Paparan Kebijakan Dir Keswa_Sept 2023
Paparan Kebijakan Dir Keswa_Sept 2023
JIWA
Disampaikan pada:
Pelatihan bagi Pelatih (ToT)
Tenaga Kesehatan Terpadu Kesehatan JIwa
2023
• Masalah Kesehatan Jiwa
• Upaya Kesehatan Jiwa
• Upaya promotif
TOPIK • Upaya preventif
• Upaya kuratif dan rehabilitatif
• Indikator Program Kesehatan Jiwa
• Kegiatan 2023 - 2024
2
• Masalah Kesehatan Jiwa
• Upaya Kesehatan Jiwa
• Upaya promotif
TOPIK • Upaya preventif
• Upaya kuratif dan rehabilitatif
• Indikator Program Kesehatan Jiwa
• Kegiatan 2023 -2024
3
Gambaran masalah kesehatan jiwa lainnya di Indonesia (1/2)
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 Laporan Kasus Bunuh Diri (Mabes POLRI)
1000
Prevalensi GME = 9,8% 812
875
808
789 772
1 dari 10 orang 800 671
usia 15+ mengalami Gangguan
Mental Emosional (GME) 600
20.480.227 orang*
400
200
Prevalensi Depresi = 6,1% (rerata dunia 3,8%)
1 dari 16 orang usia 15+ mengalami 0
Depresi 2015 2016 2017 2018 2019 2020
12.747.896 orang*
Penelitian BNN, BRIN, BPS tahun 2021
Prevalensi Gangguan Jiwa Berat = Angka prevalensi setahun terakhir meningkat
0,18% Hampir 2 dari 1000 orang mengalami dari 1,8 % (2019) menjadi 1,95% (2021) atau
Gangguan Jiwa Berat (rerata dunia 0,32%)
hampir 3,7 juta jiwa penduduk melakukan
penyalahgunaan narkoba.
495.746 orang*
UNICEF Usia pertama kali
I-NAMHS, 2021 menggunakan Narkoba: Terjadi peningkatan keterpaparan
19 tahun di perdesaan terhadap narkoba pada usia 15-24 tahun
Prevalensi Gangguan 20 tahun di perkotaan
Cemas pada Remaja
2 dari 3 anak usia (10-17 th): 3,7%
2 dari 5 anak usia 15 tahun
13-17 tahun pernah 1,4% remaja memiliki
pernah mengalami
mengalami pikiran untuk bunuh
perundungan setidaknya
setidaknya 1 jenis diri dalam 12 bulan
kekerasan
beberapa kali dalam 12-15 15-30 30-45 45-60 60-95
sebulan terakhir
4
*Dihitung berdasarkan Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2022
Gambaran masalah kesehatan jiwa lainnya di Indonesia (2/2)
Sumber Daya Standar Kondisi di Indonesia
Kesenjangan pengobatan tinggi
75% penduduk di negara berpendapatan kecil Psikiater WHO: 1.221 psikiater (1 : 223.587
dan menengah tidak menerima terapi. (WHO) 1:30.000 penduduk penduduk)
Sebaran: 70% di P. Jawa &
30% di DKI Jakarta
Skizofrenia
Psikolog Klinis WHO: 3.351 psikolog klinis
1:30.000 penduduk (1 : 81.468)
84,9 4
15,1 8. Perawat Jiwa WHO: 14.760 perawat jiwa
9 51.1 25:10.000 penduduk (1:18.515 atau
25:462.875)
Berobat Tidak berobat 2. RSU dengan layanan psikiatri terbatas (318 dari 720 RSUD)
(Riskesdas)
91%
Total Pembiayaan Pelayanan Kesehatan di fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjut dari tahun 2016-2020 sebesar 2,6T
(2014-2019 mengalami kenaikan)
(JKN)
Stigma dan Kurangnya Terbatasnya
diskriminasi SDM Keswa akses
6
Upaya Kesehatan Jiwa
• Dilakukan di keluarga, • Dilaksanakan di lingkungan
lembaga pendidikan, keluarga, lembaga, masyarakat
tempat kerja, • Bentuk: menciptakan
masyarakat, fasyankes, lingkungan kondusif
media massa, lembaga perkembangan keswa,
keagamaan dan tempat Preventi dukungan keswa dan
Promotif
ibadah, Lapas/Rutan f psikososial
UPAYA
KESEHATAN
JIWA
Rehabili
Kuratif
tatif
• Rehabilitasi psikiatrik • Pelayanan kesehatan
dan/atau psikososial bagi ODGJ (diagnosis
• Rehabilitasi medis dan tata laksana)
NAPZA
kesehatan
Pelayanan bagi
dan kegiatan LP/LS anak SD
• Keswa Remaja
• Skrining ASSIST
• Life skill remaja
Pelayanan bagi
balita
UKS/Kegiatan
Pelayanan bagi Sekolah Sehat,
bayi • Deteksi dini Posyandu
Persalinan, nifas
keswa anak
Pemeriksaan & neonatal
Pelayanan usia sekolah
PUS & WUS Kehamilan • Pemantauan
perkembangan
• Pola asuh dan • Deteksi Dini
tumbuh kembang Keswa Anak
• Deteksi dini
• Deteksi dini
• Konseling Keswa Bulin
keswa ibu hamil anak Stimulasi, Deteksi dan
Pranikah dan Bufas Intervensi Dini Tumbuh
• Stimulasi janin • Deteksi dini
dalam kandungan pada Kembang (SDIDTK),
Layanan Catin Posyandu, Kelas ibu
gangguan 8
perkembangan balita
ANC, Posyandu, kelas ibu hamil
Konsep Upaya Promosi Kesehatan Jiwa
Action:
NSPK: pedoman, • Pengembangan
petunjuk teknis, dsb. kemampuan individu Peningkatan literasi
(life-skills training, keswa masyarakat
positive parenting
skills, dukungan Penurunan stigma &
Media KIE
psikologis awal) diskriminasi ODMK &
• Kampanye kesehatan
Peningkatan ODGJ
SDM: Nakes & Non jiwa kesadaran masyarakat
Nakes • Penguatan komunitas dalam upaya keswa
• Advokasi keswa Penurunan kasus
ODMK & ODGJ
Anggaran
Target Group: Peningkatan peran
• Orangtua
aktif masyarakat dalam
• Anak
• Remaja
upaya keswa
• Masyarakat
9
UPAYA PENCEGAHAN MASALAH KESEHATAN JIWA DALAM
TRANSFORMASI PELAYANAN KESEHATAN
Pembangunan Kesehatan Jiwa terintegrasi dalam setiap fase dari siklus hidup.
Terutama di Klaster 2: Ibu dan Anak dan Klaster 3 : Usia Produktif dan Lanjut Usia
Diharapkan tenaga kesehatan mampu untuk:
1. Memberikan pelayanan promotif berupa pemberian penyuluhan tentang menjaga kesehatan jiwa bagi perorangan
dan dalam keluarga
2. Memberikan pelayanan Preventif berupa skrining kesehatan jiwa untuk ibu, anak, usia produktif dan lanjut usia
dengan mempergunakan SRQ-20, SDQ, dan ASSIST.
3. Memilah hasil skrining (normal dan abnormal) dan memberikan tindak lanjut sesuai hasil skrining.
4. Melakukan konseling awal bagi pasien yang diduga memiliki masalah kesehatan Jiwa
UPAYA PREVENTIF KESEHATAN JIWA
Tujuan:
1. Mencegah terjadinya masalah kejiwaan
2. Mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan jiwa
Populasi penderita
gangguan jiwa
Preventif
Populasi berisiko gangguan
jiwa Upaya Preventif Keswa di Fasyankes:
1. Melakukan pengendalian faktor risiko
2. Melakukan deteksi dini
Promotif
3. Melakukan surveilans
Populasi umum
4. Memberikan KIE
5. Meningkatkan keterampilan hidup keluarga
Instrumen Skrining Kesehatan Jiwa
SDQ SRQ-20 ASSIST
Sasaran: anak & remaja usia 4-18 tahun • Sasaran: usia di atas 18 tahun • Sasaran: usia di atas 10 tahun dengan
Menggambarkan kondisi 6 bulan terakhir indikasi penyalahgunaan NAPZA
• Menggambarkan kondisi 30 hari terakhir
Berisi 25 pertanyaan dari 5 domain: • Dirancang untuk mengidentifikasi pola
• Berisi 20 pertanyaan untuk mengetahui penggunaan NAPZA yang menunjukkkan
Emosi (E), perilaku (C), hiperaktivitas adanya masalah kesehatan jiwa seperti adanya masalah berisiko & ketergantungan
(H), masalah hubungan teman sebaya gejala deprasi, gejala ansietas, gejala serta masalah yang berhubungan dengan
(P), perilaku prososial (Pro) kognitif, gejala somatik, dan gejala penggunakan NAPZA dan RTL
SDQ 4-11 th diisi orang tua/pengasuh penurunan energi
• Terdiri dari 8 pertanyaan
SDQ 11-18 th dapat diisi sendiri atau • Dapat diisi sendiri atau melalui wawancara
melalui wawancara oleh nakes/non- oleh nakes/non-nakes terlatih • Dilaksanakan di Fasyankes oleh tenaga
nakes terlatih kesehatan
• Dapat diberikan dalam bentuk kuesioner
Dapat diberikan dalam bentuk kuesioner cetak atau elektronik (google • Dapat diberikan dalam bentuk kuesioner
cetak atau elektronik (google form/aplikasi) cetak atau elektronik (aplikasi SINAPZA)
form/aplikasi) • Hasil “ABNORMAL” artinya pasien
Hasil “ABNORMAL” atau mungkin mengalami masalah kesehatan
“BORDERLINE” artinya pasien jiwa tertentu
mungkin mengalami masalah kesehatan • Tenaga kesehatan dapat membantu dengan
jiwa tertentu memberikan Media KIE yang tersedia
Tenaga kesehatan dapat membantu
dengan memberikan Media KIE yang
tersedia
Instrumen skrining kesehatan jiwa BUKAN merupakan alat untuk
penegakan diagnosa penyakit/gangguan jiwa tertentu, namun untuk
membantu pasien memahami dan mengenali masalah yang mungkin
sedang dialami dan membantu petugas kesehatan menemukan indikasi
akan adanya masalah kesehatan jiwa.
Alur Skrining Kesehatan Jiwa
Sasaran:
Usia 4-11
Usia 11-18
Deteksi Dini Sasaran:
Institusi/Lembaga/ Usia >18
Tatanan/Fasyankes
SDQ SRQ-20
Fasyankes
Sasaran:
Pemeriksaan lanjutan, Individu dengan indikasi
wawancara psikiatrik ASSIST penyalahgunaan NAPZA
berusia >10 tahun
multidisiplin
Tenaga: Kader
Kompetensi: Teknik Komunikasi
Antarpribadi/ Interpersonal
Penanganan
17
Framework Pencegahan & Penanganan Bunuh Diri (2/3)
Focus Area Checklist Keterangan
(diisi oleh Daerah)
Sektor Tempat
Fasyankes Masyarakat
Pendidikan kerja
Program pencegahan yang Deteksi Dini Identifikasi bottleneck
terintegrasi Hotline pencegahan bunuh diri
PKPR Koordinasi GiziKIA
Materi Pertolongan Pertama
Dukungan Psikologis Awal (DPA) Psikologis pada Upaya Bunuh
Diri – UGM & IPK Indonesia
Lembar Balik DKJPS Anak &
Pelatihan/ Life skill (Pengelolaan stress) Remaja, Modul life skills
Orientasi Pedoman Teknik Konseling bagi
Capacity building nakes & non Konselor sebaya Konselor Sebaya –GiziKIA
nakes (komunitas) komunitas Nita Gita Sahabat
Koordinasi Puspaga
Parenting KemenPPPA, BKKBN
Ditkeswa, Promkes, Dinkes,
Kesehatan Jiwa & pencegahan bunuh diri Nakes, OP, NGO
Edukasi
Dukungan bagi orang tua remaja (Program Bina Keluarga) Koordinasi BKKBN
APBN
Pengumpulan sumber dana APBD
Mitra/Hibah
Insidensi percobaan dan/atau kejadian bunuh diri & gangguan jiwa lain
Faktor risiko
Tersedia akses data (surveilans,
Demografi
Suicide Registry)
Fasyankes & SDM Jiwa & Terlatih Jiwa 18
Program/praktik baik
Focus Area Checklist Keterangan
Framework Pencegahan & Penanganan Bunuh Diri (3/3)
(diisi oleh Daerah)
Faktor Risiko/Percobaan
Bunuh Diri
2. Pembekalan kepada sistem pendukung* → pengawasan & pembatasan akses pada
alat yang berisiko
3. Konseling spesifik kepada pasien: penilaian faktor risiko & faktor proteksi, deteksi
masalah kesehatan jiwa lainnya, konseling, mengembangkan kemampuan koping,
perencanaan keamanan
21
Kesiapan & Ketersediaan Farmasi
Obat antipsikosis yang dapat disediakan di Jenis-jenis obat psikiatri yang tersedia di buffer stock
FKTP berdasarkan Kepmenkes No. farmalkes untuk FKTP:
HK.01.07/MENKES/707/2018 Tentang Perubahan 1. Diazepam 5 mg (tablet)
atas Kepmenkes No. 2. Klozapine 25 mg (tablet)
HK.01.07/MENKES/659/2017 tentang Fornas: 3. Flufenazine Dekanoat Injeksi 25 mg/ml
1. Flufenazine 4. Haloperidol Dekanoat Injeksi 50 mg/ml
2. Haloperidol 5. Haloperidol 5 mg (tablet)
3. Klorpromazine 6. Klorpromazin HCL 100 mg (tablet)
4. Clozapine 7. Risperidon 2 mg (tablet)
8. Triheksifenidil 2 mg (tablet)
9. Diazepam Injeksi 5 mg/ml
10. Amitriptilin 25 mg (tablet)
• Penyediaan obat pusat (farmalkes) buffer stock 11. Haloperidol Injeksi 5 mg/ml
• Disediakan obat-obat esensial psikiatri di FKTP yang 12. Trifluoperazine HCL 5 mg (tablet)
didistribusi ke Dinas Kesehatan Kab/Kota berdasarkan
kebutuhan & permintaan obat dari Dinkes Prov.
22
Pelayanan Jiwa di FKTP sesuai Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di FKTP
Ket:
Tingkat Kemampuan 4A = Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit secara mandiri dan tuntas
Tingkat Kemampuan 3A = Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat
Tingkat Kemampuan 2 = Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat daruratlalu
melakukan rujukan yang tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Sumber:
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama; Panduan Keterampilan Klinis Bagi Dokter 23
KMK No. HK.01.07/MENKES/1936/2022 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di FKTP
Upaya Tata Kelola Gangguan Penggunaan NAPZA di Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL)
Pulih Relaps
24
Persyaratan Fasyankes sebagai IPWL
Untuk dapat ditetapkan sebagai IPWL, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, klinik pratama, dan klinik
utama harus memenuhi syarat
Ketenagaan
memiliki izin operasional yang berlaku sesuai • Dokter
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan • Perawat yang terlatih di bidang gangguan
penggunaan Narkotika
• Apoteker (Penyelenggara terapi rumatan)
pelayanan gawat darurat, manajemen memiliki fasilitas pelayanan rawat jalan dan/atau
putus zat, rawat jalan rumatan, penapisan dan rawat inap yang memenuhi standar pelayanan
pengkajian, intervensi psikososial, rehabilitasi rawat rehabilitasi Narkotika.
inap, komorbiditas fisik, dual diagnosis/komorbid
psikiatrik, dan/atau uji Narkotika, psikotropika dan mungkin terjadiI, prognosis terhadap tindakan
zat adiktif lainnya. yang dilakukan; dan perkiraan pembiayaan.
IPWL di 34 Provinsi
Total: 754 IPWL di Seluruh Indonesia
27
Capaian Indikator Kesehatan Jiwa di RPJM tahun 2022 melebihi target, sedangkan indikator
kinerja kegiatan Renstra terdapat 2 indikator yang belum mencapai target Capaian
Target
26.92%
Persentase penyandang gangguan jiwa yang memperoleh
60% 90%
layanan di Fasyankes 30.00%
10826
Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan pelayanan
11000 11500
rehabilitasi medis
10500
Indikator RPJMN
88.10%
10826
Jumlah penyalahguna NAPZA yang mendapatkan pelayanan
11000 11500
rehabilitasi medis 28
10500
Persentase Penduduk Usia ≥ 15 Tahun dengan Risiko Masalah Kesehatan Jiwa yang Mendapatkan Skrining
Triwulan II Tahun 2023
Kep. Bangka Belitung 53.81% Kep. Bangka Belitung 54.54%
Sulawesi Selatan 46.60% Sulawesi Selatan 47.03%
Banten 27.45%
Banten 22.70%
Risiko Masalah Kesehatan Jiwa yang Mendapatkan
Gorontalo 23.60%
Gorontalo 21.95%
DI Yogyakarta 18.88%
Persentase Penduduk Usia ≥ 15 Tahun dengan
DI Yogyakarta 18.80%
Kalimantan Selatan 17.57%
Kalimantan Selatan 16.97%
Jawa Tengah 17.34%
Jawa Tengah 16.12% Kalimantan Utara 14.99%
Kalimantan Utara 14.91% Lampung 14.20%
Lampung 13.17% Sulawesi Tengah 12.28%
Indonesia 10.12% Indonesia 11.03%
Sulawesi Tenggara 9.85% NTT 11.02% Capaian
NTT 9.51% Sulawesi Tenggara 10.00%
Kepulauan Riau 9.37% Sumatera Barat 9.51% meningkat
Sumatera Barat
Aceh
9.07%
8.74%
Kepulauan Riau
Aceh
9.48%
9.09% sebesar 0,91%
dari tahun
Skrining
Aceh 14
Sumatera Barat 115 Gambar 1. Kasus Pasung Tahun 2022 Sulawesi Barat 13 Gambar 2. Kasus Pasung TW II Tahun 2023
Kepulauan Riau 87
Kalimantan Tengah 12
Aceh 86
Riau 83 Kalimantan Barat 12
Kalimantan Tengah 82 Sumatera Selatan 8
Bengkulu 82 Sulawesi Selatan 8
Jambi 47 Sulawesi Utara 7
NTB 44 Maluku Utara 7
Kalimantan Selatan 43 Jawa Tengah 5 Secara rata-rata nasional ada sebanyak 72
Maluku 36 Banten 5
Banten 33 Bengkulu 4 puskesmas melaporkan kasus pasung melalui
Sulawesi Utara 28
Kalimantan Timur 28
Lampung
Kepulauan Riau
3
3
SIMKESWA Januari – Juni 2023, rata-rata
Kalimantan Barat 28
Maluku Utara 13 Papua Barat Daya 2 tergolong rendah dibandingkan dengan total
DI Yogyakarta 2
Kalimantan Utara
DI Yogyakarta
12
12 Kalimantan Timur 1 keseluruhan puskesmas yang ada di Indonesia
Bangka Belitung
Bali
11
6
Bangka Belitung
Papua
1
0
(10.321 puskesmas (KMK Nomor
Papua 5 Maluku 0
HK.01.07/Menkes/1557/2022 tentang Data Pusat Kesehatan
Gorontalo 4 DKI Jakarta 0 Masyarakat Teregistrasi Semester I Tahun 2022) ).
Papua Barat 0
DKI Jakarta 0
33
Sumber: Direktorat Kesehatan Jiwa, 2023 Cut off: Bulan Juni 2023 (tarikan data SIMKESWA per 23 Juli 2023)
Jumlah Kabupaten/Kota yang Belum Secara Aktif Melaporkan Data Melalui SIMKESWA hingga
Triwulan II Tahun 2023
Sumatera Selatan 9
Nusa Tenggara Timur 9
Jawa Tengah 9
Sulawesi Tenggara 8
Jumlah kabupaten/Kota yang Belum Melaporakn
Sulawesi Tengah 8
Data Indikator Melalui SIMKESWA TW II 2023
Papua Tengah 8
Papua Pegunungan 8
Jawa Barat 8
Bengkulu 8
Bali 8
Maluku 7
Jambi 7
Riau 6
Nusa Tenggara Barat 6 Terdapat 177 kab/kota
Kalimantan Timur 6 (31 provinsi) dari total
Sumatera Utara 5
keseluruhan kab/kota
Sumatera Barat 5
Sulawesi Barat 5
yang ada (514 kab/kota)
Papua barat Daya 5 belum melaporkan data
Papua 5 indikator secara aktif
Aceh 5 melalui SIMKESWA
Sulawesi Utara 4
hingga Triwulan II
Papua Selatan 4
Papua Barat 4
Tahun 2023 (34,43%).
Kalimantan Utara 4
Jawa Timur 4
Kepulauan Riau 2
Kalimantan Barat 2
Gorontalo 2
Lampung 1
DIY 1
34
• Masalah Kesehatan Jiwa
• Upaya Kesehatan Jiwa
• Upaya promotif
TOPIK • Upaya preventif
• Upaya kuratif dan rehabilitatif
• Indikator Program Kesehatan Jiwa
• Kegiatan 2023 - 2024
35
Fokus Intervensi Tim Kerja 2023-2024
36
Harapan & Dukungan
Organisasi & pengelolaan program SDM Bidang Kesesehatan Jiwa
• Perubahan Stuktur Organisasi di Pusat, diharapkan ada • Peningkatan kompetensi Nakes bidang kes. Jiwa melalui
penguatan koordinasi lintas program mulai dari proses orientasi/ pelatihan yang berkesinambungan antara Pusat-
perencanaan, pelaksanaan & evaluasi prog kes jiwa di Daerah (APBN-Dekonsentrasi-BOK/ APBD)
daerah TOT & Pelatihan tenaga kesehatan terpadu keswa akan
(antara Prog P2P & Kesmas) berlanjut menu BOK Kab Kota TA 2024 di menu Pelatihan
tenaga kesehatan terpadu keswa
• Sinergitas dan integrasi antar program dengan berba-
gai sumber pendanaan di daerah (Dekonsentrasi- TOT upaya promotif & preventif kes Jiwa akan berlanjut di
BOK-APBD-CSR dll) BOK Kab/ Kota di Menu orientasi upaya promotif & pre-
ventif kes Jiwa
https://https://link.kemkes.go.id/
mediaedukasikesehatanjiwa