Anda di halaman 1dari 15

Nama

: Missbakhul Ikhsan
NIM : 1301460002
Prodi: D IV Keperwatan Malang

Apa itu Biofeedback?


Biofeedback adalah istilah umum yang
mengacu pada serangkaian teknik untuk
mengendalikan respon tubuh tak terkendali
untuk mengobati penyakit tertentu,
menangani stres dan kelelahan, serta
meningkatkan kesehatan pasien secara
keseluruhan

Tujuan Biofeedback
untuk memberikan kendali lebih besar kepada
seseorang atas kondisi tubuh yang tak
terkendali agar dapat meningkatkan kualitas
kehidupan dan kesehatan mereka, serta
menangani dan mengobati penyakit tertentu

Biofeedback berasal dari kata bio, yang


berarti tubuh, dan feedback atau respon,
yang bisa didapatkan ketika tubuh terhubung
ke sebuah alat yang mengawasi tanda-tanda
vital seseorang. Dengan alat ini, terapis dan
pasien dapat langsung membaca respon tubuh
secara akurat. Alat-alat ini dapat membaca
suhu (suhu tubuh), neurofeedback (aktivitas
gelombang otak), dan elektromiografi
(ketegangan otot)

Teknik yang biasanya digunakan untuk


biofeedback adalah:
Kesadaran penuh
Pernapasan normal
Visualisasi
Relaksasi otot

Siapa yang Perlu Menjalani


Biofeedback dan Hasil yang
Orang yang sedang berada di bawah banyak
Diharapkan
tekanan
Orang yang menderita penyakit yang ditandai

dengan pergerakan yang tak terkendali, seperti


buang air kecil secara tidak sadar, kontraksi otot,
migrain, atau asma
Orang yang telah mengonsumsi obat-obatan
namun tidak memberikan hasil
Wanita dan pria yang berani menjalani
biofeedback dengan alat yang akan dipasang
pada tubuh

Terapi ini juga dapat berguna bagi pasien

yang mengalami nyeri, baik nyeri yang


berulang, kronis, atau akut. Hal ini juga
berlaku bagi pasien yang telah didiagnosis
menderita fibromialgia atau sindrom kelelahan
kronis

Biofeedback juga dapat membantu atlet dan

orang yang banyak melakukan kegiatan berat,


karena tubuh mereka selalu mengalami
pengencangan otot, kerobekan, rasa sakit
pada ligamen akibat terlalu sering digunakan,
dan nyeri

Terapi ini juga telah terbukti efektif untuk

pasien yang menderita gangguan jiwa,


termasuk depresi, penyakit bipolar, dan
kegelisahan yang parah. Terapi ini dapat
membantu pasien agar mereka tidak terlalu
bergantung pada obat-obatan

Cara
Kerja
Hal pertama harus dilakukan pasien yang ingin mencoba

biofeedback untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan


kesehatan, atau menangani penyakit tertentu adalah mencari
terapis yang tepat.
Sampai saat ini, belum ada standar proses sertifikasi bagi terapis
biofeedback, oleh karena itu semua orang dapat melakukan
terapi ini. Namun, Applied Psychophysiology and Biofeedback
Society sangat menyarankan pasien untuk mencari seseorang
yang telah mendapatkan sertifikat dari Biofeedback Certification
International Alliance (BCIA). Organisasi ini juga dapat membantu
pasien mencari terapis yang ada di daerah tempat tinggal
mereka.
Terapis yang bersertifikat telah mendapatkan pelatihan
mendalam, memiliki latar belakang yang mendukung, dan bahkan
beberapa di antaranya adalah psikolog, psikiater, atau pekerja
sosial berlisensi. Namun, bukan berarti orang yang memiliki
ketiga pekerjaan tersebut adalah terapis biofeedback. Untuk
menjadi terapis biofeedback, seseorang harus memiliki pelatihan
dan pengalaman khusus.
Terapis memiliki metode biofeedback yang beragam karena terapi
ini harus disesuaikan dengan respon pasien pada teknik tertentu.

Namun biasanya, terapi akan diawali dengan

pemasangan alat biofeedback, yang memiliki banyak


bentuk dan fungsi, pada tubuh pasien. Elektroda
akan dipasang pada kulit, yang kemudian akan
mendapatkan respon dari tubuh yang akan dibaca
oleh alat biofeedback.
Tergantung pada respon dari tubuh, pertama terapis
akan membantu pasien mengendalikan tanda vital,
seperti detak jantung.
Terapi ini dilakukan tiap sesi dan tidak ada batasan
jumlah sesi, karena hal tersebut bergantung pada
penyakit yang ditangani atau diobati, respon pasien
terhadap terapi, reaksi alami tubuh terhadap terapi,
dan lain-lain. Biasanya, untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan, pasien akan membutuhkan
setidaknya delapan sesi dan setiap sesi berlangsung
selama sekitar satu jam.

Kemungkinan Komplikasi dan


Resiko Biofeedback
Terapi biofeedback merupakan terapi yang aman. Terapi ini

dapat dijalani oleh anak, remaja, dan wanita hamil.


Namun ada beberapa masalah yang berkaitan dengan
biofeedback. Pertama, biofeedback tidak ditanggung oleh
asuransi kesehatan karena terapi ini dianggap sebagai
pengobatan alternatif. Hal ini dapat menyebabkan seseorang
harus berhenti menjalani terapi. Walaupun biofeedback dapat
dipelajari agar pasien tidak perlu lagi mengunjungi terapis,
namun proses pembelajarannya membutuhkan waktu yang
lama.
Kedua, biofeedback dilakukan dengan trial and error (terus
dilakukan sampai mendapatkan hasil). Terapi ini bergantung
pada banyak faktor, seperti respon tubuh, yang kebanyakan
masih tidak terkendali. Oleh karena itu, terapi ini mungkin harus
dilakukan beberapa kali sebelum pasien bisa mulai merasakan
hasil yang diinginkan. Terkadang terapi ini membutuhkan waktu
yang terlalu lama, sehingga pasien dapat merasa lebih frustrasi
dan tertekan, dan kesehatannya memburuk. Ada juga kasus di
mana terapi ini sama sekali tidak memberikan hasil.

Ketiga, hanya ada sangat sedikit bacaan atau

buku mengenai terapi ini, sehingga ada


kemungkinan orang tertentu akan meragukan
terapi ini. Selain itu, karena pekerjaan sebagai
terapis biofeedback belum memiliki aturan yang
sejelas pekerjaan lainnya, ada kemungkinan
pasien akan memilih terapis yang belum
berpengalaman atau lebih buruk lagi, terapis
yang palsu.
Belum lama ini, ada perusahaan tertentu yang
menjual alat biofeedback yang bisa digunakan di
rumah. Walaupun ada beberapa di antaranya
yang dapat bekerja, alat yang lainnya hanyalah
produk dari pemasaran yang berlebihan.

Rujukan:
Haas DJ. Complementary and alternative medicine. In:
Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ, eds. Sleisenger and
Fordtrans Gastrointestinal and Liver Disease
Pathophysiology/Diagnosis/Management. 9th ed.
Philadelphia, Pa: Elsevier Saunders; 2010:chap 127.
Lumpkin M, Rakel D. Relaxation techniques. In: Rakel D,
ed. Integrative Medicine. Philadelphia, Pa: Elsevier
Saunders; 2012:chap 93.
Magis D, Schoenen J. Treatment of migraine: update on
new therapies. Curr Opin Neuro. 2011;24(3):203-210.
Payne CK. Conservative management of urinary
incontinence: behavioral and pelvic floor therapy,
urethral and pelvic devices. In: Wein AJ, Kavoussi LR,
Novick AC, et al., eds. Campbell-Walsh Urology. 10th ed.
Philadelphia, Pa: Elsevier Saunders; 2011:chap 69.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai