Kelompok 1 Kelompok 1 Blok NU Tahun 2013 Pembimbing: dr. Madya Ardi Wicaksono, M.Si Anggota Kelompok: 1. Iman Hakim W 2. Imelda Widyasari S 3. Mutia Milidiah 4. Gilang Rara A 5. Irma Nuraeni H 6. R Bagas Wicaksono 7. Isnila F Kelilauw 8. Yefta 9. Nyimas Eva F 10. Fiska Praktika W 11. Fikry A PENDAHULUAN Hipospadia : kelainan munculnya meatus urethra externa di ventral penis, dapat ringan maupun ekstrem (di scrotum atau perianus) (Corwin, 2009) 1/500 neonatus. Terdapat risiko herediter (Heffner, 2005) Jika tanpa reparasi dapat menyebabkan komplikasi. Usia ideal reparasi : sebelum 18 bulan, hindari sirkumsisi TANDA DAN GEJALA KLINIS A. ANAMNESIS 1. Tidak mampu berkemih secara adekuat pada posisi berdiri 2. Mengeluh penis melengkung ke arah bawah saat ereksi (karena adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa dari MUE abnormal ke glans penis) 3. Urin keluar melalui MUE di ventral penis B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Inspeksi penis : MUE di permukaan inferior (ventral) penis; tidak ada preputium ventral sehingga preputium dorsal berlebihan (dorsal hood),; dapat disertai chordee 2. Klasifikasi hipospadia : sesuai letak MUE (glandular (90%), distal penis, penile, penoskrotal, skrotal, dan perineal) PATOFISIOLOGI penyatuan lipatan uretra tidak sempurna terbentuk muara uretra abnormal pada sisi ventral penis sepanjang permukaan inferior penis, biasanya di dekat glans, di sepanjang batang penis, atau di dekat pangkal penis (Price & Wilson, 2005; Sadler, 2009). tipe kelainan letak (lihat slide sebelumnya): 1. glandular (letak meatus yang salah pada glans) 2. korona (pada sulkus korona) 3. penis (di sepanjang batang penis) 4. penoskrotal (pada pertemuan ventral penis dan skrotum) 5. perineal (pada perineum) Preputium tidak ada pada sisi ventral menyerupai topi yang menutupi sisi dorsal glans pitajaringan fibrosa (chordee) pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis (Price & Wilson, 2005). Hipospadia menimbulkan gangguan psikologi, menghalangi hubungan seksual, stenosis meatus, kesulitan dalam mengatur aliran urin, disfungsi ejakulasi pada pria dewasa (Corwin, 2009; Price & Wilson, 2005). PEMERIKSAAN PENUNJANG Jarang digunakan untuk menegakkan diagnosis hipospadia Terkadang hipospadia disertai kelainan ginjal, sehingga perlu pemeriksaan penunjang untuk memastikannya (Purnomo, 2009) 1. BNO-IVP (menilai gambaran traktus urinarius secara keseluruhan apabila pasien mengeluh sulit miksi) 2. Cystoscopy (menilai vesica urinaria dan urethra) PENEGAKAN DIAGNOSIS 1. MUE ditemukan pada tempat yang tidak seharusnya, disertai penis melengkung ke arah ventral 2. Penis memiliki tudung dari preputium bagian dorsal yang berlebihan 3. Nyeri saat ereksi akibat chordee 4. Mendeskripsikan posisi MUE secara spesifik 5. Melakukan pemeriksaan penunjang (radiologis) jika hipospadia terletak pada pangkal penis. PENATALAKSANAAN Pembedahan (Bhat, 2008): 1. Memperbaiki chordee agar penis lurus (Release chordee and tunneling) 2. Urethroplasty (membentuk urethra dan meatus yang bermuara pada ujung distal penis) 3. Merekonstruksi jaringan yang membentuk radius ventral penis (glans, corpus spongiosum, kulit)
Sebaiknya dilakukan dalam rentang usia 6 bulan s.d. prasekolah. Jangan melakukan sirkumsisi dahulu karena preputium dapat digunakan untuk membantu rekonstruksi Urethroplasty PROGNOSIS Baik, jika ditangani segera secara intensif, dan tidak dilakukan sirkumsisi Buruk, penderita dapat mengalami infertilitas jika tidak ditangani segera KOMPLIKASI Dipengaruhi banyak faktor: Usia pasien, tipe hipospadia, tahapan operasi, ketelitian teknik operasi, perawatan pasca hipospadia Macam-macam komplikasi (Corwin, 2009): 1. Perdarahan 2. Infeksi 3. Divertikel urethra 4. Striktur urethra 5. Stenosis urethra 6. Fistula urethrocutan karena nekrosis dari flap (darah terkumpul dibawah flap) reparasi sekunder 6 bulan kemudian, sehingga perlu menggunakan kateter selama 2 minggu setelah fistula sembuh PEMBAHASAN A. Penjelasan Teori Baru Teknik operasi lama (Thiersche dan Duplay) terdiri dari dua langkah (eksisi chordee dan urethroplasty) Teknik operasi terbaru: a. Satu langkah (Snodgrass) b. Free transplant (Bracca) menggunakan mucosa buccal atau preputium dorsal Langkah yang harus dilakukan adalah : (Snodgrass, 2005) Check up pre operative. Teknik insisi mucosa collar sekitar 2mm ke proksimal meatus. Setelah itu dilakukan insisi kulit penis dengan 69 Beaver scalpel secara longitudinal di sepanjang junctional antara glans penis dengan urethra, sebelumnya menggunakan infiltrasi 1:100000 noradrenalin, dengan meletakkan torniquet di sepanjang penis. Insisi basis uretra dengan menggunakan gunting tenotomy. Kedalaman insisi biasanya sampai mendekati corpora cavernosa. Sebuah silastic stent dilewatkan ke dalam kandung kemih dan melakukan tubularisasi, yang ditempatkan di sepanjang epitel bagian distal glans penis untuk membuat neourethra. Pedikel dartos diseksi dari bagian preputial dan kulit bagian dorsal, kemudian menutup neourethra. Melakukan glansplasty dengan menggunakan jahitan interuptur menggunakan 6-0 polyglactin subepithelial di bagian sutura proksimal ke corona. Aplikasi tegoderm dressing. Penyembuhan setelah operasi membutukan waktu sekitar 3-18 bulan. Melakukan check up post operative B. Penjelasan Kelebihan dan Kekurangan Teori Baru dibandingkan dengan Teori Sebelumnya
Kekurangan teori lama = tidak adekuat memperpanjang uretra ke ujung glans penis; tanpa teknik dressing untuk perbaikan estetika penis (Snodgrass, 2005). Kelebihan teori baru = alat dan teknologi yang lebih canggih; melakukan tahap akhir untuk memperbaiki estetika penis pasca operasi yaitu teknik tegoderm dressing (Snodgrass, 2005). C. Harapan untuk Penatalaksanaan Masalah Dalam Referat Harapan : menggunakan teknik yang baru karena risiko yang lebih kecil, teknologi lebih modern, dan dilakukan tegoderm dressing untuk memperbaiki estetika penis. KESIMPULAN 1. Hipospadia adalah kelainan letak lubang uretra pada bayi laki-laki yang baru lahir, yang bersifat kongenital dari yang seharusnya diujung penis menjadi lebih ke arah ventral. 2. Kelainan ini terdapat pada kira-kira 1 diantara 500 bayi baru lahir. 3. Gambaran klinis pada kelainan ini adalah letak anatomis uretra yang lebih ke arah ventral, ketidakmampuan berkemih secara adekuat dengan posisi berdiri, selain itu bisa juga disertai dengan chordee (melengkungnya penis). 4. Penanganan hipospadia adalah dengan cara pembedahan. 5. Prognosis pasien dengan hipospadia baik jika mendapatkan penanganan intensif dan cepat dan tidak dilakukan sirkumsisi, dan prognosis memburuk dan penderita akan infertile apabila tidak dilakukan penatalaksanaan secara cepat