Anda di halaman 1dari 38

TEKNOLOGI TANNING

PRASETYO HERMAWAN

Tujuan Penyamakan

Note:

Temperatur Kerut kulit mentah dan kulit tersamak

BASF
3

Struktur ikatan peptida pada asam amino/protein

Metode-metode tanning

Note:
Penyamakan menggunakan
bahan penyamaka nabati
mendominasi s/d akhir abad 19.

Skematik Perbedaan karakter Ikatan Silang Antara Kolagen


dengan Tanning Agent:

I. CHROME TANNING/PENYAMAKAN KROM


I.1. Krom Merupakan Unsur Logam Transnisi Periode IV:

Logam Cr (Nomor atom 24, Berat atom: 51,9)


Konfigurasi elektron: 1s2, 2s2, 2s6, 3s2, 3p6, 4s1, 3d5.
Konfigurasi elektron tergantung bilangan oksidasi senyawa chromium
- Cr dengan bilangan oksidasi 0: Cr0 2, 8, 3s23p63d54s1.
3
0
- Cr dengan bilangan oksidasi 3: Cr3+ 2, 8, 3s23p63d
8 4s
- Cr dengan bilangan oksidasi 6: Cr6+ 2, 8, 3s23p63d04s0.

Sifat Umum Unsur Transisi:


1. Mempunyai bilangan oksidasi lebih dari 1 macam
2. Membuat senyawa-senyawa yang berwarna, tergantung bilangan
Oksidasinya
3. Membentuk ion senyawa kompleks atau senyawa komplek
4. Berdaya katalik, Logam Titik didih dan titik cair relative tinggi
Bilangan Oksidasi Unsur Transisi Golongan 4

Note:
Senyawa/garam Cr
yang banyak digunakan
dalam proses
penyamakan krom
adalah
Cr2(SO4)3.x H2O
XH2O : Hidrat

I.2. BASISITAS / BASICITY

12

Pengaruh Basisitas Terhadap Sifat Garam Krom

13

15

I.3. Kandungan Cr2O3 ( Chrome Oxide)


Kadar Cr dalam garam krom sulfat basis ditunjukan dengan
besarnya kadar Cr2O3 yang terdapat dalam garam tersebut.
Kulit tersamak krom memerlukan kadar Cr2O3 tertentu,
sekitar min 4% (SNI). Ketahanan termal kulit yang disamak
krom salah satunya tergantung dari besarnya kadar Cr2O3
yang dikandungnya. Umumnya kadar Cr2O3 yang terdapat
dalam zat penyamak krom komersial antara 25 %-26 %.
Contoh Chromosal B (BAYER), Chrometan (BASF)
mempunyai basisitas 33 % dengan kadar Cr2O3 25-26 %.

18

I.4. Mekanisme Reaksi Tanning Krom

19

Ligan mempunyai
Menurut
pasangan
teoribebas.
ikatanLigan
valensi,
yang
ikatan
mempuinyai satu
pasang elektronantara
disebutikatan
liganpusat
unidentan,
dengan
yang
liganya
mempunyai dua
pasang elektronialah
disebut
ikatan
bidentan,
kovalen
dankoordinat
yang lebih polidentan.
dengan ligan sebagai penyumbang
pasangan elektron, sedangkan ion
pusat menyiapkan ion kosong.
Ligan mempunyai pasangan bebas.
Ligan yang mempuinyai satu
pasang elektron disebut ligan
unidentan, yang mempunyai dua
pasang elektron disebut bidentan,
dan yang lebih polidentan.
20

(AYU, F.

Teori Koordinat.
(Tek. Pengolahan Kulit, 2014)
Pencetus pertama adalah Gustavson yang mengatakan
bahwa penyamakan krom adalah proses terjadinya ikatan
koordinasi/dative bond antara asam amino (rantai samping
bebas/radikal kolagen yang memiliki gugus karboksilat
(COOH)) dengan zat penyamak krom, dimana karboksilat
akan menyumbangkan pasangan elektron bebas kedalam
inti atom krom (aseptor elektron)

23

Teori Ikatan silang/Crossed Lingkage.


Pada
kenaikkan
basisitas,
selanjutnya
terjadi
polimerisasi garam krom 4-7 atom krom dan
membentuk jembatan karboksil krom antara dua serat.
Jembatan yang terbentuk merupakan ikatan kovalen
yang kuat sehingga tahan terhadap panas yang akan
memutuskan rantai jembatan tersebut. Kulit yang
disamak krom secara sempurna mempunyai ciri
khusus yaitu kestabilan termal yang tinggi, termasuk
terhadap air mendidih.

24

Polimerisasi krom merupakan pembentukan rantai


krom yang disebut sebagai olasi. Olasi dapat
digambarkan sbb:

Tabel Perbesaran ukuran molekul senyawa krom/Polimerisasi Cr


karena kenaikkan basisitas
Basisitas

Jumlah Cr dalam Polimer

BM Senyawa Cr

400

33%

660

47 %

770

25

Pembentukan ikatan koordinasi gugus karboksilat dengan atom


Cr, dan diikuti polimerisasi Cr pada saat kenaikkan basisitas
(Sharphouse)

26

Pembentukan ikatan koordinasi gugus karboksilat dengan atom Cr, dan


diikuti polimerisasi Cr pada saat kenaikkan basisitas (Bienkiewich)

27

I.4. Efek Masking Agent.


Masking agent merupakan zat yang dapat masuk kedalam inti atom membentuk
ikatan kovalen koordinat sebagai ligand sehingga krom kompleks yang terbentuk
akan lebih stabil. Masking agent umumnya merupakan gugus anion dari garam
garam spt; COO- ; CH3COO- ; HCOO- dll.
Masking agent pada penyamakan krom adalah menyebabkan terjadinya modifikasi
ikatan/ modify affinity pada kompleks protein, selain itu mampu membentuk
koordinat dengan krom. Kunzel mengatakan sisa garam asam organik akan selalu
menaikan basisitas memberikan efek melindungi / masking garam krom dan
menurunkan kecepatan reaksi dengan gugus karboksilat. Karena masking krom
dapat penetrasi lebih dalam, efeknya sebaran krom lebih merata dan pada akhirnya
meningkatkan jumlah Cr terikat dalam kulit. Namun bila semakin lemah asam
organiknya (phtalat, sitrat, oksalat) maka kompleks yang terbentuk akan semakin
stabil, bahkan dapat menyebabkan terhambatnya afinitas krom dan penyamakan
menyebabkan kemetangan kulit akan semakin lama.

28

Metode Penyamakan Krom.


Secara umum konsep penyamakan berdasarkan pada hukum golden
(golden rules ) Penyamakan diawali dengan penetrasi tinggi dan
fiksasi rendah (basistas 33,3% ). Penyamakan diakhir dengan
penetrasi rendah dan fiksasi tinggi (basisitas 66,6% ).
Metode
One Penyamakan
Bath System Krom

30

TWO BATH SYSTEM TANNAGE


Metoda
yang
digunakan
pada
awal
penyamakan
menggunakan krome. Pada bak pertama dilakukan
perendaman kulit pikle langsung dengan Na2Cr2O7/KCr2O7
(Natrium Dikromat / Kalium Dikromat) selama 2-3 hari. Kulit
kemudian dimasukan dalam bak kedua selama 2-3 hr yang
mengandung cairan reduktor (organik maupun an organik)
spt gula atau glucose sehinga terjadi reduksi Cr 6+ menjadi
Cr3+ dalam kulit. Seterusnya direndam dalam cairan soda
berhari hari, hingga matang. Metoda ini sudah lama tidak
digunakan lagi mengingat buangan limbahnya mengandung
Cr6+ dan kurang efektif.

ONE BATH SYSTEM TANNAGE


Metoda ini diaplikasikan setelah ditemukannya krom
tereduksi (RC) fase cair, dan berkembang lebih sempurna
setelah menjadi powder (garam Cr2(SO4)3).

31

PEMBUATAN REDUCE CROME

33

I.5. CONTOH FORMULASI ONE BATH SYSTEM


(Teknol. Pengol Kulit, 2014)
Menggunakan RC.
Karakteristik RC: Cairan; Cr2O3 15-16% , Basisitas 20-21 %.
Formulasi /R:
Air = 75 %
RC = 16-17% Putar 5-6 jam
Soda = 2-2,5%. Masukan 3 x, putar selama 6-10 jam.
Menggunakan Chrome Sulfat Basis Powder.
Powder ; Cr2O 25-26% ; Basisitas 33,33%.
Normal Float.
Kulit awetan pickled, pH = 2,8-3,0. Berat = x kg.
Air = 100-150%.
NaCl = 6-7 % - min. kepekatan 6oBe
ZP. Chrome Basisitas 33% = 10 %.
NaHCO3 = 1,0%
Na2CO3 = 0,5% pH akhir =3,9-4,1.

34

Masking Agent Methode


Kulit awetan pickled, pH = 2,8-3,0. Berat = x kg.
Air = 75-100 %.
NaCl = 5-6 % - min.kepekatan 6oBe
Masking
Methode. Basisitas 33% = 5-6 %.
ZP. Agent
Chrome.
NaCOOH=1,25%
NaHCO3 = 1,0%
Na2CO3 = 0,5% pH akhir =3,9-4,1.

35

I.6. Tanning Control Process


(Teknol. Pengol Kulit, 2014)
Kontrol pertama adalah setelah 2-2,5 jam putaran, sebelum proses
kenaikan basisitas, umumnya dilakukan untuk mengetahui apakah
penetrasi krome kedalam kulit sempurna.
Kontrol Kedua umumnya dilihat pH akhir penyamakan (7-8 jam
putaran), berkisar antara 3,9-4,1. Ketiga mengontrol apakah kulit telah
tersamak sempurna. Kulit tersamak sempurna berarti kulit tahan
terhadap air mendidih atau maksimal mengalami susut luas 10% dari
luas awal. Uji dengan air mendidih disebut boiling test, caranya masukan
potongan kulit dengan ukuran tertentu (10x10 Cm), masukan dalam air
yang sedang mendidih, tahan selama 5 menit, ambil kulitnya dan ukur
luasnya. Selisih luas tidak boleh melebihi 10 %, bila masih lebih dari 10
% kulit harus diputar dalam drum selama 1-2 jam, walaupun pH larutan
36
telah mencapai 4.

Luas awal = panjang x lebar


= 10 cmx 10 cm = 100 cm2

Contoh:

AWAL

Setelah Boling Test


Luas akhir = panjang x lebar
= 9,5 cmx 8 cm = 76 cm2
Penyusutan (100-76)= 24% >10% Blm Masak
100

AKHIR

TERIMAKASIH

38

Anda mungkin juga menyukai