Anda di halaman 1dari 15

PENDEKATAN ILMU USHUL FIQHI

DALAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
PAI Inter Multidisipliner

Program Pascasarjana Prodi PAI Semester II

Oleh:
Idhar Ladjiham (NIM 02111423023)
Kartini (NIM 02111423025)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Saggaf Pettalongi, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan taufiknya kepada kita semua, terutama kepada kami yang telah
selesai menyelesaikan penulisan makalah Tekhnologi pembelajaran dan Sistim
Informasi ini. Karena berkat rahmat beserta karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah ini, walaupun masih banyak kekurangan di dalam
makalah kami ini.
Kemudian shalawat beserta salam kita panjatkan kepada Allah SWT,
semoga selalu tercurah kepada pemimpin umat sedunia, yakni Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa petunjuk yang benar dan mengajarkannya kepada
sahabat-sahabatnya, dan pada akhirnya sampailah kepada kita umat akhir zaman
ini, semoga Allah tetapkan hati kita agar selalu berpegang kepada Al-Qur’an dan
Sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW tersebut sampai hari kiamat,
amiin.
Makalah ini kami buat atas tugas yang di berikan oleh dosen mata kuliah
PAI Inter-Multidisipliner, yaitu Bapak Prof. Dr.H Saggaf S Pettalongi, M.Pd,
Alhamdulillah makalah yang berjudul “Pendekatan Ilmu ushul Fiqhi Dalam Studi
Pendidikan Islam” telah selesai kami kerjakan, walaupun sebenarnya masih
banyak kekurangan dan kecacatannya, mungkin itu karena kelalaian kami
maupun karena ketidaktahuan kami dalam suatu masalah. Dalam pembuatan
makalah ini banyak sekali tantangan yang kami hadapi, diantaranya adalah
sulitnya memahami pembahasan mengenai Pendekatan Ilmu Ushul Fiqhi Dalam
Studi Pendidikan Islam tersebut, namun berkat izin dari Allah SWT kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kritik, saran,
masukan, dan sanggahan sangat kami harapkan bagi siapapun yang membaca
makalah ini, agar makalah ini lebih baik dan lebih sempurna lagi untuk
kedepannya.

Luwuk, Maret 2024

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Ushul Fiqhi dalam Pendidikan Islam........................................................... 12
B. Peran dan Tujuan Mempelajari Ushul Fiqhi dalam pendidikan Islam ......... 12

C. Urgensi dan Kedudukan Ushul Fiqhi dalam pendiidkan Islam.....................14

D. Inovasi Pengembangan Kurikulum Ushul Fiqhi...........................................14

BAB III ................................................................................................................. 14

PENUTUP ............................................................................................................. 14

A. Kesimpulan .................................................................................................. 14

B. Saran ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
.Ilmu ushul fiqh bersamaan munculnya dengan ilmu fiqh meskipun dalam
penyusunannya ilmu fiqh dilakukan lebih dahulu dari ushul fiqh. Sebenarnya
keberadaan fiqh harus didahului oleh ushul fiqh, karena ushul fiqh itu adalah
ketentuan atau kaidah yang harus diikuti mujtahid pada waktu menghasilkan
fiqhnya. Namun dalam perumusannya ushul fiqh datang belakangan. Menurut
sejarahnya, fiqh merupakan suatu produk ijtihad lebih dulu dikenal dan dibukukan
dibanding dengan ushul fiqh. Tetapi jika suatu produk telah ada maka tidak
mungkin tidak ada pabriknya. Ilmu fiqh tidak mungkin ada jika tidak ada ilmu
ushul fiqh. Ushul Fiqh merupakan ilmu hukum islam di bidang amaliyah praktis;
bidang kajian usul fiqh merupakan persoalan yang praktis bukan dalam bidang
tauhid/iktiqad, Ushul Fiqh merupakan prosedur yang terukur bagi fuqaha dalam
menjalankan istinbat hukum. Metode yang digunakan fuqaha merupakan aplikasi
satuan dalil tertentu dalam kasus hukum amaliyah dengan nalar deduktif dan
ormatif.
Mempelajari Ilmu Ushul Fikih dalam memahami islam adalah suatu
keniscayaan. Karena pada dasarnya Islam terdiri dari tiga pilar utama, yaitu Iman,
Islam dan Ihsan. Pertama, iman merupakan kepercayaan yang ada di dalam hati.
Kedua, Islam merupakan merupakan implementasi dari keimanan. Ketiga, Ihsan
adalah upaya untuk lebih dekat dengan Sang Khalik.

Dalam pendidikan Islam memerlukan pengelolaan atau manajemen yang


baik. Pengelolaan tersebut harus disesuaikan pada jenjang model pendidikan
formal seperti MI, MTs, MA, dan Diniyah. Pendidikan Islam disusun sebagai
upaya penyelenggaraan institusi pendidikan Islam agar dapat berjalan secara
berkesinambungan, terencana, terarah, dan termonitor dengan baik untuk masa
depan lebih baik. Pendidikan Islam dipersiapkan untuk masalah Institusi
pendidikan Islam dari kerusakan dan kekacauan dalam penyelenggaraan. Hal ini
sejalan dengan Usul al fiqh sebagai bagian dari disiplin keilmuan yang menjadi
unsur yang menopang Islam tentu perlu melakukan pembenahan diri dengan
menelurkan nilai-nilai yang dapat berperan menciptakan pendidikan
perdamaian ( peace education) (Yunus,2019).
1
Pendidikan Islam bertujuan agar dapat membentuk manusia yang memliki
keimanan dan ketakwaan serta memiliki akhlak mulia dan diharapkan mampu
menjaga kerukunan dan kedamaian antara umat beragama baik secara intren
maupun dunia luar. Pendidikan Islam bertujuan dalam pengembangan dan
kemampuan kepada para peserta didik didalam memahami dengan benar ajaran
agama serta menghayati dan dapat mengamalkan nilai-nilai agama yang
mengharmonisasikan antara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
juga sains.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya, antaras lain:

1. Apa Definisi Usul Fiqhi dalam pendidikan Islam ?

2. Apa Peran dan tujuan mempelajari Ushul Fiqhi dalam pendidikan Islam?

3. Bagaimana urgensi dan kedudukan ilmu Ushul Fiqhi dalam pendidkan Islam ?

4. Bagaimana Inovasi pengembangan Kurikulum Ushul Fiqhi ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah :

1. Mengetahui definisi Usul Fiqhi dalam pendidikan Islam

2. mengetahui Peran dan tujuan mempelajari Ushul Fiqhi dalam pendidikan


Islam

3. mengetahui urgensi dan kedudukan ilmu Ushul Fiqhi dalam pendidkan


Islam

4. mengetahui Inovasi pengembangan Kurikulum Ushul Fiqhi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Usul Fiqhi dalam Pendidikan Islam


1. Definisi Ushul Fiqhi

Secara etimologi ushul fiqh terdiri dari dua kata yaitu ushul dan fikih.
Dilihat dari kata bahasa arab rangkain kata ushul dan fiqhi tersebut dinamakan
dengan tarkib idhafah, sehingga dari rangkaian dua kata itu membuat dua
rangkaian kata ushul dan fiqhi. Kata ushul adalah bentuk jama’dari kata ashl yang
menurut bahasa , berarti suatu yang di jadikan dasar bagi yang lain, atau bermakna
fondasi sesuatu, baik bersifat materi maupun non materi sehingga ushul fiqhi
berarti suatu yang di jadikan dasar bagi fiqh.
Secara terminologi banyak definisi yang diberikan para ulama tentang
ushul fiqh. Namun di sini hanya akan dikemukakan beberapa definisi yang
lengkap dan mudah dipahami. Salah satunya adalah definisi ushul fiqh yang
dikemukakan oleh ulama ushul: M. Khudary Beik yaitu Ushul fiqh adalah ilmu
tentang qaidah atau aturan-aturan, di mana dengan qaidah tersebut seorang
mujtahid sampai (menemukan) hukum syar’i yang diambil dari dalilnya.”.Ali
Hasaballahi lmu Ushul fiqh adalah kaidah-kaidah yang dengan kaidah tersebut
menyampaikan untuk mengistinbathkan (mengeluarkan) hukum dari dalil-dalil
yang terperinci.” Abdul Wahhab Khallaf mendefinisikan ushul fiqh ilmu tentang
kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan dan pembahasan yang dijadikan sebagai
sarana untuk memperoleh hukum-hukum syar’i yang berkaitan dengan amaliyah
dari dalil-dalilnya yang terperinci.” Menurut Abu Zahrah ushul fiqh adalah ilmu
tentang kaidah-kaidah yang menggariskan jalan untuk memperoleh hukum syara’
yang bersifat amaliyah dari dalil-dalilnya yang terperinci, maka dia adalah kaidah
yang menjelaskan metode (thariqah) mengeluarkan hukum dari dalilnya. 1
Dari Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ushul Fiqhi adalah cabang
ilmu studi islam yang membahas prinsip-prinsip metodologi dalam penafsiran,
pemahaman, dan pengambilan hukum dari sumber-sumber hukum islam seperti
Alqur`an, Hadits, ijma qiyas dan maslaha mursaha.

1
https://pai.ftk.uin-alauddin.ac.id/artikel/detail_artikel/225
3
Secara garis besar, menurut Muhammad Husain Abdullah cakupan pembahasan
Ushul Fiqih ada empat, yaitu:
1. Pembahasan tentang dalil dan yang berkaitan dengannya. Mencakup apa saja
yang dapat dijadikan sebagai dalil, baik yang disepakati maupun yang masih
diperdebatkan.
2. Pembahasan hukum dan yang berkaitan dengannya. Mencakup pembahasan
pengertian hukum syariat, jenis-jenis hukum syariat, tujuan (maqashid)
hukum syariat, rukun-rukun hukum mencakup al hâkim (siapa yang berhak
menjadi sumber hukum), mahkum fih, dan mahkum „alaih.
3. Makna lafadz (dalâlah alfâzh) baik yang ada dalam al Quran maupun as
sunnah. Mencakup beberapa point yaitu:
a. Makna lafaz dari sisi kejelasan dan kesamarannya. Dari sisi kejelasannya
dibagi menjadi: al muhkam, al mufassar, an nash, dan az-zhahir. Dari sisi
kesamarannya dibagi menjadi: al khafi, al musykil, al muhmal, dan al
mutasyabih
b. Makna lafaz dari sisi makna-maknanya seperti dalalah isyarah, dalalah
ibarah, dan mafhum mukhalafah
c. Makna lafaz dari sisi cakupannya seperti al „âm dan al khâs, al mutlak
dan al muqayyad
d. makna lafaz dari sisi redaksi dan maksud tuntutan, mencakup al amr dan
konsekuensinya serta an nahyu dan konsekuensinya
4. Ijtihad dan Taklid. Pembahasan terkait makna ijtihad, hukum ijtihad, jenis-
jenis mujtahid dan syarat-syaratnya. Termasuk juga pembahasan tentang
makna taklid, hukum taklid dan jenis-jenisnya(Muhammad Husain Abdullah,
al Wadhih fi Ushul al Fiqh
Dalam konteks pendidikan Islam, Usul Fiqhi membantu memahami dan
mengaplikasikan landasan teoritis dari hukum-hukum islam dan memberikan
kerangka kerja untuk menerapkan ajaran islam secara kontekstual dalam
kehidupan sehari hari.

2. Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fighi


Pada abad pertama (masa Nabi Muhammad saw dan para sahabat), belum
ada pembicaraan soal ushul fiqih dengan segala bentuk kaidah-kaidahnya. Saat
Nabi saw masih hidup, acuan hukum Islam langsung diputuskan oleh Rasulullah

4
saw berdasarkan wahyu ilahi yang terkandung dalam Al-Qur’an. Jadi, fatwa dan
putusan hukum yang Nabi keluarkan tidak membutuhkan dasar (ushul) dan
kaidah-kaidah yang dibutuhkan. Sudah dicukupkan dengan wahyu yang Allah
turunkan. Kemudian, pada masa sahabat (setelah Nabi saw wafat). Dalam
berfatwa dan membuat putusan hukum Islam, para sahabat langsung mengacu
pana nash (Al-Qur’an dan hadits) yang mereka pahami dengan pemahaman
bahasa Arab mereka yang masih orisinil. Arti orisinil di sini adalah belum
tercemari oleh faktor-faktor luar yang mempengaruhi kemampuan kebahasaan
mereka dalam memahami nash. Selain itu, dengan pernah hidup semasa
Rasulullah, juga menjadi nilai plus tersendiri bagi para sahabat. Di samping
keberkahan suhbah (hidup semasa dengan Nabi saw), mereka juga mengetahui
langsung faktor historis turunnya ayat Al-Qur’an (asbabun nuzul) dan hadits
(asbabul wurud) yang berkaitan dengan hukum tertentu. Dengan begitu, para
sahabat belum membutuhkan kaidah-kaidah sebagaimana yang terdapat dalam
ushul fiqih. ad Pasca-generasi sahabat, wilayah kekuasaan Islam semakin luas.
Sehingga pemeluk Islam semakin banyak dari berbagai bangsa dengan tipikal
sosial dan geografis yang plural (beragam), terjadilah asimilasi bangsa Arab
dengan bangsa-bangsa lain. Akibatnya, orisinilitas bahasa Arab mulai terancam.
Sehingga banyak kerancuan dalam memahami nash. Hal ini mendorong untuk
dibakukannya batasan dan kaidah bahasa demi menjaga orisinalitas yang telah
hilang. Dengan demikian, pemahaman atas nash tetap terkontrol sebagaimana saat
dipahami oleh penerima nash tempo dulu.
Selang 200 tahun berlalu. Ushul fiqih mulai tersebar luas di sela-sala
hukum fikih. Hal ini karena setiap imam mujtahid dari empat imam (Hanafi,
Maliki, Syafi’i dan Hambali) selalu memaparkan dalil pada setiap hukum yang
dikeluarkan, berikut metode pengambilannya. Semua metode dan hujah-hujah ini
tercakup dalam kaidah-kaidah ushul fiqih. Orang yang pertama kali menghimpun
kaidah yang tersebar itu dalam sebuah kitab tersendiri adalah Imam Abu Yusuf
(w. 798 M), penganut mazhab Hanafi. Hanya saja, karyanya tidak sampai ke
tangan kita. Sementara orang yang pertama kali menyusun kitab kaidah-kaidah
ushul fiqih dengan pembahasan yang sistematis, disertai penjelasan berikut
metode penelitiannya adalah Imam Muhammad bin Idris as-Syafi’i (w. 204 H),
atau biasa dipanggil Imam Syafi’i. Kitab itu diberi nama Ar-Risalah. Nasibnya
lebih beruntung, kitab ini sampai ke tangan kita, untuk kali pertamanya. Sehingga

5
Imam Syafi’i disebut sebagai peletak dasar ushul fiqih.

B. Peran dan Tujuan Mempelajari Usul Fiqhi Dalam Pendidikan Islam


1. Peran Mempelajari Usul Fiqhi
Peran Usul Fiqih dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
sangatlah penting. Berikut beberapa peran Usul Fiqih dalam pembelajaran PAI:

1. Mengajarkan Metodologi Berpikir: Usul Fiqih mengajarkan siswa tentang


metodologi berpikir dalam mengambil keputusan hukum Islam. Ini
membantu mereka mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam
tentang proses berpikir dalam menafsirkan teks-teks agama dan menerapkan
prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memahami Sumber Hukum Islam: Usul Fiqih memperkenalkan siswa pada
sumber-sumber hukum Islam, seperti Al-Quran, hadis, ijma (kesepakatan
para ulama), dan qiyas (analogi). Ini membantu siswa memahami dasar-
dasar hukum Islam dan bagaimana mereka digunakan dalam menetapkan
hukum-hukum agama.
3. Mengajarkan Prinsip-prinsip Penafsiran: Usul Fiqih membantu siswa
memahami prinsip-prinsip penafsiran teks agama, seperti maksud, tujuan,
konteks sejarah, dan kaidah-kaidah interpretasi. Ini membantu mereka
menghindari pemahaman yang keliru atau sempit terhadap ajaran Islam.

4. Mendorong Kritis Berpikir: Pembelajaran Usul Fiqih mendorong siswa


untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah-masalah hukum Islam
yang kompleks. Mereka diajarkan untuk mempertimbangkan berbagai
argumen dan bukti sebelum membuat keputusan.
5. Memperkuat Akidah dan Ketaqwaan: Dengan memahami dasar-dasar
hukum Islam melalui pembelajaran Usul Fiqih, siswa dapat memperkuat
akidah (keyakinan) dan ketaqwaan mereka. Mereka menjadi lebih sadar
akan nilai-nilai agama dan tanggung jawab mereka sebagai umat Islam.
Dengan demikian, Usul Fiqih bukan hanya memberikan pengetahuan
teoritis tentang hukum Islam, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran Islam, yang semuanya
sangat penting dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

6
2. Tujuan Mempelajari ushul Fiqhi
Sepintas telah tergambar bahwa ilmu ushul fiqh memiliki peran yang amat
penting dalam menggali dan menemukan ketentuan-ketentuan hukum islam/fiqh
dari sumber hukum islam itu sendiri, yaitu firman Allah dan hadis Nabi SAW,
mengenai peristiwa-peristiwa hukum yang terjadi. Imam Asy-Syatibi (w.790 H),
dalam Al-Muwafaqat, mengatakan, mempelajari ilmu ushul fiqh merupakan
sesuatu yang dharuri (sangat penting dan mutlak diperlukan), karena melalui ilmu
inilah dapat diketahui kandungan dan maksud setiap (Al-quran dan hadits)
sekaligus bagaimana menerapkannya..2
Tujuan utama mempelajari ushul fiqh ialah, untuk menerapkan kaidah-
kaidah ushul fiqh pada dalil-dalil syara’, baik Alqur’an maupun sunnah sehingga
menghasilkan hukum-hukum syara’.Keberhasilan seorang ulama yang
menerapkan ilmu ushul fiqh untuk menghasilkan hukum-hukum syara’ itu sendiri
mengandung tiga kemungkinan sebagai berikut.:
2. Hukum-hukum yang dihasilkan itu pada hakikatnya merupakan
pengulangan dari apa yang telah dihasilkan para ulama mujtahid terdahulu.
Dalam hal ini, penerapan ilmu ushul fiqh yang dilaksanakan mengandung
makna, memahami cara-cara menemukan hukum melalui ushul fiqh yang
dipraktikan para ulama mujtahid yang lalu.
3. Dengan menerapkan ilmu ushul fiqh, dapat menghasilkan hukum-hukum
yang berbeda dengan apa yang ditemukan ulama terdahulu. Kemungkinan
ini dapat terjadi, disebabkan adanya perbedaan waktu atau tempat atau
keadaan dari peristiwa hukum yang terjadi pada masa ulama yang dahulu
dengan waktu atau tempat atau keadaan yang dialami sekarang ini. Dengan
demikian, meskipun secara sepintas terlihat bahwa peristiwanya sama, tetapi
hukum yang dihasilkan dapat berbeda.
4. Hukum-hukum yang dihasilkan itu sama sekali baru, dan belum pernah
dihasilkan oleh para mujtahid dahulu. Dalam konteks ini, ushul fiqh
digunakan untuk menjawab persoalan hukum atas peristiwa-peristiwa yang
baru muncul dewasa ini, di mana pada masa lalu sama sekali belum pernah
terjadi peristiwanya, sehingga terhadap peristiwa itu tidak ditemukan
hukumnya dalam kitab-kitab fiqh warisan para ulama sebelumnya.
Misalnya, hukum-hukum fiqh yang berkaitan dengan bidang kedokteran,
2
https://media.neliti.com/media/publications/332483-urgensi-ushul-fiqh-dan-qawaid-fiqiyah-da-
48f90a76.pdf
7
ekonomi, dan politik.
Disamping tiga kemungkinan di atas, maka dengan mempelajari ilmu ushul
fiqh, kita dapat pula menggunakan ushul fiqh sebagai alat untuk melakukan
perbandingan (muqaranah, comparative) terhadap hukum-hukum fiqh yang telah
ada. Pada gilirannya langkah ini dapat pula menghasilkan pendapat yang dianggap
paling kuat dan relevan dengan kebutuhan hukum masa kini.3

C. Urgensi dan kedudukan ilmu ushul Fiqhi dalam Pendidikan Islam


Untuk menilai sesuatu itu urgen atau tidak adalah dengan melihat besar
kecilnya manfaat, semakin besar manfaatnya maka sesuatu itu akan semakin
urgen begitu juga sebaliknya. Ushul fiqh menjadi sangat urgen karena merupakan
barometer, timbangan atau neraca dalam menimbang dan menilai akal (methode
berpikir) manusia dalam relevansinya terhadap isthinbath hukum- hukum syariah
dari dalil-dalilnya yang rinci. Peran neraca ini adalah untuk mendapatkan
keadilan, sekaligus alat untuk mengetahui sesuatu itu adil atau tidak 4.
Dan juga yang membuat ilmu ushul fiqih begitu urgen adalah bahwa ilmu
ini memuat methodologi penggabungan beberapa ilmu secara konprehensif di
dalamnya: Ilmu al-Lughah, Ilmu al- Mantiq, Ilmu al-Falsafah, Ilmu al-Kalam,
Ulum al-Quran, Ulum al-Hadith, Ilmu al-Fiqh, Ilmu al-Jidal, dan Ulum al-Insan
dan lain sebagainya. Tujuan dari metodologi penggabungan ini ialah untuk
pencapaian produk hukum yang tepat, benar, holistik (kulli) dan tidak parsial
(juzi’). Maka tepat jika dikatakan bahwa ilmu usuhul Fiqih adalah induk dari
semua ilmu syariah yang memberikan landasan dan kerangka epistemologi semua
cabang ilmu -ilmu keislaman, sehingga, kajian epistemologi cabang ilmu-ilmu
keislaman tidak mungkin bisa lepas dan tidak membutuhkan disiplin ilmu ini.
Inilah kemudian mengapa semua ulama sepakat bahwa ushul fiqh menduduki
posisi yang sangat penting dalam ilmu- ilmu syariah. Menurut Al-Alamah Ibnu
Kholdun dalam Muqodimahnya mengatakan bahwa ilmu ushul fiqh merupakan
ilmu syariah yang paling agung dan paling banyak faidahnya. 5

3
Rahman Dahlan, Abd. Ushul Fiqh, Jakarta: AMZAH, 2010. Halaman 18-20
4
Ibnu al-Qayim, I’lam Muwaqiin, 1/110 (t.t.: Darul hadits, tth).
5
Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun (t.t.: Dar al-Bayan, t.th.),
8
D. Inovasi Pengembangan Kurikulum Ushul Fiqih
Ushul fiqh memuat prinsip-prinsip metodologi yurisprudensi Islam,
diibaratkan ushul fiqh adalah sebuah mesin produksi dan produknya adalah fiqh.
Maka jika pemikiran dalam fiqh kita selama ini belum berkembang bahkan
mandeg, ini di akibatkan kurangnya penguasaan kita terhadap mesin produksi
tersebut, sehingga kita merasa kesulitan untuk membuat produk fiqh yang bermutu
dan berkualitas. Atau sebaliknya keterbatasan pengetahuan kita terhadap tuntutan
inovasi produk, sehingga ushul fiqh menjadi mandul dan tidak fungsional dan
aplikatif.
Inovasi kurikulum ini setidaknya harus terfokus pada tiga aspek penting,
yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Perencanaan Kurikulum harus
didahului dengan kajian mendalam terhadap kebutuhan (needs assessment) secara
akurat agar materi ushul fiqh bersifat solutif dan fungsional. Kajian kebutuhan
tersebut harus aplikatif dan dikaitkan dengan masalah cabang dari fiqh
kontemporer. Pelaksanaan Kurikulum menggunakan sistem pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning). Sedangkan Evaluasi Kurikulum
harus menerapkan penilaian menyeluruh terhadap semua kompetensi (authentic
assessment).6
Inovasi kurikulum ushul fiqh yang terintegrasi dengan ilmu-ilmu lainnya
sangat relevan dengan tuntutan kebutuhan, keragaman dan dinamika masyarakat.
Bahwa dalam islam tidak ada dikotomi ilmu. Sehingga tidak akan terjadi, dimana
antara satu ilmu dengan yang lainnya saling menyalahkan, merendahkan dan
merasa tidak membutuhkan satu sama lain.
Pada dasarnya ranah ilmu agama, alam, sosial, humanoria dan ilmu ilmu
yang lain memiliki signifikasinya masing-masing yang harus dibaca secara integral
dan holistik saling terkait dan tidak terpisah-pisah, tentunya dengan kerangka dan
kaidah kaidah berpikir yang benar sehingga mampu memberikan sumbangan
terbaik bagi peradaban.
Paradigma integrasi-interkonektif dalam konsep integrasi ini di bingkai
dalam skema jaring laba-laba dan menjadikan ushul fiqh sebagai landasan dan
kerangka epistemologisnya. Dalam relevansinya ushul fiqh sebagai landasan dan
kerangka epistemologi semua cabang ilmu-ilmu keislaman.
Kehadiran ushul fiqh sebagai landasan berpikir dalam semua cabang ilmu-
6
https://media.neliti.com/media/publications/271162-standarisasi-kurikulum-ushul-fiqh-
a8c12f55.pdf
9
ilmu keislaman ini muthlak hadir, jika tidak maka produk pemikiran yang
dihasilkan tidak standar, dan pada akhirnya akan melahirkan produk pemikiran
yang syadz (asing) dan menyimpang. Ushul fiqh harus hadir dalam fiqh dakwah,
tarbiyah, fiqh hadist, fiqh aqidah, fiqh ibadah, fiqh muamalah dan lain sebagainya.
Ranah iman, ilmu dan amal harus dipahami secara utuh saling terkait dan tidak
terpisah satu sama lainnya, membenturkan dan mempertentangkan ketiganya dan
kemudian menghilangkan peran ushul fiqh didalamnya akan menimbulkan dampak
yang sangat berbahaya bagi mencapai maqhasid Addiniyyah.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan Ushul Fiqh memberikan landasan teoritis yang penting dalam
pengembangan kurikulum dan metode pengajaran dalam pendidikan Islam. Dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip Ushul Fiqh, para pendidik dapat merancang
pembelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan mempromosikan
pemahaman yang mendalam tentang hukum-hukum agama. Hal ini membantu
menciptakan lingkungan pendidikan yang kohesif, yang mempersiapkan siswa
untuk menghadapi dunia modern dengan landasan keagamaan yang kuat.
Ushul Fiqh dapat juga menjadi kerangka yang kuat dalam merancang
kurikulum dan metode pengajaran dalam pendidikan Islam. Dengan memahami
prinsip-prinsip Ushul Fiqh, para pendidik dapat mengintegrasikan nilai-nilai Islam
ke dalam pembelajaran sehari-hari, memastikan bahwa pendidikan tersebut sesuai
dengan ajaran agama dan kebutuhan siswa. Pendekatan ini juga dapat membantu
meningkatkan pemahaman siswa tentang hukum-hukum Islam dan mempersiapkan
mereka untuk menghadapi tantangan modern dengan landasan keagamaan yang
kokoh.

B. Saran

1. Mendalaminya: Para pendidik perlu memahami secara mendalam prinsip-


prinsip Ushul Fiqh dan menerapkannya secara tepat dalam pengembangan
kurikulum dan metode pengajaran.
2. Integrasi Nilai-nilai Islam: Penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke
dalam seluruh aspek pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami hubungan
antara agama dan kehidupan sehari-hari.
3. Pengembangan Metode Pembelajaran: Perlu dikembangkan metode pengajaran
yang inovatif dan sesuai dengan prinsip-prinsip Ushul Fiqh untuk
meningkatkan pemahaman siswa tentang hukum-hukum Islam.
4. Pelatihan Guru: Memberikan pelatihan dan bimbingan kepada para pendidik
agar mereka dapat mengimplementasikan pendekatan Ushul Fiqh secara efektif
dalam pembelajaran.
5. Evaluasi Terus-menerus: Melakukan evaluasi terus-menerus terhadap
penggunaan pendekatan Ushul Fiqh dalam pendidikan Islam untuk memastikan
efektivitasnya dalam mencapai tujuan pendidikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://pai.ftk.uin- alauddin.ac.id/artikel/detail_artikel/225

https://media.neliti.com/media/publications/332483-urgensi-ushul-fiqh-dan-

qawaid-fiqiyah-da-48f90a76.pdf

Rahman Dahlan, Abd. Ushul Fiqh, Jakarta: AMZAH, 2010. Halaman 18-20

Ibnu al-Qayim, I’lam Muwaqiin, 1/110 (t.t.: Darul hadits, tth).

Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun (t.t.: Dar al-Bayan, t.th.),

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/59306

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/59306/1/21190110

000030_ZAINUDDIN_PDF%20-%20ZAINUDDIN%202019.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai