Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS

RUPTUR GINJAL

ANDI MUHAMMAD SYUKUR


11120150107
PEMBIMBING
Dr. MAHYUDDIN RASYID, Sp.B, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PARE PARE
2016

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama
: an. M
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 12 tahun
Nomor RM
: 11 83 70
Pekerjaan
: tidak ada

ANAMNESIS
Keluhan utama
Nyeri pinggang sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk kerumah sakit dengan keluhan
nyeri pinggang sebelah kiri, sejak 2 jam yang
lalu sekitar pukul 13.00 WITA setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas sepulang dari
sekolah. Nyeri pinggang dirasakan terus
menerus. Nyeri memberat bila bergerak. Nyeri
dirasakan seperti tertusuk-tusuk hingga
tembus ke belakang.

Riwayat pingsan (-). Mual (-). Muntah (-).


Tampak memar disamping mata sebelah kiri
(+). Jejas pada abdomen kiri. Luka lecet
pada kaki kiri (+), bengkak (+), deformitas
(+), krepitasi (+). Pasien tampak pucat.
Mekanisme trauma pasien menyebrang
jalan dan kemudian ditabrak oleh motor
yang sedang melaju kencang.

PEMERIKSAAN FISIS
Status Generalis :
Sakit sedang/ Gizi Cukup/ Composmentis
Status Vitalis:
TD
: 90/60 mmHg
N
: 66 kali/menit, regular, kuat angkat
P: 24 kali/menit, tipe thoracoabdominal,
simetris kiri=kanan.
S: 37 C (axilla)

Head to Toe Examination


Kepala :
Telinga : Otore (-), perdarahan (-)
Mata : Anemis (+/+), sklera tidak ikterus, perdarahan
subkonjungtiva (-), pupil isokor (+/+), refleks cahaya (+/
+), hematoma periorbita kiri (+).
Hidung : Rinorrhea (-), epistaksis (-)
Bibir : Tidak tampak sianosis, bibir kering/ terkelupas (-).
Lidah
: Kotor (-), candidiasis (-)
Leher :
-Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitar, tidak
tampak massa tumor.
-Palpasi : Pembesaran KGB (-), Nyeri tekan (-), kaku kuduk
(-), DVS +2 cmH2O

Thorax :
Inspeksi
: Pengembangan dada simetris
kiri=kanan,
Palpasi : Krepitasi (-)
Perkusi
: Sonor. Batas paru hepar ICS V
kanan.
Auskultasi : Vesikuler. BT: Wh-/-, Rh-/Jantung
Inspeksi
: Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi
: Pekak, batas jantung kesan normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I/II dalam batas
normal, bising (-)

Abdomen
Inspeksi
: defans
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat.
Palpasi : Nyeri tekan (+) di region hipokondrium
sinistra, massa tumor (-), Lien tidak teraba. Hepar
tidak teraba.
Perkusi
: Timpani (+), shifting dullness (-).
Vertebra
Inspeksi
: Alignment tulang baik, tidak tampak
massa tumor. Warna kulit sama dengan sekitarnya.
Palpasi : tidak teraba massa tumor.
Ekstremitas : edema (-/+), deformitas (-/+), akral
dingin(+/+).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

RESUME

Pasien masuk kerumah sakit dengan keluhan nyeri


pinggang sebelah kiri, sejak 2 jam yang lalu sekitar pukul
13.00 WITA setelah mengalami kecelakaan lalu lintas
sepulang dari sekolah. Nyeri pinggang dirasakan terus
menerus. Nyeri memberat bila bergerak. Nyeri dirasakan
seperti tertusuk-tusuk hingga tembus ke belakang.
Riwayat pingsan (-). Mual (-). Muntah (-). Tampak memar
disamping mata sebelah kiri (+). Jejas pada abdomen
kiri. Luka lecet pada kaki kiri (+), bengkak (+),
deformitas (+), krepitasi (+). Pasien tampak pucat.
Mekanisme trauma pasien menyebrang jalan dan
kemudian ditabrak oleh motor yang sedang melaju
kencang.

Dari pemeriksaan fisis didapatkan pasien dengan status


generalis sakit sedang, composmetis. Status vitalis TD:
90/60 mmHg N :66 kali/menit, regular, kuat angkat P:
24 kali/menit, tipe thoracoabdominal, simetris
kiri=kanan. S : 37C (axilla). Pada pemeriksaan
abdomen didapatkan datar, ikut gerak napas, Peristaltik
(+) kesan normal. Nyeri tekan (+) di region hipokondrium
sinistra, massa tumor (-), Lien tidak teraba. Hepar tidak
teraba. Timpani (+), shifting dullness (-).
Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil Hb: 6,92 gr/dl, WBC : 22,4 /ul,
trombosit 373.000/ul. SGOT: 111 u/dl.
SGPT: 39U/dl. Ureum 38 mg/dl. Kreatinin 1,2 mg/dl. GDS
125 mg/dl.
Berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan penunjang maka pasien tersbut didiagnosis
dengan ruptur ginjal.

DIAGNOSA
Ruptur Ginjal grade 4 ec. trauma tumpul abdomen.

PENATALAKSANAAN
Farmakologi :
IVFD RL 12 tpm
Cefobactam 750 mg/12 jam/IV
Ketorolac 3 mg/8jam/IV
Ranitidin 5 mg/8jam/IV
Metronidazole 500 mg/8 jam/IV

Terapi operatif
Laparatomy eksplorasi + Nefroktomi.

DIAGNOSIS BANDING
Ruptur lien

PROGNOSIS
Dubia

INTRA OPERATIF

FOLLOW UP

S (subjective) O (objective) A
(Assesment)

P (planning)

1 OKTOBER 2016
S : Nyeri perut sebelah kiri (+). BAK lancar
warna kemerahan pada urine bag. BAB biasa,
nafsu makan dan minum baik.
O : KU : tampak sakit sedang
TD: 80/50 mmHg
nadi 100 x/ menit
RR 24 x/menit
Suhu : 36,2C
Lemas (+), konjungtiva anemis (+) bibir
kering (-), edema palpebra (+) kiri.
BP: vesikuler, BT: Rh -/- Wh -/-, BJ I/II murni
regular, BT: (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), peristaltik
(+) kesan meningkat, Hepar: tidak teraba,
Lien: tidak teraba.
Shifting dulness (-)
Extremitas: Edema pada kaki kiri (+),
Deformitas pada kaki kiri (+).
Laboratorium:
HGB: 7,4 g/dL (12,0-18,0)
A : Trauma tumpul abdomen + closed
fracture cruris sinistra

R/
- IVFD RL 12 tpm
- O2 2-3 lpm
- Injeksi Cefobactam 750 mg/12
jam/iv
- Ketorolac 3 mg/8jam/IV
- Ranitidin 5 mg/8jam/IV
- Pasang kateter
- HB serial
- Rencana laparotom eksplorasi
CITO
- Siap darah Whole Blood 2 bag

S (subjective) O (objective) A
(Assesment)

P (planning)

2 OKTOBER 2016

R/
- IVFD RL 12 tpm
- Injeksi Cefobactam 750 mg/12
jam/iv
- Ketorolac 3 mg/8jam/IV
- Ranitidin 5 mg/8jam/IV
- Diet cair 3 sendok/5jam

S : Nyeri perut sebelah kiri post. Operasi (+).


O : KU : tampak sakit sedang

TD: 90/60 mmHg

nadi 100 x/ menit

RR 24 x/menit

Suhu : 36,2C

Lemas (+), konjungtiva anemis (+) bibir kering (-), edema


palpebra (+) kiri

BP: vesikuler, BT: Rh -/- Wh -/-, BJ I/II murni regular,


BT: (-)

Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), peristaltik (+) kesan


normal, Hepar: tidak teraba, Lien: tidak teraba. BAB :
(-), Flatus (-). BAK : (+) produksi urine 150 cc/4 jam.
Shifting dulness (-)

Extremitas: Edema pada kaki kiri (+), Deformitas pada


kaki kiri (+).

Laboratorium:
HGB: 8,4 g/dL (12,0-18,0)
A : post. Op laparotomi + nefroktomi hari 1

S (subjective) O (objective) A
(Assesment)

P (planning)

3 OKTOBER 2016

R/

S : Nyeri perut sebelah kiri post. Operasi (+)kesan berkurang.


O : KU : tampak sakit sedang

TD: 100/70 mmHg

nadi 90 x/ menit

RR 22 x/menit

Suhu : 36,5C

Lemas (+), konjungtiva anemis (+) bibir kering (-), edema


palpebra (+) kiri

BP: vesikuler, BT: Rh -/- Wh -/-, BJ I/II murni regular, BT:


(-)

Abdomen : Supel, nyeri tekan (+) kesan menurun, peristaltik


(+) kesan normal, Hepar: tidak teraba, Lien: tidak teraba.
BAB : (+), Flatus +). BAK : Shifting dulness (-). Drain atas :
100cc. Drain bawah : 100 cc.

Extremitas: Edema pada kaki kiri (+), Deformitas pada kaki


kiri (+).

Laboratorium:
HGB: 8,4 g/dL (12,0-18,0)
A : post. Op laparotomi + nefroktomi hari 2

- IVFD RL 12 tpm
- Injeksi Cefobactam 750 mg/12 jam/iv
- Ketorolac 3 mg/8jam/IV
- Ranitidin 5 mg/8jam/IV
- Transfusi PRC 1 bag.
- Diet susu 6 sendok/5jam
- Mobilisasi miring kiri-miring kanan
- Cek HB post transfusi.

S (subjective) O (objective) A
(Assesment)

P (planning)

4 OKTOBER 2016

R/

S : Nyeri perut sebelah kiri post. Operasi (+)kesan berkurang..


O : KU : tampak sakit sedang

TD: 90/60 mmHg

nadi 80 x/ menit

RR 22 x/menit

Suhu : 36,5C

Lemas (+), konjungtiva anemis (+) bibir kering (-), edema


palpebra (+) kiri

BP: vesikuler, BT: Rh -/- Wh -/-, BJ I/II murni regular, BT:


(-)

Abdomen : Supel, nyeri tekan (+) kesan menurun, peristaltik


(+) kesan normal, Hepar: tidak teraba, Lien: tidak teraba.
BAB : (-), Flatus (+). BAK : Shifting dulness (-).

Extremitas: Edema pada kaki kiri (+), Deformitas pada kaki


kiri (+).

Laboratorium:
HGB: 11 g/dL (12,0-18,0)
A : post. Op laparotomi + nefroktomi hari 3

- IVFD RL : Dextrose 5%: Aminofluid


300:300:400/12 jam
- Injeksi Cefobactam 750 mg/12 jam/iv
- Metronidazole 500 mg/8jam/IV
- Ketorolac 3 mg/8jam/IV
- Ranitidin 5 mg/8jam/IV
- Diet susu
- Mobilisasi miring kiri-miring kanan

S (subjective) O (objective) A
(Assesment)

P (planning)

5 OKTOBER 2016

R/

S : tidak ada keluhan


O : KU : tampak sakit sedang

- IVFD Asering 12 tpm

TD: 90/60 mmHg

- Injeksi Cefobactam 750 mg/12 jam/iv

nadi 80 x/ menit

RR 22 x/menit

- Metronidazole 500 mg/8jam/IV

Suhu : 36,5C

- Ketorolac 3 mg/8jam/IV

Lemas (+), konjungtiva anemis (-) bibir kering (-),

- Ranitidin 5 mg/8jam/IV

edema palpebra (+) kiri

BP: vesikuler, BT: Rh -/- Wh -/-, BJ I/II murni

- Diet bubur

regular, BT: (-)

- Mobilisasi miring kiri-miring kanan

Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), kesan menurun,


peristaltik (+) kesan normal, Hepar: tidak teraba,
Lien: tidak teraba. BAB : (+), Flatus (-). BAK :
Shifting dulness (-).

Extremitas: Edema pada kaki kiri (+), Deformitas


pada kaki kiri (+).

A : post. Op laparotomi + nefroktomi hari 4

- Aff drain atas

S (subjective) O (objective) A
(Assesment)

P (planning)

6 OKTOBER 2016

R/

S : tidak ada keluhan


O : KU : tampak sakit sedang

TD: 110/80 mmHg

nadi 80 x/ menit

RR 22 x/menit

Suhu : 36,5C

Lemas (-), konjungtiva anemis (-) bibir kering (-), edema


palpebra (+) kiri

BP: vesikuler, BT: Rh -/- Wh -/-, BJ I/II murni regular, BT:


(-)

Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), kesan menurun, peristaltik


(+) kesan normal, Hepar: tidak teraba, Lien: tidak teraba.
BAB : (+), Flatus (-). BAK : Shifting dulness (-). Produksi
drain : 50 cc

Extremitas: Edema pada kaki kiri (+), Deformitas pada


kaki kiri (+).

A : post. Op laparotomi + nefroktomi hari 5

- IVFD Asering 12 tpm


- Injeksi Cefobactam 750 mg/12
jam/iv
- Metronidazole 500 mg/8jam/IV
- Ketorolac 3 mg/8jam/IV
- Ranitidin 5 mg/8jam/IV
- Diet bebas
- Mobilisasi duduk

S (subjective) O (objective) A
(Assesment)

P (planning)

7 OKTOBR 2016

R/

S : tidak ada keluhan


O : KU : tampak sakit sedang

TD: 120/80 mmHg

nadi 80 x/ menit

RR 22 x/menit

Suhu : 36,5C

Lemas (-), konjungtiva anemis (-) bibir kering (-), edema


palpebra (+) kiri

BP: vesikuler, BT: Rh -/- Wh -/-, BJ I/II murni regular, BT:


(-)

Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), kesan menurun, peristaltik


(+) kesan normal, Hepar: tidak teraba, Lien: tidak teraba.
BAB : (+), Flatus (-). BAK : Shifting dulness (-). Produksi
drain : 50 cc

Extremitas: Edema pada kaki kiri (+), Deformitas pada


kaki kiri (+).

A : post. Op laparotomi + nefroktomi hari 6

- Aff IVFD RL
- Injeksi Cefobactam 750 mg/12 jam/iv
- Stop Metronidazole 500 mg/8jam/IV
- Ketorolac 3 mg/8jam/IV
- Ranitidin 5 mg/8jam/IV
- Aff kateter
- Aff drain
- Diet bebas
- Mobilisasi duduk

S (subjective) O (objective) A
(Assesment)

P (planning)

8 OKTOBER 2016

R/

S : tidak ada keluhan


O : KU : tampak sakit sedang

TD: 120/80 mmHg

nadi 80 x/ menit

RR 22 x/menit

Suhu : 36,5C

Lemas (-), konjungtiva anemis (-) bibir kering (-), edema


palpebra (+) kiri

BP: vesikuler, BT: Rh -/- Wh -/-, BJ I/II murni regular, BT:


(-)

Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), kesan menurun, peristaltik


(+) kesan normal, Hepar: tidak teraba, Lien: tidak teraba.
BAB : (+), Flatus (-). BAK : Shifting dulness (-). Produksi
drain : 50 cc

Extremitas: Edema pada kaki kiri (+), Deformitas pada


kaki kiri (+).

A : post. Op laparotomi + nefroktomi hari 7

- Boleh rawat jalan


- Cefadroxil 2x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- Ranitidin 3x500 mg
- Diet biasa

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi ginjal

Epidemiologi

Ruptur ginjal biasanya terjadi pada 8-10% dari kasus trauma


tumpul ataupun trauma tusuk abdomen. Sekitar 90% dari
rupture ginjal berasal dari trauma tumpul dan 10% nya
berasal dari trauma tusuk, bervariasi tergantung pada
lokasinya.8

Trauma ginjal terhitung sekitar 3% dari seluruh laporan


trauma yang diterima dan sebanyak 10% dari pasien yang
mengalami trauma abdomen.1

Kebanyakan trauma ginjal pada anak-anak yang ditemukan


pada pada tingkat rendah (79%) dan trauma tumpul (>
90%). Usia rata-rata pasien cedera ginjal adalah 13,7 tahun,
dengan 94% dari pasien yang berusia 5 hingga 18 tahun. 1

Fisiologi ginjal

Etiologi1
Penetrasi

Patomekanisme
Tanda Utama dari Ruptur Renal
1.
2.
3.
4.

HEMATURI
A

Jatuh dari ketinggian


Kecelakaan
Pasien multiple trauma
Indikator-indikator Klinis

1. Senjata api: kaliber


peluru yg digunakan,
misil yg digunakan.
2. Luka tusuk : letaknya
dan panjang senjata
tajam yg digunakan

KLASIFIKASI RUPTUR GINJAL


Klasifikasi AAST (American Associate of Surgery)

Derajat

Tingkat cedera

Kontusio dan/atau hematoma subkapsular

Laserasi korteks < 1 cm, tidak sampai kaliks

Laserasi korteks >1 cm, tidak sampai kaliks

Laserasi korteks hingga corticomedullary junction atau


hingga collecting system

Cedera arteri atau vena renalis disertai perdarahan


Avulsi pedikel ginjal
Ginjal terbelah (shattered kidney)

DERAJAT 1 :
Trauma ginjal. Cedera ginjal
derajat 1, kontusio. Gambar dari CT
scan kontras ditingkatkan dari perut
pada pasien dengan hematuria
setelah
tabrakan
kendaraan
bermotor menunjukkan daerah yang
tidak jelas dari hypoenhancement di
ginjal kanan medial.10
DERAJAT 2 :
Trauma ginjal. Cedera ginjal Derajat
2 , hematom subkapsular dan
hematoma
perinefrik.
CT-Scan
dengan kontras ditingkatkan CT
scan abdomen pada pasien dengan
hematuria
setelah
tabrakan
kendaraan bermotor menunjukkan
pengumpulan cairan yang tidak
jelas dalam ruang perinefrik kiri.
Ada juga hematoma subkapsular
dengan deformitas pada parenkim
ginjal.10

DERAJAT 3 :
Trauma ginjal. Derajat 3 laserasi
ginjal. CT scan abdomen setelah
pemberian
kontras
intravena
menunjukkan
tidak
meningkatnya
cacat parenkim ginjal yang irregular
dengan ekstensi yang lebih besar dari
1 cm dalammya dekat dengan pelvis
renalis.10

DERAJAT 4 :
Trauma ginjal. Trauma ginjal derajat 4
infark segmental . CT-Scan dengan
kontras ditingkatkan pada perut
bagian
atas
menunjukkan
area
segmental
dari
non-enhancement
bagian medial kiri atas ginjal tanpa
laserasi ginjal terkait.10

DERAJAT 5 :
Trauma ginjal. Trauma ginjal derajat
5. CT-Scan abdomen dengan kontras
ditingkatkan pada pasien dengan
hematuria dan hipotensi setelah
tabrakan kendaraan bermotor ini
menunjukkan penampang melintang
dari ginjal kanan dengan hematoma
besar di sekeliling dan diantara 2
bagian ginjal. 2 bagian tersebut
keduanya menngalami perfusi karena
ada 2 arteri renalis. foto/gambar
tertunda menunjukkan ekstravasasi
kontras saluran kemih.10

diagnosis

Urogram Intravena (IVU)

Normal. Pengambilan
radiografi sepuluh menit
setelah pemberian
kontras intravena pada
pasien dengan luka
tusuk pada bagian
belakang yang
menunjukkan ginjal dan

Foto Polos Abdomen

Foto 5 menit setelah


pemasukan media
kontras

Pemotretan 15 menit setelah


pemasukan media kontras

Pemotretan Post Miksi

Trauma Ginjal derajat 3 laserasi


renal pada radiografi
abdomen.
Radiografi
abdomen
setelah
pemberian
kontras
intravena
menunjukkan
nefrogram
yang
sangat berkurang dan tidak ada
ekstravasasi kontras urin.10

Trauma ginjal derajat 5. Ginjal yang


hancur dengan trombosis renal.
Radiografi
abdomen
setelah
pemberian
kontras
intravena
menunjukkan
tidak
adanya
nefrogram kanan.10

Ultrasonografi (USG)

trauma ginjal. Trauma ginjal derajat 4 . USG


pada anak 8 tahun dengan infark ginjal pasca
trauma ini menunjukkan kedua ginjal dengan
luas avaskular di bagian bawah ginjal yang
terkena. Courtesy of Durr E Sabih, MBBSdari
Kevin J Smith 2015.10

Arteriografi2

Trauma ginjal Aktif vaskular kontras


ekstravasasi Kateter angiography selama
fase arteri menunjukkan pseudoaneurysm
kecil di kutub yang lebih rendah Courtesy of
Dushyant Sahani, MD10

Penatalaksanaan

Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma derajat 1,2,3.
Pada keadaan ini dilakukan observasi tanda-tanda vital (tensi,
nadi, suhu tubuh), kemungkinan adanya penambahan massa di
pinggang, adanya pembesaran lingkaran perut, penurunan
kadar hemoglobin darah, dan perubahan warna urine pada
pemeriksaan urine serial. Jika selama tindakan konservatif
terdapat tanda-tanda perdarahan atau kebocoran urin yg
menimbulkan infeksi, harus segera dilakukan tindakan operasi.

Operasi
Operasi ditujukan pada trauma derajat
4-5
dengan
tujuan
untuk
segera
menghentikan perdarahan. Selanjutnya
mungkin dilakukan debridement, reparasi
ginjal
(berupa
renorafi
atau
penyambungan vaskuler) atau tidak
jarang harus dilakukan nefrektomi parsial
bahkan nefrektomi total karena kerusakan
ginjal yang sangat berat.)

Komplikasi

Hasil penelitian dari Miller, K. S & Jack W. tentang Pengkajian


Radiografik Trauma Ginjal: . Follow Up di 515 dari 1.004 pasien (51
persen) yang tidak menjalani pencitraan awal menunjukkan tidak
adanya komplikasi yang signifikan.15

Komplikasi Awal :
a) Perpanjangan ekstravasasi urinaria adalah komplikasi paling
sering setelah trauma renal. Urinaria terjadi kurang dari 1
persen dari kasus-kasus trauma renal. Pengumpulan kecil, tidak
berefek dan stabil tidak membutuhkan tindakan pengumpulan
yang lebih besar cenderung menimbulkan pembentukan abses
dan sepsis yang biasanya akan mudah dapat diatasi dengan
kateter drain perkutan.
b) Syok akibat kehilangan darah yang masif.
c) Infark ginjal.
d) Pembentukan abses.2

Komplikasi Lanjutan :
a) Komplikasi lainnya termasuk perdarahan tertunda,
terbentuknya fistula arteriovena, abses, fistula
urinaria, dan hidronefrosis.
b) Hipertensi vaskular ginjal setelah trauma ginjal
biasa pula muncul. Follow up tekanan darah untuk
beberapa bulan setelah cedera .
c) Fibrosis perinefrik yang terkait dengan UPJ
(UreteroPelvic Junction), seperti biasa dapat dilihat
setelah cedera bagian bawah dari ginjal. Hal ini
dapat mneyebabkan hidronefrosis.
d) Pada 3 sampai 6 bulan setelah cedera ginjal,
penggambaran lebih lanjut (IVU atau CT-Scan)
harus dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan
terjadinya hidronefrosis, kerusakan vaskular, atau
atropi renal.2

DAFTAR PUSTAKA
1.

Lusaya, OG. 2015. Renal Trauma.Schwartz,BF. [ed]. [Online]. Available at:


http://emedicine.medscape.com/article/440811-overview#a5 (jurnal).

2.

Hanno, Philip MD et al. 2001. Clinical Manual of Urology third Edition. Singapure: McGraw-Hill.
C.Guyton,Arthur & Jhon E. Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology eleventh Edition. China: Elsevier Saunders.
Meschan, M. A.,M.D, Isadore. 1976. Synopsis of analysis of Roentgen Signs in General Radiology. London: W.B
Saunders Company.

3.
4.

5.

6.
7.
8.

9.
10.

11.

12.
13.

14.

15.

16.

Gray.H. 2016. [online]. [cited on 2016, Feb 8]. Ureter. Available at:
http://www.urologie-bad-segeberg.de/Urology/Treatment-options/Ureter/ureter.html .
Hansen,John T, & Bruce M. Koeppen. 2005. Netters Atlas of Human Physiology. USA: BM.0603.BBG.
Despopoulos, M.D, Agamemnon & Stefan Silbernagl,M.D. 2003. Color Atlas of Physiology. Newyork: Thieme Stuttgart.
Adam, andy et al. 2008. Grainger & Allisons Diagnostic Radiology a Textbook of Medical Imaging Fifth Edition Volume
One. Churchill Livingstone:Elsevier.
L. Barbaric, Zoran. 1994. Principles of Genitourinary Radiology second edition. California: Thieme Medical Publisher.
Smith. J kevin, et al. 2015. Imaging In Kidney Trauma. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/379085-overview#showall (jurnal).
C.G.Peh, Wilfred & Yoshihiro Hiramatsu. 2003. The Asean-Oceanian Textbook of Radiology. Singapore: TTG Asia
Media.
Fox,J Cristian, 2008. Clinical Emergency Radiology. New York: Cambridge University Press.
Kristjansson,A & J. Pedersen. 2008. Management of Blunt Renal Trauma. California: UCSF. [ed]. [online] available at:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1464 -410X.1993.tb16249.x/abstract (jurnal).
H. Danuser et al. 2001. How To Treat Blunt Kidney Ruptures : Primary Open Surgery Or Conservative Treatment With
Deferraed Surgery When Necessary Vol. 39. Switzerland: S. Karger AG.
Miller,Kennon S & Jack W McAninch. 1995. Radiographic Assessment of Renal Trauma: Our 15-year Experience.
American Urological Association : Elsevier. [ed]. [online]. Available at:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0022534701670459 (jurnal).
Hartanto Huriawati, dkk. 2002. Kamus Kedokteran Dorland ed.29 (Dorlands Illustrated medical dictionary).Jakarta:

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai