melakukan manipulasi konten, dan mendapatkan umpan balik
segera. Ini dapat meningkatkan keterlibatan dan retensi informasi.
7) Multisensory: Memanfaatkan berbagai indera (pendengaran, penglihatan, dll.) untuk
menyajikan informasi, yang dapat membantu dalam memori dan pemahaman yang lebih
baik.
6 Nur Salam, Fery Efendi, Pendidikan Dalam Keperawatan, (Jakarta, Salemba Medika, 2008), 2
5
Istilah e-learning memiliki definisi yang sangat luas. E-learning terdiri dari huruf e yang
merupakan singkatan dari elektronik dan kata learning yang artinya pembelajaran. Dengan
demikian e-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran dengan memanfaatkan bantuan
perangkat elektronik khususnya perangkat komputer. Istilah e-learning dapat pula didefinisikan
sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan dibidang pendidikan dalam bentuk
dunia maya. Elearning juga dapat diartikan sebagai sebuah program aplikasi berbasis internet yang
memuat semua informasi Secara umum terdapat dua model pengajaran online, yaitu synchronous
dan asynchronous. Pada model asynchronous, peserta didik belajar dengan langkahnya sendiri,
melihat bahan kuliah dan catatan dan mengambil masukan dari pendidik ketika peserta didik
memiliki waktu. Peserta didik berkomunikasi dengan pendidik dan sesama peserta didik melalui
chatting, e-mail, dan mengikuti grup diskusi. Peserta didik belajar sesuai dengan kecepatan belajar
dan kesibukannya. Hanya tugas dan tes yang biasanya terjadwal mengikuti batas akhir. Sementara
pada model synchronous, peserta didik belajar pada kelas maya dalam waktu yang sebenarnya
seperti pada kelas konvensional. Pendidik memimpin kelas dengan menayangkan presentasi slide
atau para peserta didik dapat melihat pendidik melalui video berbasis web secara langsung. Selain
itu model synchronous mengandalkan fitur chatting yang memungkinkan pendidik dan peserta
didik berinteraksi sesamanya dan dapat menggunakan saluran pribadi ketika membutuhkan
bantuan tanpa mengganggu pengajaran yang berlangsung tentang pendidikan seputar pendidikan
yang jelas, dinamis, akurat dan up to date serta memberikan kemudahan bagi para pembelajar
untuk melakukan pembelajaran secara online. 7
Unsur yang harus dimiliki oleh pembelajaran jarak jauh berbasis web, di antaranya:
a) Pusat kegiatan peserta didik; sebagai suatu community web based distance learning harus
mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan peserta didik, dimana peserta didik
dapat menambah kemampuan, membaca materi pelajaran, mencari informasi dan
sebagainya.
b) Interaksi dalam grup; peserta didik dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan
materi yang diberikan oleh pendidik. Pendidik dapat hadir dalam grup ini untuk
memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya.
7 M. Munir, Pembelajaran E-Learning Dalam Strategi Pembelajaran, (Jakarta, Rineka Cipta, 2016), 169-170
6
c) Sistem administrasi peserta didik; dimana peserta didik dapat melihat informasi mengenai
status peserta didik, prestasi peserta didik dan sebagainya.
d) Pendalaman materi dan ujian; biasanya pendidik sering mengadakan quiz singkat dan tugas
yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan tes pada
akhir masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning.
e) Perpustakaan digital; pada bagian ini terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak
terbatas pada buku, tetapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar, dan
sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk data base.
f) Materi online diluar materi kuliah; untuk menunjang perkuliahan diperlukan juga bahan
bacaan dari web lain. Oleh karena itu pada bagian ini pendidik dan peserta didik dapat
langsung terlibat untuk memberikan bahan lainnya untuk dipublikasikan kepada
mahasiswa lainnya melalui web.
Metode belajar jarak jauh dan teknologi informasi bertemu dengan strategi belajar kelas sehingga
menciptakan suatu lingkungan baru yang disebut dengan program belajar fleksibel (flexible
learning). Program belajar fleksibel ini perlu dicermati karena hal ini merupakan tantangan yang
harus segera diwujudkan guna mengantisipasi masa depan. E-learning atau pembelajaran online
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dalam proses pembelajaran online adalah sebagai
berikut:
• Meningkatkan interaksi pembelajaran (enchange interactivity).
• Mempermudah interaksi pembelajaran di mana dan kapan saja (time and place flexibility).
• Memiliki jangkauan yang lebih luas (potential to reach a global audience).
• Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of
content as well as archivable capabilities)
Kekurangan atau kelemahan dari e-learning adalah:
▪ Terpisahnya antara pendidik peserta didik menyebabkan interaksi antara pendidik dan
peserta didik kurang maksimal.
▪ Teknologi e-learning cenderung lebih terfokus pada aspek teknologinya bukan pada aspek
pendidikannya.
▪ Proses pembelajarannya cenderung ke arah pelatihan dan kurang memperhatikan aspek
afektif.
7
▪ Pengajar dituntut mengetahui dan menguasai strategi, metode, atau Teknik pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang mungkin belum dikuasai. 8
8Marjuni A, Harun Hamzah, Penggunaan Multimedia Online Dalam Pembelajaran, Journal Idaarah, Vol.03, No. 02,
2019
8
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Multimedia Learning adalah teori pembelajaran yang dipopulerkan oleh Richard R. Mayer
yang digunakan sebagai representasi mental dari gambar dan kata-kata yang kemudian dikenal
sebagai Cognitive Theory of Multimedia Learning (CTML). Komponen-komponen yang ada pada
Cognitive Theory of Multimedia Learning adalah word dan picture yang terletak pada multimedia
presentation. Pemilihan kata dan gambar yang akan disajikan harus sesuai dengan topik bahasan
atau materi pembelajaran yang ada karena ini adalah tahap awal dimana proses pembelajaran
Cognitive Theory of Multimedia Learning dengan terjadi. Setelah itu proses pembelajaran dengan
teori ini akan berhubungan secara erat dengan tiga struktur memori penyimpanan manusia.
Prinsip multimedia menjelaskan bahwa pebelajar akan mampu belajar lebih baik apabila
materi disajikan berupa kata-kata dan gambar-gambar, dibandingkan hanya menggunakan katakata
saja. Coba bandingkan mana yang lebih menarik dan mudah diterima/dingat? Terdapat 8 prinsip-
prinsip multimedia learning yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran yaitu: Prinsip
Segmentasi, Prinsip Pensinyalan, Prinsip Koherensi, Prinsip Redundansi, Prinsip Kedekatan
Ruang, Prinsip Kedekatan Waktu, Prinsip Modalitas, Prinsip Perbedaan Individual.
Karakteristik e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara
cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan
informasi. Karakteristik multimedia learning mengacu pada ciri-ciri dan elemen-elemen yang
membuat pembelajaran menggunakan multimedia efektif.
Multimedia merupakan salah satu sumber belajar. Jenis media bermacam macam dari yang
sederhana seperti media kartu, sampai yang modern seperti komputer, internet, LCD, dan lain-lain.
Media pembelajaran yang tepat digunakan pada masa sekarang ini adalah media berbasis
teknologi. Internet merupakan media teknologi yang multifungsi yang bisa dimanfaatkan dalam
dunia pendidikan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Fery Efendi, Nur Salam, Pendidikan Dalam Keperawatan, (Jakarta, Salemba Medika, 2008)
Mayer, Multimedia Learning dan Prinsip Aplikasi, (Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2009)
Sorden, Cognitive Theory Of Multimedia Learning, (New York, Cambridge University Press,
2012)
Sri Rahayu, ChandrawatI, Pemanfaatan E-Learning Dalam Pembelajaran, Journal Untan, Vol.08,
No.02, 2010
10