Anda di halaman 1dari 26

KONSEP STBM

(Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat)
Oleh
Andi Irfanji, SKM, M. Kes
Koordinator STBM Prov. Sultra
Pengertian STBM
STBM adalah pendekatan untuk
merubah perilaku higienis dan saniter
melalui pemberdayaan masyarakat
dengan cara pemicuan.
Penyelenggara pelaksanaan
pendekatan STBM adalah
masyarakat, baik yang terdiri dari
individu, rumah tangga maupun
kelompok-kelompok masyarakat.
Tujuan STBM
Tujuan pendekatan STBM adalah
untuk mencapai kondisi sanitasi total
dengan mengubah perilaku higiene
dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat yang meliputi 3 strategi
yaitu penciptaan lingkungan yang
mendukung, peningkatan kebutuhan
sanitasi, serta peningkatan
penyediaan akses sanitasi.
perbedaan pendekatan
pembangunan sanitasi
sebelum dan saat ini
Program-Program Terdahulu Kecenderungan Saat Ini
(biasanya Target Oriented)

Perkembangan jumlah sarana Perubahan perilaku dan kesehatan

Subsidi Solidaritas sosial

Model-model sarana disarankan Model-model sarana digagas dan


oleh pihak luar dikembangkan oleh masyarakat
Sasaran utama adalah kepala Sasaran utama adalah masyarakat desa
keluarga secara utuh
Top down (dari atas ke bawah) Bottom up (dari bawah ke atas)

Fokus pada: jumlah jamban Fokus pada: berhentinya BAB di


sembarang tempat
Pendekatannya bersifat blue Pendekatannya lebih fleksibel.
print
Konsep STBM
Konsep STBM diadopsi dari konsep
Community Led Total Sanitation (CLTS)
yang telah disesuaikan dengan konteks
dan kebutuhan di Indonesia.
Pada dasarnya CLTS adalah
pemberdayaan dan tidak
membicarakan masalah subsidi. Artinya,
masyarakat yang dijadikan guru dengan
tidak memberikan subsidi sama sekali.
Community lead (dipimpin oleh
masyarakat) tidak hanya dalam sanitasi,
tetapi dapat dalam hal lain seperti dalam
pendidikan, pertanian, dan lain lain,
prinsip yang terpenting adalah:

Inisiatif masyarakat,
Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan
pelaksanaan secara kolektif adalah kunci utama,
Solidaritas masyarakat (laki perempuan, kaya miskin)
sangat terlihat dalam pendekatan ini,
Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada ikut campur
pihak luar, dan biasanya akan muncul natural leader.
Dasar dari CLTS adalah tiga pilar
utama PRA, yaitu:
Attitude and Behaviour Change
(perubahan perilaku dan kebiasaan)
Sharing (berbagi)
Method (metode)
Peran STBM dalam Pencegahan
Stunting
Peningkatan Higiene Sanitasi dan Perbaikan Gizi
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 35,6%
anak Indonesia stunted. Sebagai akibatnya,
produktivitas individu menurun dan masyarakat
harus hidup dengan penghasilan yang rendah.
Stunting atau penurunan tingkat pertumbuhan
pada manusia utamanya disebabkan oleh
kekurangan gizi (Prov. Sultra Urutan ke 17 angka
Stunting)
peningkatan cakupan sanitasi dan perilaku
hygiene sebesar 99% dapat membantu
menurunkan insiden diare sebesar 30% dan
menurunkan prevalensi stunting sebesar 2,4%.
Masalah Malnutrisi Kronis (Stunting) Masih Sering Luput
dari Perhatian

Stunting: Perbandingan Tinggi Terhadap Umur di bawah Standar


Tingkat dan distribusi stunting
di Indonesia
Tingkat stunting di kelompok 20% termiskin
1 dari 3 balita di Indonesia mengalami stunting hampir 2 kali lipat dibandingkan di 20%
dan tingkat stunting stagnan sejak 2007 terkaya
Nutrition status in Indonesia by province

70
among underfive children(%)
10 20 30 40 50 60
Nutrition status

Stunting
Wasting

Underweight
0

Source: Riskesdas, 2013

Ketimpangan distribusi stunting: 51% di NTT vs 26% di Riau


Wasting and stunting prevalence by country

25 20
India
Wasting prevalence (%)
15

Sri Lanka Indonesia


Cambodia
10

Myanmar
Philippines Lao PDR
5

Thailand Vietnam
China
0

0 20 40 60
Stunting prevalence (%)
Source: WDI & Riskesdas 2013
Note: The data represent the latest year for which data is available.
The horizontal and vertical lines represent median rates of acute (5.4%)
and chronic (28.4%) malnutrition (respectively).

Perbandingan antar Negara


Stunting mempengaruhi Pertumbahan Otak

Sel otak
normal

Banyak
cabang

Sel otak
terganggu

- sedikit
cabang
-cabang
tak normal

Source: Cordero E et al, 1985 (Adapted from Figure 2 & Figure 4), Bentez-Bribiesca et al. 1999 (Adapted from
Keterkaitan Gizi dengan Daya Saing Indonesia dan
Kesempatan Kerja

BBLR Lesu dan Kapasitas kerja


Morbiditas keterlibatan lebih rendah
Mortalitas pasif Morbiditas
Angka test Obesitas dan
yang rendah PTM (diabetes,
Masa sekolah stroke,
yang lebih penyakit
rendah jantung
Defisiensi coroner)
Iodium Penghasilan
menyebabkan perorang
IQ yang lebih seumur hidup
rendah berkurang
Kehilangan GDP karena malnutrisi >10%
(termasuk
stunting) sekitar 2-3%
1000 HPK: Periode Penting Dalam Pertumbuhan Anak

Berat

Tinggi

Source: Victora, de Onis, Hallal, Blssner, Shrimpton. Pediatrics (15 Feb 2010)
Hubungan Stunting dan Higiene dan Sanitasi
Higiene dan Sanitasi Sering Dikaitkan
dengan Masalah Kurang Gizi
Penelitian menunjukan bahwa tingkat open defecation yang tinggi
diasosiasikan dengan tingkat gizi buruk (termasuk stunting) dan tingkat
kemiskinan yang tinggi
17 dari 20 negara dengan tingkat open defecators tertinggi memiliki
tingkat stunting 35% atau lebih (UNICEF 2012, WHO dan UNICEF 2013),
Di Bangladesh, tingkat stunting balita yang tinggal di rumah tangga
dengan kualitas air, fasilitas cuci tangan dan toilet yang baik jauh lebih
rendah dibandingkan balita yang tinggal dengan kondisi sanitasi yang
buruk
Di Sudan, balita yang tinggal di rumah fasilitas air bersih dan sanitasi
memiliki resiko terendah untuk mengalami stunting.
Penelitian menunjukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat
menurunkan tingkat pneumonia dan diare
Di Indonesia14% balita mengalami diare dan 5% mengalami ISPA dalam
2 minggu sebelum pelaksanaan survey SDKI 2012.

Penelitian Menunjukan
Anak tanpa akses Buruknya
ke jamban lebih mudah kena diare. Higiene
Environmental Enteropathy (EE)

EE

Sanitasi dan Undernutrition


Higiene Buruk Diarrhea Pada Anak

Anak yang hidup di lingkungan dengan sanitasi buruk,


akan terpapar bakteri fekal secara terus menurus ->
terjadi reaksi subklinis di usus kecil sebagai perlawanan
tubuh terhadap bakteri yang masuk -> fungsi asupan
gizi yang harusnya untuk pertumbahan menjadi
teralihkan karena harus terus menurus berperang
dengan bakteri yang masuk.
Hubungan Akses Sanitasi yang Membaik dengan
Stunting di Indonesia

100
Access to Improved Sanitation (%)
20 40 0 60 80

0 20 40 60 80
Children under-five Stunted (%)
Source: Riskesdas 2013
Kebijakan Nasional untuk Perbaikan Gizi
Framework Perbaikan Gizi
Program Spesifik
Ibu Hamil, perlindungan terhadap:
Anemi dan KEK
Kurang Iodium
Malaria
Anak 0-23 bulan
ASI Eksklusif
Makanan Pendamping ASI
Program Sensitif
Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi
Ketahanan Pangan dan Gizi
Keluarga Berencana
Jaminan Kesehatan Nasional
Fortifikasi Pangan
Pendidikan Gizi Masyarakat
Program Remaja Perempuan
Pengentasan Kemiskinan
UPAYA YANG DILAKUKAN
Sinergi STBM dengan Program Kabupaten/Kota Sehat
Sinergi kegiatan STBM dalam Desa Siaga
Sinergi STBM & PPSP (memasukkan strategi STBM dalam strategi sanitasi
Kabupaten/Kota)
Sinergi STBM dengan PAMSIMAS di 220 kabupaten , 32 propinsi
Sinergi STBM dengan SANIMAS (membuat sanitasi komunal di lokasi
perkotaan)
Memasukkan materi STBM dalam bahan ajar di Poltekkes jurusan Kesling
Membuat link data STBM dengan PUSDATIN Kemenkes, NAWASIS (PPSP),
PAMSIMAS
Akreditasi kurikulum dan modul pelatihan STBM (Fasilitator, Wirausaha
Sanitasi dan Pelatihan Bagi Dosen)
Menjajagi peluang akses pendanaan dengan pihak swasta (CSR) untuk
meningkatkan akses sanitasi masyarakat melalui pendekatan STBM
(seperti: pemberian mikrokredit bagi wirausaha sanitasi, septictank
komunal dll.)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai