Anda di halaman 1dari 35

CASE REPORT SESSION

Urtikaria
Oleh :
Muthia Faurin
Dea Oktoviani
Firstson Yudithia Chevy
M. Zikri Muzaki
Preceptor :
Dr. H. Yosse Rizal, Sp.KK

DEFINISI
Reaksi vascular pada kulit akibat berbagai
macam sebab, ditandai dengan adanya edema
setempat yang cepat timbul dan menghilang
perlahan-lahan, berwarna pucat atau kemerahan,
meninggi di permukaan kulit, umumnya dikelilingi
oleh halo kemerahan (flare) dan disertai rasa gatal
yang berat, rasa tersengat atau tertusuk.

ANGIOEDEMA
Reaksi yang menyerupai urtikaria, namun
terjadi pada lapisan kulit yang lebih dalam, dapat
di submukosa atau di subkutis, serta dapat
mengenai saluran nafas, saluran cerna, dan organ
kardiovaskular. Dapat terjadi di bagian tubuh
manapun, namun lebih sering ditemukan di daerah
perioral, periorbital, lidah, genetalia, dan
ekstremitas

EPIDEMIOLOGI
Urtikaria merupakan gangguan yang sering
dijumpai. Faktor usia, ras, jenis kelamin,
pekerjaan, lokasi geografis, dan musim
mempengaruhi jenis pajanan yang akan dialami
oleh seseorang. Sebagian besar anak-anak (85%)
yang mengalami urtikaria, tidak disertai
angioedema. Sedangkan 40% dewasa yang
mengalami urtikaria, juga mengalami angioedema.

ETIOLOGI
Pada penelitian, ternyata hampir 80% tidak diketahui
penyebabnya. Diduga penyebab urtikaria bermacammacam, di antaranya:
1. Obat
2. Makanan
3. Gigitan/sengatan serangga
4. Bahan fotosensitizer
5. Inhalan

6.
7.
8.
9.
10.
11.

Kontaktan
Trauma Fisik
Infeksi & Infestasi
Psikis
Genetik
Penyakit Sistemik

PATOGENESIS

KLASIFIKASI
Dibedakan urtikaria akut dan kronik. Dikatakan
akut bila serangan berlangsung kurang dari 6
minggu, atau berlangsung selama 4 minggu tetapi
timbul setiap hari; bila melebihi waktu tersebut
digolongkan sebagai urtikaria kronik.
Ada pula menggolongkan berdasarkan penyebab
urtikaria dan mekanisme terjadinya, maka dikenal
urtikaria imunologik, non imunolgik dan idiopatik
seperti berikut :

Urtikaria atas dasar reaksi imunologik


Bergantung pada IgE (reaksi alergik tipe I)
Pada atopi
Antigen spesifik (polen, obat, venom)
Ikut sertanya komplemen
Pada reaksi sitotoksik ( reaksi alergi tipe II )
Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III)
Defisiensi C esterase inhibitor (genetik)
1
Reaksi

alergi tipe IV (urtikaria kontak)

Urtikaria atas reaksi non-imunologik


Langsung memacu sel mast sehingga terjadi
pelepasan mediator (misalnya obat golongan opiat
dan bahan kontras)
Bahan yang menyebabkan perubahan metabolisme
asam arakidonat (misalnya aspirin, obat anti
inflamasi non-steroid, golongan azodyes)
Trauma fisik, misalnya dermografisme, rangsangan
dingin, panas atau sinar, dan bahan kolinergik.
Urtikaria yang tidak jelas penyebab dan mekanismenya
digolongkan idiopatik

GEJALA KLINIS

Rasa gatal yang hebat


Timbul rasa terbakar atau rasa tertusuk
Secara klinis tampak lesi urtika (eritema dan edema
setempat yang berbatas tegas) dengan berbagai
bentuk dan ukuran, lentikular, numular hingga plakat.
Kadang bagian tengah lesi tampak lebih pucat.

Sedangkan pada angioedema ditemukan :


Lesi sampai dermis dan subkutis atau submukosa.
Terlihat edema dengan batas difus.
Lebih sering terkena bagian muka disertai sesak nafas,
serak dan rhinitis.
Jika mengenai saluran cerna bermanifestasi sebagai rasa
mual, muntah, kolik abdomen dan diare.

Pada urtikaria akibat tekanan mekanis ditemukan :


Dijumpai pada tempat-tempat yang tertekan
pakaian misalnya di sekitar pinggang
bentuknya sesuai dengan tekanan yang menjadi
penyebab.
Pada pasien seperti ini, uji dermografisme
menimbulkan lesi urtika yang linier pada kulit
setelah digores dengan benda tumpul.

Pada urtikaria kolinergik ditemukan :


Urtika dengan ukuran kecil 2-3 mm, folikular
Dipicu oleh peningkatan suhu tubuh akibat latihan
fisik, suhu lingkungan yang sangat panas dan emosi.
Urtikaria kolinergik terutama dialami oleh remaja dan
dewasa muda.
Sedangkan urtikaria akibat obat atau makanan
umumnya timbul secara akut dan generalisata.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin


Pemeriksaan kadar IgE total dan eosinophil
Pemeriksaan gigi, THT, dan usapan genitalia interna
wanita
Uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test)
Tes eliminasi makanan
Pemeriksaan histopatologik

Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes


foto tempel.
Suntikan mecholyl intradermal dapat digunakan
pada diagnosis urtikari kolinergik.
Uji dermografisme dan uji dengan es batu (ice
cube test) untuk mencari penyebab fisik.

DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan klinis yang


cermat, umumnya diagnosis urtikaria dapat ditegakkan
dengan mudah. Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk
menyokong diagnosis dan mencari penyebab.
Diagnosis banding urtikaria :
Vaskulitis
Mastositosis
pemfigoid bulosa
pitriasis rosea tipe popular
lupus eritematosus kutan
anafilaktoid purpura (Henoch-Schonlein purpura)
Morbus Hansen.

PENATALAKSANAN
Asian consensus guidelines yang diajukan oleh AADV
pada tahun 2011 untuk pengelolaan urtikaria kronis
dengan menggunakan antihistamin H1 non-sedasi,
yaitu :

Anti histamine H1 non-sedasi (AH1-ns), bila gejala


menetap setelah 2 minggu
AH1-ns dengan dosis ditingkatkan sampai 4x, bila
gejala menetap setelah 1-4 minggu.

AH1 sedasi atau AH1-ns golongan lain +


antagonis leukotriene, bila terjadi eksaserbasi
gejala, tambahkan kortikosteroid sistemik 3-7 hari.
Bila gejala menetap setelah 1-4 minggu, tambah
siklosporin A, AH2, dapson, omalizumab.
Eksaserbasi diatasi dengan kortikosteroid sistemik
3-7 hari.

Selain terapi sistemik dianjurkan untuk pemberian


terapi topical untuk mengurangi gatal, berupa bedak
kocok atau losio yang mengandung mentol 0.5-1% atau
kalamin.
Pada urtikaria yang luas atau disertai angioedema,
perlu dilakukan rawat inap dan selain pemberian
antihistamin, juga diberikan kortikosteroid sistemik
(metilprednisolon dosis 40-200 mg) untuk waktu yang
singkat.

Bila terdapat syok anafilaksis, dilakukan protocol


anafilaksis termasuk pemberian epinefrin 1:1000
sebanyak 0,3 ml IM setiap 10-20 menit sesuai kebutuhan.

PROGNOSIS
Prognosis
urtikaria
akut
baik,
karena
penyebabnya dapat diketahui dengan mudah, untuk
selanjutnya dihindari.
Walaupun umumnya tidak mengancam jiwa,
namun dampaknya terhadap kualitas hidup pasien
sangan besar. Urtikaria yang luas atau disertai dengan
angioedema merupakan kedaruratan dalam ilmu
kesehatan kulit dan kelamin, sehingga membutuhkan
penanganan yang tepat untuk menurunkan mortalitas.

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama
: Nn. Y
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan
: Mahasiswi
Status
: Belum menikah
Alamat
: Bukittinggi
Suku
: Minang

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Bentol kemerahan dan gatal diseluruh tubuh sejak tadi
malam.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Bentol kemerahan dan gatal diseluruh tubuh sejak tadi
malam. Bentol muncul setelah sholat maghrib. Bentol
kemerahan, gatal mulai dari wajah, leher, dada, dan
punggung. Gatal diikuti rasa ditusuk-tusuk dan pasien
tidak bisa tidur.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat Penyakit yang sama tidak ada
Riwayat alergi makanan tidak ada
- Riwayat alergi obat tidak ada
- Riwayat gigi berlobang tidak ada
Pasien sering keputihan yang hilang timbul
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Tidak ada Riwayat penyakit yg sama

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran
: Compos Mentis Cooperative
Status Gizi
: Baik
Pemeriksaan Thorax: Diharapkan dalam batas normal
Pemeriksaan Abdomen : Diharapkan dalam batas
normal

STATUS DERMATOLOGIKUS

Lokasi : Seluruh tubuh


Distribusi
: Generalisata
Bentuk
: Tidak khas
Susunan
: Konfluens
Ukuran
: Miliar sampai Plakat
Efloresensi
: Makula eritema, papul eritema,
urtika.

Status venerologikus : Tidak ditemukan kelainan


Kelainan selaput
: Tidak ditemukan kelainan
Kelainan kuku
: Kuku dan jaringan sekitar
kuku tidak ditemukan kelainan
Kelainan rambut
: Tidak ditemukan kelainan
Kelainan kelenjar limfe : Tidak terdapat
pembesaran KGB.

CONT..

DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja : Urtikaria Akut


Diagnosis Banding : -

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya,
kemungkinan faktor penyebab atau pencetus dan
pentingnya
upaya
menghindarinya
serta
pengobatan penyakitnya
Jangan menggaruk lesi
Minum obat teratur

Penatalaksanaan Khusus
Sistemik :
Metil prednisolon tablet 4 mg 2 kali sehari
Cetirizin HCL tablet 10 mg 1 kali sehari
Topikal :
Caladine lotion 60 ml, dioleskan pada lesi 2 kali
sehari sesudah mandi

PROGNOSIS

Quo ad sanationam
: Bonam
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad kosmetikum
: Bonam
Quo ad functionam
: Bonam

RSUD Acmad Mochtar


Ruangan/Poliklinik : kulit dan kelamin
Dokter : dr. MD
SIP No : 3103/SIP/2016
Bukittinggi, 04 April 2016
R/ Metil prednisolon tab 4 mg No. XIV
S2dd tab 1
R/ Cetirizine Hcl tab 10 mg No. X
S1dd tab 1
R/ Caladine lotion 60 ml fls No. I
Sue
Pro : Nn.Y
Umur
: 22 tahun
Alamat : Bukittinggi

Anda mungkin juga menyukai