Definisi
Infeksi pada genital dan sekitarnya
Herpes simplex virus (HSV)
Vesikel / erosi / ulkus dangkal
berkelompok diatas dasar eritematosa
Sering kambuh
Sukar sembuh
Sering rekuren
Transmisi virus dapat terjadi dari penderita
asimtomatik
Pengaruh terhadap kehamilan dan bayi/janin dalam
kandungan
Pengaruh pada penderita imunokompromais
Dampak kejiwaan
Etiologi
Herpes simplex virus (HSV)
Unna (1883) , penyakit menular melalui
hubungan seksual
Sharlitt (1940), membedakan HSV1 dan
HSV 2
Sebagian besar penyebab adalah HSV 2,
bisa juga HSV 1 (16,1%) karena
hubungan seksual orogenital, penularan
melalui tangan
HSV 2:
Kontak seksual
5-95% populasi dewasa
80% genital, 20% orolabial
Periode seksual aktif
Epidemiologi
Peningkatan insiden herpes genitalis
Patogenesis
Terpajan HSV dapat terjadi infeksi:
Episode I infeksi primer (inisial)
Episode I non infeksi primer
Infeksi rekuren
Asimtomatik
Tidak terjadi infeksi
Primary
infection
Clinically overt
infection
Asymptomatic
infection
Recurrent
infection
LATENCY
LATENCY
Reactivation
ERIK LYCKE
Scand J Infect Suppl. 78: 7-14, 1991
Infeksi rekuren
Faktor pencetus +
Virus mengalami reaktivasi dan
multiplikasi kembali -> infeksi rekuren
Antibodi spesifik +
Kelainan tidak berat
Faktor pencetus
Trauma
Koitus berlebihan
Demam
Gangguan pencernaan
Stres emosi
Kelelahan
Makanan yang merangsang
Alkohol
Obat-obatan ( imunosupresif, kortikosteroid)
Infeksi rekuren
Pendapat terjadinya :
Faktor pencetus -> reaktivasi virus dalam
ganglion. Virus turun melalui akson saraf
perifer ke sel epitel kulit yang disarafinya,
mengalami replikasi, multiplikasi-> lesi
Virus terus menerus dilepaskan ke sel-sel
epitel. Pencetus + ->kelemahan setempat ->
lesi rekuren
Gejala klinis
Masa inkubasi berkisar 3-7 hari , lebih lama.
Manifestasi klinis dipengaruhi :
Faktor hospes
Pajanan terdahulu dengan HSV
Episode terdahulu
Tipe virus
Gejala klinis
Rasa terbakar, gatal daerah lesi (beberapa
jam sebelum lesi +)
Setelah lesi timbul, gejala konstitusi
(malaise, demam, nyeri otot)
Vesikel berkelompok, mudah pecah ->
erosi multipel, dasar eritem
Infeksi sekunder - -> sembuh 5-7 hari,
jaringan parut -
Gejala klinis
Infeksi inisial
Lebih berat, lebih lama
Kelenjar limfe regional membesar,nyeri
Penyembuhan lama -> 2-4 minggu, serangan
berikut lebih cepat
Dapat terjadi disuria ( lesi di daerah uretra,
periuretra), dapat retensi urin
Infeksi di servix -> perubahan difus, ulkus
multipel, ulkus besar dan nekrotik. Dapat
tanpa gejala.
Gejala klinis
Infeksi rekuren
Dapat terjadi cepat atau lambat
Gejala lebih ringan
Nyeri, gatal +, gejala prodromal +
Lesi bersifat lokal
Penyembuhan lebih cepat
Antibodi spesifik +
Gejala klinis
Infeksi inisial dan rekuren dapat tanpa
gejala
Bukti dengan adanya antibodi HSV 2 +
pada orang tanpa riwayat penyakit herpes
genitalis
Antibodi HSV 1 + -> infeksi HSV 2 lebih
ringan -> infeksi inisial HSV 2 asimtomatik
( penderita infeksi HSV 1 +)
Gejala klinis
Tempat predileksi:
Pria :
Preputium, glans penis,batang penis, uretra,
daerah anal.
Daerah skrotum jarang
Wanita:
Labia mayor/minor, klitoris, introitus vagina, servix
Perianal, bokong, mons pubis jarang
Gejala klinis
Herpes genitalis atipikal
Wanita:
Manifestasi yang tidak khas, bentuk fisura,
furunkel, ekskoriasi, eritema vulva nonspesifik
Rasa gatal, nyeri +
Pria:
Fisura liniar pada preputium, bercak merah di
glans penis
Gejala klinis
Reaktivasi subklinis/asimtomatik
Sebagian besar episode transmisi seksual dan
vertikal terjadi pada keadaan ini
HSV ditemukan pada kultur saluran genitourin bawah
wanita dan pria tanpa ada ulkus genital dan lesi lain
Wanita, pelepasan virus asimtomatik di serviks, vulva,
anus, uretra
Pria, di kulit penis, perianal, uretra.
Reaktivasi HSV subklinis paling tinggi terjadi dalam 6
bulan setelah infeksi
Komplikasi
Paling ditakuti -> pada bayi baru lahir
Awal kehamilan -> abortus / malformasi kongenital
(mikrosefali)
Bayi lahir, ibu herpes genitalis -> hepatitis, infeksi
berat, ensefalitis, keratokonjuntivitis, erupsi kulit, lahir
mati
Diagnosis
Klinis :
Kelompok vesikel multipel, riwayat lesi yang
sama sebelumnya
Nyeri
Diagnosis banding:
Ulkus karena Treponema pallidum,
Ulkus karena Haemophylus ducrey
Penyebab non infeksi
Diagnosis
Laboratorium:
Harus dilakukan pada pasien dengan lesi/
klinis meragukan
Penting untuk menjelaskan potensi infeksi
selama episode lesi
Identifikasi individu menularkan secara
subklinis
Seleksi wanita beresiko menularkan pada
bayinya
Memastikan diagnosis
Lab.
Lab. diagnostiK
diagnostiK HSV
HSV
Kultur:
Deteksi antigen:
Deteksi partikel
virus:
Gold standard
Tidak dapat
membedakan
HSV1- HSV2
Tes imunofluoresensi
langsung
Tes imunoperoksidase
ELISA
PCR
Dapat
membedakan
HSV1- HSV2
Mikroskop elektron
Deteksi antibodi:
Tes serologi
Tidak dapat
membedakan
HP/cytology
Tidak dapat
membedakan
Diagnosis
Paling sederhana, tes tzank, cat giemsa -> sel
raksasa inti banyak
Mikroskop elektron -> kelompok virus herpes tak
dapat dibedakan
Kultur jaringan -> cara paling baik. Titer virus
tinggi, hasil positif dalam 24-48 jam. Lama dan
mahal
Tes mendeteksi antigen HSV -> lebih cepat
Secara imunologik: imunofluoresen,
imunoperoksidase, ELISA
Diagnosis
Pemeriksaan ELISA, menentukan adanya
antigen HSV. Sensitivitas 95%, sangat spesifik.
Waktu 4,5 jam. Dapat untuk deteksi antibodi
terhadap HSV dalam serum
Imunoperoksidase tak langsung,
imunofluoresensi langsung memakai antibodi
poliklonal ->hasil positif dan negatif palsu.
Antibodi monoklonal pada imunofluoresensi ->
menentukan tipe virus
Imunoflouresensi tak langsung kerokan lesi,
sensitivitas 78-88%
Penatalaksanaan
Tujuan:
Mencegah infeksi ( terapi profilaksis)
Memperpendek masa sakit dan kekerapan komplikasi
infeksi primer
Mencegah terjadi latensi dan rekurensi klinis setelah
episode pertama
Mencegah rekurensi pada yang asimtomatik
Mengurangi transmisi penyakit
Eradikasi infeksi laten
Pengobatan profilaksis
Penerangan sifat penyakit, dapat menular
bila sedang serangan -> abstinensia
Proteksi individual, digunakan alat
perintang dengan busa spermisidal dan
kondom .
Menghindari faktor pencetus
Konsultasi psikiatrik , stres -> serangan
Pengobatan spesifik
Infeksi inisial / episode pertama:
Asiklovir 200 mg per oral, 5 kali sehari,
selama 7 hari
Atau Valasiklovir, 500 mg per oral, 2 kali
sehari selama 7 hari
Mengurangi pembentukan lesi baru,
mengurangi lama nyeri, mengurangi waktu
penututupan luka, perkembang biakan virus.
Tidak mempengaruhi perjalanan penyakit
Pengobatan
Infeksi rekuren
Asiklovir, 200 mg per oral, 5 kali sehari,
selama 5 hari
Atau Valasiklovir, 500 mg per oral, 2 kali
sehari, selama 5 hari
Atau keadaan ringan, krim asiklovir.
Pengobatan dilakukan sejak masa prodromal
atau dalam 1 hari setelah timbul lesi.
Pengobatan memperpendek waktu lesi
genital
Pengobatan
Supresif:
Asiklovir, 400 mg per oral, 2 kali sehari,
secara terus menerus.
Atau valasiklovir, 500 mg per oral, sekali
dalam sehari
Pengobatan akan menurunkan frekuensi
kambuhan.
Pengobatan ini mengurangi tetapi tidak
menghentikan perkembang biakan virus yang
asimtomatik
Pengobatan
Penyakit dengan gejala berat:
Asiklovir, 5-10 mg per kg BB, intravenus
berikan setiap 8 jam, selama 5-7 hari atau
sampai tercapai perbaikan klinis
Pengobatan
Masa kehamilan:
Pengobatan
Neonatus:
Asiklovir, 10 mg per kg BB, intravenus 3 kali
sehari, selama 10-21 hari
Pengobatan
Ko- infeksi HIV:
Dapat terjadi ulserasi kulit dan mukosa
persisten dan atau berat -> area luas
Lesi sangat nyeri, atipis
Respon dengan asiklovir +, dosis dinaikkan
periode lebih lama
Asiklovir 400 mg per oral 3-5 kali perhari
sampai resolusi +
TERIMA
KASIH