Anda di halaman 1dari 11

TERAPI CAIRAN

PERIOPERATIF
FEBRIANDENITA HANAKENSHU JWALITA
110.2006.097

BAB I
PENDAHULUAN
Defisit cairan perioperatif timbul sebagai akibat puasa pra-bedah yang kadangkadang dapat memanjang, kehilangan cairan yang sering menyertai penyakit
primernya, perdarahan, manipulasi bedah, dan lamanya pembedahan yang
mengakibatkan terjadinya sequestrasi atau translokasi cairan. Tujuan utama terapi
cairan perioperatif adalah untuk mengganti defisit pra, selama dan pasca bedah.
Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum
terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif,
perioperatif dan postoperatif.
Jumlah cairan tubuh berbeda-beda tergantung dari usia, jenis kelamin, dan banyak
atau sedikitnya lemak tubuh. Tubuh kita terdiri atas 60 % air, sementara 40 % sisanya
merupakan zat padat seperti protein, lemak, dan mineral. Kandungan air pada bayi
lahir sekitar 75 % berat badan, usia 1 bulan 65 %, dewasa pria 60 %, dan wanita 50
%.

BAB II
2.1 Definisi Cairan Tubuh
Cairan Tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular
seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.
2.2 Klasifikasi Cairan Tubuh
2.2.1 Cairan intraseluler ( 40% dari BB total )
2.2.2 Cairan ekstraseluler ( 20 % dari BB total )
- Cairan interstisial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstisial.
- Cairan intravaskuler
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah.
- Cairan transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti
serebrospinal, perikordial, pleura, sendi synovial, intraokular, dan sekresi saluran
pencernaan.

2.3 Fisiologi Cairan dan Elektrolit


Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :
2.3.1 Perubahan volume
a. Defisit volume
b. Kelebihan volume
2.3.2 Perubahan konsentrasi
a. Hiponatremia
b. Hipernatremia
c. Hipokalemia
d. Hiperkalemia
2.3.3 Perubahan komposisi
a. Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg)
b. Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)
c. Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)
d. Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)

2.4 Patofisiologi Cairan perioperatif


Perubahan yang terjadi meliputi perubahan-perubahan hormonal seperti :
1. Kadar adrenalin dan non adrenalin meningkat sampai hari ketiga pasca bedah atau
trauma.
2. Kadar glukagon dalam plasma juga meningkat
3. Sekresi hormon dari kelenjar pituitaria anterior juga mengalami peningkatan yaitu
growth hormone dan adrenocorticotropic hormone (ACTH). Trauma atau stres
akan merangsang hipotalamus sehingga dikeluarkan corticotropin releasing
factor yang merangsang kelenjar pituitaria anterior untuk mensekresi ACTH.
Peningkatan kadar ACTH dalam sirkulasi menyebabkan glukokortikoid plasma
meningkat sehingga timbul hiperglikemia, glikolisis dan peninggian kadar asma
lemak.

4. Kadar hormon antidiuretik (ADH) mengalami peningkatan yang berlangsung


sampai hari ke 2-4 pasca bedah/trauma. Respon dari trauma ini akan mengganggu
pengaturan ADH yang dalam keadaan normal banyak dipengaruhi oleh
osmolalitas cairan ekstraseluler.
5. Akibat peningkatan ACTH, sekresi aldosteron juga meningkat. Setiap penurunan
volume darah atau cairan ektraseluler selalu menimbulkan rangsangan untuk
pelepasan aldosteron.
6. Kadar prolaktin juga meninggi terutama pada wanita dibandingkan dengan lakilaki.
2.5 Dasar-Dasar Terapi Cairan Elektrolit Perioperatif
Faktor-faktor preoperatif:
1. Kondisi yang telah ada
Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat diperburuk oleh stres
akibat operasi.
2. Prosedur diagnostic
Arteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker intravena dapat
menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang tidak normal karena efek
diuresis osmotik.

3. Pemberian obat
Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi eksresi air dan
elektrolit.
4. Preparasi bedah
Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air dan elekrolit
dari traktus gastrointestinal.
5. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada
6. Restriksi cairan preoperative
Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat kehilangan cairan
sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan dapat meningkat jika pasien menderita
demam atau adanya kehilangan abnormal cairan.
7. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya
Harus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari anestesi.

Faktor Perioperatif:
1. Induksi anestesi
Dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien dengan hipovolemia
preoperatif karena hilangnya mekanisme kompensasi seperti takikardia dan
vasokonstriksi.
2. Kehilangan darah yang abnormal
3. Kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space
(contohnya kehilangan cairan ekstraselular ke dinding dan lumen usus saat operasi).
4. Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi
(biasanya pada luka operasi yang besar dan prosedur operasi yang berkepanjangan).
Faktor postoperatif:
1. Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi
2. Peningkatan katabolisme jaringan
3. Penurunan volume sirkulasi yang efektif
4. Risiko atau adanya ileus postoperatif

2.6 Terapi Cairan Perioperasi


Meliputi pemberian cairan rumatan / pemeliharaan defisit cairan karena puasa, dan
defisit cairan saat operasi. Hal-hal yang perlu diperhitungkan untuk penggantian
cairan ini adalah:
a. Terapi cairan rumatan
Saat pasien tidak makan terjadi penurunan jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh
sebagai akibat ekskresi urin, sekresi gastrointestinal, keringat dan invisible lost dari
kulit dan saluran nafas. Kebutuhan ini disebut kebutuhan cairan rumatan.
Kebutuhan Cairan rumatan
Berat Jumlah Cairan
10 kg pertama

4 ml/kgBB/jam

10 kg kedua

2 ml/kgBB/jam

10 kg selanjutnya 1 ml/kgBB/jam
b. Terapi cairan pengganti puasa
Pasien yang akan di operasi akan mengalami defisit cairan yang sebanding dengan
lamanya ia berpuasa. Cairan yang diperlukan dapat diperhitungkan dengan
mengalikan kebutuhan cairan rumatan dengan lamanya berpuasa. Cairan diberikan
bagian pada 1 jam pertama, bagian pada jam kedua, dan bagian pada jam ketiga.

c. Terapi cairan pengganti evaporasi dan redistribusi


Saat operasi berlangsung terjadi hilangnya cairan tubuh pasien melalui darah yang
keluar atau hilangnya cairan akibat evaporasi atau redistribusi ke jaringan interstitial.

2.7 Jenis Cairan


1. Cairan Kristaloid
2. Cairan Koloid
Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:
a. Koloid alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan
2,5%).
b. Koloid sintesis yaitu:
1. Dextran
2. Hydroxylethyl Starch (Heta starch)
3. Gelatin

Daftar Pustaka
1. Hartanto WW. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. 2007. Di unduh dari
http://www.scribd.com . Tanggal 26 Oktober 2010
2. Hasan F. Terapi Cairan. 2008. Di unduh dari
http://drfhasan.blogspot.com/2008/01/referat-terapi-cairan.html . Tanggal 25 Oktober
2010
3. http://www.yukhidupsehat.net/cairan-tubuh/#more-133
4. Sloane Ethel. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC. 2004
5. Mansjoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 2. Media
Aesculapius. 2000

Anda mungkin juga menyukai