Anda di halaman 1dari 39

KEBIJAKAN NASIONAL KESEHATAN

JIWA

Direktur Kesehatan Jiwa

Disampaikan pada:
Pelatihan bagi Pelatih (ToT)
Tenaga Kesehatan Terpadu Kesehatan JIwa
2023
• Masalah Kesehatan Jiwa
• Upaya Kesehatan Jiwa
• Upaya promotif
TOPIK • Upaya preventif
• Upaya kuratif dan rehabilitatif
• Indikator Program Kesehatan Jiwa
• Kegiatan 2023 - 2024

2
• Masalah Kesehatan Jiwa
• Upaya Kesehatan Jiwa
• Upaya promotif
TOPIK • Upaya preventif
• Upaya kuratif dan rehabilitatif
• Indikator Program Kesehatan Jiwa
• Kegiatan 2023 -2024

3
Gambaran masalah kesehatan jiwa lainnya di Indonesia (1/2)
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 Laporan Kasus Bunuh Diri (Mabes POLRI)
1000
Prevalensi GME = 9,8% 812
875
808
789 772
1 dari 10 orang 800 671
usia 15+ mengalami Gangguan
Mental Emosional (GME) 600
20.480.227 orang*
400
200
Prevalensi Depresi = 6,1% (rerata dunia 3,8%)
1 dari 16 orang usia 15+ mengalami 0
Depresi 2015 2016 2017 2018 2019 2020
12.747.896 orang*
Penelitian BNN, BRIN, BPS tahun 2021
Prevalensi Gangguan Jiwa Berat = Angka prevalensi setahun terakhir meningkat
0,18% Hampir 2 dari 1000 orang mengalami dari 1,8 % (2019) menjadi 1,95% (2021) atau
Gangguan Jiwa Berat (rerata dunia 0,32%)
hampir 3,7 juta jiwa penduduk melakukan
penyalahgunaan narkoba.
495.746 orang*
UNICEF Usia pertama kali
I-NAMHS, 2021 menggunakan Narkoba: Terjadi peningkatan keterpaparan
19 tahun di perdesaan terhadap narkoba pada usia 15-24 tahun
 Prevalensi Gangguan 20 tahun di perkotaan
Cemas pada Remaja
2 dari 3 anak usia (10-17 th): 3,7%
2 dari 5 anak usia 15 tahun
13-17 tahun pernah  1,4% remaja memiliki
pernah mengalami
mengalami pikiran untuk bunuh
perundungan setidaknya
setidaknya 1 jenis diri dalam 12 bulan
kekerasan
beberapa kali dalam 12-15 15-30 30-45 45-60 60-95
sebulan terakhir
4
*Dihitung berdasarkan Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2022
Gambaran masalah kesehatan jiwa lainnya di Indonesia (2/2)
Sumber Daya Standar Kondisi di Indonesia
Kesenjangan pengobatan tinggi
75% penduduk di negara berpendapatan kecil Psikiater WHO: 1.221 psikiater (1 : 223.587
dan menengah tidak menerima terapi. (WHO) 1:30.000 penduduk penduduk)
Sebaran: 70% di P. Jawa &
30% di DKI Jakarta
Skizofrenia
Psikolog Klinis WHO: 3.351 psikolog klinis
1:30.000 penduduk (1 : 81.468)
84,9 4
15,1 8. Perawat Jiwa WHO: 14.760 perawat jiwa
9 51.1 25:10.000 penduduk (1:18.515 atau
25:462.875)

Berobat Tidak berobat


Pekerja Sosial Profesional n/a 4.609
(Riskesdas) minum obat rutin tidak rutin Puskesmas dengan 10.321(Jumlah puskesmas di 4.617 (44,7%)
layanan jiwa Indonesia)
Depresi 9%
1. 4 dari 34 provinsi belum memiliki RSJ

Berobat Tidak berobat 2. RSU dengan layanan psikiatri terbatas (318 dari 720 RSUD)

(Riskesdas)
91%
Total Pembiayaan Pelayanan Kesehatan di fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjut dari tahun 2016-2020 sebesar 2,6T
(2014-2019 mengalami kenaikan)
(JKN)
Stigma dan Kurangnya Terbatasnya
diskriminasi SDM Keswa akses

Termasuk kondisi ruang perawatan belum


Termasuk belum optimalnya kapasitas
tenaga kesehatan yang sudah ada memenuhi hak kemanusiaan (WHO-QR)
5
• Masalah Kesehatan Jiwa
• Upaya Kesehatan Jiwa
• Upaya promotif
TOPIK • Upaya preventif
• Upaya kuratif dan rehabilitatif
• Indikator Program Kesehatan Jiwa
• Kegiatan 2023 - 2024

6
Upaya Kesehatan Jiwa
• Dilakukan di keluarga, • Dilaksanakan di lingkungan
lembaga pendidikan, keluarga, lembaga, masyarakat
tempat kerja, • Bentuk: menciptakan
masyarakat, fasyankes, lingkungan kondusif
media massa, lembaga perkembangan keswa,
keagamaan dan tempat Preventi dukungan keswa dan
Promotif
ibadah, Lapas/Rutan f psikososial

UPAYA
KESEHATAN
JIWA
Rehabili
Kuratif
tatif
• Rehabilitasi psikiatrik • Pelayanan kesehatan
dan/atau psikososial bagi ODGJ (diagnosis
• Rehabilitasi medis dan tata laksana)
NAPZA

Terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan


sepanjang siklus kehidupan manusia.

Sumber: UU No 18/2014 dan UU No. 35/2009


Upaya kesehatan jiwa dilaksanakan dengan prioritas promotif-preventif dan
berdasarkan siklus hidup
Lansia
• Deteksi dini keswa lan-
Upaya Promotif – Preventif Kesehatan Jiwa dan NAPZA: Dewasa
sia
• (demensia/ depresi, dll)

Pendekatan siklus kehidupan (continuum of Care) POSYANDU

dan Kelompok Risiko (Population at Risk)


Pelayanan bagi • Keswa dewasa
remaja • Deteksi dini
Terintegrasi pada semua tingkat layanan • Cegah pasung/ repasung

kesehatan
Pelayanan bagi
dan kegiatan LP/LS anak SD
• Keswa Remaja
• Skrining ASSIST
• Life skill remaja
Pelayanan bagi
balita
UKS/Kegiatan
Pelayanan bagi Sekolah Sehat,
bayi • Deteksi dini Posyandu
Persalinan, nifas
keswa anak
Pemeriksaan & neonatal
Pelayanan usia sekolah
PUS & WUS Kehamilan • Pemantauan

perkembangan
• Pola asuh dan • Deteksi Dini
tumbuh kembang Keswa Anak
• Deteksi dini
• Deteksi dini
• Konseling Keswa Bulin
keswa ibu hamil anak Stimulasi, Deteksi dan
Pranikah dan Bufas Intervensi Dini Tumbuh
• Stimulasi janin • Deteksi dini
dalam kandungan pada Kembang (SDIDTK),
Layanan Catin Posyandu, Kelas ibu
gangguan 8
perkembangan balita
ANC, Posyandu, kelas ibu hamil
Konsep Upaya Promosi Kesehatan Jiwa

Input Output Outcome Impact

Action:
NSPK: pedoman, • Pengembangan
petunjuk teknis, dsb. kemampuan individu Peningkatan literasi
(life-skills training, keswa masyarakat
positive parenting
skills, dukungan Penurunan stigma &
Media KIE
psikologis awal) diskriminasi ODMK &
• Kampanye kesehatan
Peningkatan ODGJ
SDM: Nakes & Non jiwa kesadaran masyarakat
Nakes • Penguatan komunitas dalam upaya keswa
• Advokasi keswa Penurunan kasus
ODMK & ODGJ
Anggaran
Target Group: Peningkatan peran
• Orangtua
aktif masyarakat dalam
• Anak
• Remaja
upaya keswa
• Masyarakat

9
UPAYA PENCEGAHAN MASALAH KESEHATAN JIWA DALAM
TRANSFORMASI PELAYANAN KESEHATAN

Input Outcome Impact


Proses dan Output

• Kebijakan ILP dan Kelompok


• NSPK UKBM Berisiko Berkurangnya Meningkatkan
• Pelatihan lainnya 25% Populasi Kasus Orang kesadaran
1 Skrining dan Tindak Lanjut
• Pembinaan Melalui konseling keswa
(kel.berisiko) usia Dengan Gangguan masyarakat untuk
>15 tahun yang
di berbagai lembaga, Jiwa memelihara
Petugas institusi, masyarakat,
telah mendapatkan
LKD dan skrining kesehatan jiwa
Keswa Kelompok
keluarga

Puskesmas Potensial 2 Pengendalian Faktor


lainnya Risiko keswa
• Petugas Konseling terlatih
Petugas PKM:  Edukasi kesehatan jiwa
UKP : Konseling oleh Nakes Profesional  Dukungan sosial Konseling dan Dukungan
 Penguatan SDM melalui Psikolog Awal/PFA
UKM : Pemb. Masy., Peran serta mitra • Kader terlatih KAP/KIP
Dukungan Pskiologi Awal/PFA
dan KIE Institusi/ Keswa/konselor sebaya
 Peningkatan keterampilan hidup
• Adanya kelompok dukungan
Lembaga dan koselor sebaya
sosial dan Peduli Keswa
Petugas Keswa Puksesmas • Kader (kader kesehatan dan siswa)
terlatih melalui petaltihan Keswa • Petugas Konseling: Sarjana Psikologi, Sarjana
Terpadu dan Upaya Promprev
Agama, Guru BK, Psikolog Pendidikan/ PIO/
Keswa
Pekerja Sosial Profesional/Nakes

• Promosi Kesehatan: Dukungan kebijakan dan sumber


Catatan: daya desa dan peran serta mitra potensial (Jejaring)
Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa: • Surveilans Kesehatan Jiwa
• Deteksi Dini dan Tindak Lanjut (KAP, Konseling dan Rujuk)
• Pengendalian Faktor Risiko: Pembudayaan Hidup Sehat Jiwa, 10
Social Suport dan Dukungan Lingkungan Sehat
Pendekatan Siklus Hidup sebagai Platform
Integrasi Pelayanan Kesehatan

Pembangunan Kesehatan Jiwa terintegrasi dalam setiap fase dari siklus hidup.
Terutama di Klaster 2: Ibu dan Anak dan Klaster 3 : Usia Produktif dan Lanjut Usia
Diharapkan tenaga kesehatan mampu untuk:
1. Memberikan pelayanan promotif berupa pemberian penyuluhan tentang menjaga kesehatan jiwa bagi perorangan
dan dalam keluarga
2. Memberikan pelayanan Preventif berupa skrining kesehatan jiwa untuk ibu, anak, usia produktif dan lanjut usia
dengan mempergunakan SRQ-20, SDQ, dan ASSIST.
3. Memilah hasil skrining (normal dan abnormal) dan memberikan tindak lanjut sesuai hasil skrining.
4. Melakukan konseling awal bagi pasien yang diduga memiliki masalah kesehatan Jiwa
UPAYA PREVENTIF KESEHATAN JIWA

 Tujuan:
1. Mencegah terjadinya masalah kejiwaan
2. Mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan jiwa

Kuratif & rehabilitatif 3.


4.
Mengurangi risiko akibat gangguan jiwa pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat
Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial

Populasi penderita
gangguan jiwa

Preventif
Populasi berisiko gangguan
jiwa  Upaya Preventif Keswa di Fasyankes:
1. Melakukan pengendalian faktor risiko
2. Melakukan deteksi dini
Promotif
3. Melakukan surveilans
Populasi umum
4. Memberikan KIE
5. Meningkatkan keterampilan hidup keluarga
Instrumen Skrining Kesehatan Jiwa
SDQ SRQ-20 ASSIST
Sasaran: anak & remaja usia 4-18 tahun • Sasaran: usia di atas 18 tahun • Sasaran: usia di atas 10 tahun dengan
Menggambarkan kondisi 6 bulan terakhir indikasi penyalahgunaan NAPZA
• Menggambarkan kondisi 30 hari terakhir
Berisi 25 pertanyaan dari 5 domain: • Dirancang untuk mengidentifikasi pola
• Berisi 20 pertanyaan untuk mengetahui penggunaan NAPZA yang menunjukkkan
Emosi (E), perilaku (C), hiperaktivitas adanya masalah kesehatan jiwa seperti adanya masalah berisiko & ketergantungan
(H), masalah hubungan teman sebaya gejala deprasi, gejala ansietas, gejala serta masalah yang berhubungan dengan
(P), perilaku prososial (Pro) kognitif, gejala somatik, dan gejala penggunakan NAPZA dan RTL
SDQ 4-11 th diisi orang tua/pengasuh penurunan energi
• Terdiri dari 8 pertanyaan
SDQ 11-18 th dapat diisi sendiri atau • Dapat diisi sendiri atau melalui wawancara
melalui wawancara oleh nakes/non- oleh nakes/non-nakes terlatih • Dilaksanakan di Fasyankes oleh tenaga
nakes terlatih kesehatan
• Dapat diberikan dalam bentuk kuesioner
Dapat diberikan dalam bentuk kuesioner cetak atau elektronik (google • Dapat diberikan dalam bentuk kuesioner
cetak atau elektronik (google form/aplikasi) cetak atau elektronik (aplikasi SINAPZA)
form/aplikasi) • Hasil “ABNORMAL” artinya pasien
Hasil “ABNORMAL” atau mungkin mengalami masalah kesehatan
“BORDERLINE” artinya pasien jiwa tertentu
mungkin mengalami masalah kesehatan • Tenaga kesehatan dapat membantu dengan
jiwa tertentu memberikan Media KIE yang tersedia
Tenaga kesehatan dapat membantu
dengan memberikan Media KIE yang
tersedia
Instrumen skrining kesehatan jiwa BUKAN merupakan alat untuk
penegakan diagnosa penyakit/gangguan jiwa tertentu, namun untuk
membantu pasien memahami dan mengenali masalah yang mungkin
sedang dialami dan membantu petugas kesehatan menemukan indikasi
akan adanya masalah kesehatan jiwa.
Alur Skrining Kesehatan Jiwa
Sasaran:
Usia 4-11
Usia 11-18
Deteksi Dini Sasaran:
Institusi/Lembaga/ Usia >18
Tatanan/Fasyankes
SDQ SRQ-20

Normal Borderline Abnormal ≥6 <6 namun soal no. <6


17 diisi “YA”

• KAP/KIP upaya preventif


Kesehatan Jiwa • KAP/KIP upaya preventif Kesehatan Jiwa KAP/KIP upaya
KAP/KIP upaya preventif • Pengendalian faktor risiko
• Konseling oleh guru preventif
kesehatan jiwa • Pengendalian faktor risiko • Rujuk ke Fasyankes kesehatan jiwa
• Rujuk ke Fasyankes

Fasyankes
Sasaran:
Pemeriksaan lanjutan, Individu dengan indikasi
wawancara psikiatrik ASSIST penyalahgunaan NAPZA
berusia >10 tahun
multidisiplin

Tidak Ada Gangguan Risiko Risiko Risiko


Diagnosis gangguan jiwa Rendah Sedang Tinggi
Jiwa

Pemberian Pemberian KIE


Rujuk ke IPWL
• KAP/KIP upaya preventif KIE dan konseling,
Kesehatan Jiwa
Tatalaksana rujuk ke IPWL
untuk asesmen
pencegahan lanjutan dan
• Pengendalian faktor risiko Multidisiplin NAPZA untuk asesmen
rehabilitasi medis
lanjutan
Strategi Penempatan Konselor di Luar Fasyankes
Pustu

Tenaga: Kader
Kompetensi: Teknik Komunikasi
Antarpribadi/ Interpersonal

Puskesmas/ FKTP Lainnya UKP: Petugas Konselor


Nakes terlatih konseling keswa Keluarga

UKP: Petugas Konselor Institusi/ Lembaga/


• Psikolog Klinis Tatanan
• Nakes terlatih konseling keswa

SIJIWA (skrining online)


membangun jejaring dengan
Tenaga Kompetensi
Masyarakat RSJ, OP & praktik prefesional
keswa
Kader Teknik KAP/KIP
Institusi/ Lembaga/
Petugas konseling (Sarjana Psikologi, Sarjana Terlatih konseling
Agama, Guru BK, Psikolog Pendidikan, kesehatan jiwa Tatanan 16
Psikolog PIO, Peksos, Nakes)
Framework Pencegahan & Penanganan Bunuh Diri (1/3)
Identifikasi mitra, para pihak
yg berperan dan kolaborasi berkelanjutan

Program pencegahan yang terintegrasi


(deteksi dini & intervensi tindak lanjut)

Capacity building nakes & non nakes (layperson,


Pencegahan
sistem pendukung)

Pengumpulan sumber dana


(APBN, APBD, mitra/hibah)
Pencegahan &
Penanganan Bunuh Diri
Tersedia akses data (surveilans, Suicide Registry)

Faktor Risiko/Percobaan Bunuh Diri

Penanganan

Kejadian Bunuh Diri

17
Framework Pencegahan & Penanganan Bunuh Diri (2/3)
Focus Area Checklist Keterangan
(diisi oleh Daerah)

Identifikasi mitra, para pihak TPKJM Provinsi Advokasi


yg berperan dan kolaborasi
berkelanjutan TPKJM Kab/Ko Evaluasi

Sektor Tempat
Fasyankes Masyarakat
Pendidikan kerja
Program pencegahan yang Deteksi Dini Identifikasi bottleneck
terintegrasi Hotline pencegahan bunuh diri
PKPR Koordinasi GiziKIA
Materi Pertolongan Pertama
Dukungan Psikologis Awal (DPA) Psikologis pada Upaya Bunuh
Diri – UGM & IPK Indonesia
Lembar Balik DKJPS Anak &
Pelatihan/ Life skill (Pengelolaan stress) Remaja, Modul life skills
Orientasi Pedoman Teknik Konseling bagi
Capacity building nakes & non Konselor sebaya Konselor Sebaya –GiziKIA
nakes (komunitas) komunitas Nita Gita Sahabat
Koordinasi Puspaga
Parenting KemenPPPA, BKKBN
Ditkeswa, Promkes, Dinkes,
Kesehatan Jiwa & pencegahan bunuh diri Nakes, OP, NGO
Edukasi
Dukungan bagi orang tua remaja (Program Bina Keluarga) Koordinasi BKKBN

APBN
Pengumpulan sumber dana APBD
Mitra/Hibah
Insidensi percobaan dan/atau kejadian bunuh diri & gangguan jiwa lain
Faktor risiko
Tersedia akses data (surveilans,
Demografi
Suicide Registry)
Fasyankes & SDM Jiwa & Terlatih Jiwa 18

Program/praktik baik
Focus Area Checklist Keterangan
Framework Pencegahan & Penanganan Bunuh Diri (3/3)
(diisi oleh Daerah)

1. Tata laksana kegawatdaruratan medis (fisik & mental) multidisiplin

Faktor Risiko/Percobaan
Bunuh Diri
2. Pembekalan kepada sistem pendukung* → pengawasan & pembatasan akses pada
alat yang berisiko
3. Konseling spesifik kepada pasien: penilaian faktor risiko & faktor proteksi, deteksi
masalah kesehatan jiwa lainnya, konseling, mengembangkan kemampuan koping,
perencanaan keamanan

4. Membentuk kelompok pendukung penyintas

1. Pelaporan kejadian kepada Puskesmas & Kepolisian (penyebab kematian ditetapkan


Kejadian Bunuh Diri
melalui identifikasi forensik)

2. Mengawal pemberitaan bunuh diri yang aman

Anggota Keluarga 56.5


*Sistem Pendukung Teman dekat berjenis kelamin sama 52.2
Media yang dapat digunakan untuk
5 besar kelompok/profesi yang dapat pencegahan & penanganan bunuh diri yg
Psikolog 48.5
membantu bila seseorang mengalami dapat dijangkau oleh publik:
Psikiater 43.8
masalah kesehatan jiwa 1. Media sosial/ internet
Teman dekat berjenis kelamin berbeds 32.6
keluarga, teman dekat jenis kelamin 2. Ringkasan kebijakan
Teman kelompok/organisasi/rekan kerja 20.1
sama, psikolog, psikiater, teman 3. Media cetak
Komunitas kesehatan jiwa non-profesional 18.8
dekat jenis kelamin berbeda 4. Radio
Anggota/pemimpin komunitas keagamaan, 17
kepercayaan, dan/atau spiritual 5. Televisi
*Sumber: Dokter Umum
3.1 19
1. Laporan Perilaku Penggunaan Layanan Kesehatan Mental di Indonesia - Into The Light bekerjasama dengan Change.org, 2021
2. Strategi Advokasi Kebijakan Kesehatan – PKMK UGM
Indikator Kinerja Program : PELAYANAN KESWA TERPADU REVITALISASI TPKJM Penanganan Pasung
90% Penyandang Gangguan
100% puskesmas dengan 100% Provinsi memiliki 50% kab/kota
Jiwa yang mendapatkan Nakes terlatih Keswa (2024) Tim Pembina menuju bebas
layanan di Fasyankes Keswamas (SK TPKJM) pasung

Pelaksana : Kemenko PMK


MoU Penanganan
Ketercukupan Pasung LP/LS
• Nakes terlatih psikofarmaka di
puskesmas
Kemenkes (Kota
Sehat)
(Pembina
Keswamas)
• Kemenko PMK
• Kemensos
• Kemenkumham
Pemberdayaan
• Dinas Kesehatan Kebijakan komunitas
TPKJM pemerhati keswa
Prov/Kab/kota
Kemensos Kemenkumham
• Organisasi Profesi (Rehabilitasi (penanganan
• LSM Dokter,Perawat dan Sosial, TRC) Disabilitas)
Psikolog terlatih
• Panti Rehab berbasis Penguatan
Rehabilitasi
Masyarakat Berbasis
Masyarakat
Sampai dengan tahun 2022 sudah terbentuk TP-KJM di 18 Provinsi & 163 Kab./Kota
Jumlah TPKJM Jumlah TPKJM
No. Nama Provinsi No. Nama Provinsi
Provinsi Kab./Kota Provinsi Kab./Kota
1 Aceh 1 13 18 Nusa Tenggara Barat 1 5
2 Sumatera Utara - 6 19 Nusa Tenggara Timur 1 -
3 Riau - - 20 Kalimantan Barat 1 1
4 Sumatera Barat - 5 21 Kalimantan Tengah - 1
5 Jambi 1 - 22 Kalimantan Selatan 1 12
6 Sumatera Selatan - 4
23 Kalimantan Timur - -
7 Bengkulu - -
8 Lampung - - 24 Kalimantan Utara 1 4
9 Kepulauan Riau - 1 25 Sulawesi Selatan - 12
10 Kep. Bangka Belitung 1 6 26 Sulawesi Tengah - -
11 Banten 1 1 27 Sulawesi Tenggara - 1
12 DKI Jakarta 1 - 28 Sulawesi Utara - -
13 Jawa Barat 1 18 29 Sulawesi Barat - -
14 Jawa Tengah 1 28 30 Gorontalo 1 1
15 DI Yogyakarta 1 5 31 Maluku 1 -
16 Jawa Timur 1 23 32 Maluku Utara 1 -
17 Bali 1 8 33 Papua - -
34 Papua Barat - -
Jumlah 18 163

21
Kesiapan & Ketersediaan Farmasi

Obat antipsikosis yang dapat disediakan di Jenis-jenis obat psikiatri yang tersedia di buffer stock
FKTP berdasarkan Kepmenkes No. farmalkes untuk FKTP:
HK.01.07/MENKES/707/2018 Tentang Perubahan 1. Diazepam 5 mg (tablet)
atas Kepmenkes No. 2. Klozapine 25 mg (tablet)
HK.01.07/MENKES/659/2017 tentang Fornas: 3. Flufenazine Dekanoat Injeksi 25 mg/ml
1. Flufenazine 4. Haloperidol Dekanoat Injeksi 50 mg/ml
2. Haloperidol 5. Haloperidol 5 mg (tablet)
3. Klorpromazine 6. Klorpromazin HCL 100 mg (tablet)
4. Clozapine 7. Risperidon 2 mg (tablet)
8. Triheksifenidil 2 mg (tablet)
9. Diazepam Injeksi 5 mg/ml
10. Amitriptilin 25 mg (tablet)
• Penyediaan obat pusat (farmalkes)  buffer stock 11. Haloperidol Injeksi 5 mg/ml
• Disediakan obat-obat esensial psikiatri di FKTP yang 12. Trifluoperazine HCL 5 mg (tablet)
didistribusi ke Dinas Kesehatan Kab/Kota berdasarkan
kebutuhan & permintaan obat dari Dinkes Prov.

22
Pelayanan Jiwa di FKTP sesuai Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di FKTP

KEMAMPUAN PENANGANAN TINGKAT KEMAMPUAN TINGKAT


PENYAKIT KEMAMPUAN KETERAMPILAN KLINIS KEMAMPUAN
Gangguan Somatoform 2 Anamnesis Psikiatri 4A
Penilaian Status Mental 4A
Demensia 3A Diagnosis Multiaksial 4A
Gangguan tidur non organik 3A Menentukan Prognosis 4A
Gangguan Campuran Anxietas 3A pada Kasus Psikiatri
dan Depresi Indikasi Rujuk pada 4A
Depresi ringan-sedang 4A Kasus Psikiatri
Skizofrenia tanpa penyulit 4A

Ket:
Tingkat Kemampuan 4A = Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit secara mandiri dan tuntas
Tingkat Kemampuan 3A = Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat
Tingkat Kemampuan 2 = Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat daruratlalu
melakukan rujukan yang tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Sumber:
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama; Panduan Keterampilan Klinis Bagi Dokter 23
KMK No. HK.01.07/MENKES/1936/2022 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di FKTP
Upaya Tata Kelola Gangguan Penggunaan NAPZA di Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL)

Rehabilitasi medis di Puskesmas/ Klinik/ RS


yang telah ditetapkan sebagai IPWL

Pasca rehabilitasi: Puskesmas/ klinik/ RS


bekerja sama dengan LP/LS

Pulih Relaps

24
Persyaratan Fasyankes sebagai IPWL
Untuk dapat ditetapkan sebagai IPWL, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, klinik pratama, dan klinik
utama harus memenuhi syarat

Ketenagaan
memiliki izin operasional yang berlaku sesuai • Dokter
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan • Perawat yang terlatih di bidang gangguan
penggunaan Narkotika
• Apoteker (Penyelenggara terapi rumatan)

IZIN OPERASIONAL SDM

1 IPWL wajib bekerja sama dengan dengan fasilitas


pelayanan kesehatan yang memiliki apoteker.

PELAYANAN TERAPI REHABILITASI MEDIS


2
43
FASILITAS
NARKOTIKA

pelayanan gawat darurat, manajemen memiliki fasilitas pelayanan rawat jalan dan/atau
putus zat, rawat jalan rumatan, penapisan dan rawat inap yang memenuhi standar pelayanan
pengkajian, intervensi psikososial, rehabilitasi rawat rehabilitasi Narkotika.
inap, komorbiditas fisik, dual diagnosis/komorbid
psikiatrik, dan/atau uji Narkotika, psikotropika dan mungkin terjadiI, prognosis terhadap tindakan
zat adiktif lainnya. yang dilakukan; dan perkiraan pembiayaan.
IPWL di 34 Provinsi
Total: 754 IPWL di Seluruh Indonesia

Sumber: Kepmenkes No.701/2018 ttg Penetapan IPWL & PTRM , 2018 26


• Masalah Kesehatan Jiwa
• Upaya Kesehatan Jiwa
• Upaya promotif
TOPIK • Upaya preventif
• Upaya kuratif dan rehabilitatif
• Indikator Program Kesehatan Jiwa
• Kegiatan 2023 - 2024

27
Capaian Indikator Kesehatan Jiwa di RPJM tahun 2022 melebihi target, sedangkan indikator
kinerja kegiatan Renstra terdapat 2 indikator yang belum mencapai target Capaian
Target

Target & Capaian


Indikator Kinerja Program/Kegiatan
2022 2023 2024
10.11%
Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah
60% 90%
kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining
30.00%

26.92%
Persentase penyandang gangguan jiwa yang memperoleh
60% 90%
layanan di Fasyankes 30.00%

10826
Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan pelayanan
11000 11500
rehabilitasi medis
10500

Indikator RPJMN
88.10%

Persentase Orang Dengan Gangguan Jiwa yang mendapat


90% 100%
pelayanan sesuai standar 75.00
%

10826
Jumlah penyalahguna NAPZA yang mendapatkan pelayanan
11000 11500
rehabilitasi medis 28
10500
Persentase Penduduk Usia ≥ 15 Tahun dengan Risiko Masalah Kesehatan Jiwa yang Mendapatkan Skrining
Triwulan II Tahun 2023
Kep. Bangka Belitung 53.81% Kep. Bangka Belitung 54.54%
Sulawesi Selatan 46.60% Sulawesi Selatan 47.03%
Banten 27.45%
Banten 22.70%
Risiko Masalah Kesehatan Jiwa yang Mendapatkan

Gorontalo 23.60%
Gorontalo 21.95%
DI Yogyakarta 18.88%
Persentase Penduduk Usia ≥ 15 Tahun dengan

DI Yogyakarta 18.80%
Kalimantan Selatan 17.57%
Kalimantan Selatan 16.97%
Jawa Tengah 17.34%
Jawa Tengah 16.12% Kalimantan Utara 14.99%
Kalimantan Utara 14.91% Lampung 14.20%
Lampung 13.17% Sulawesi Tengah 12.28%
Indonesia 10.12% Indonesia 11.03%
Sulawesi Tenggara 9.85% NTT 11.02% Capaian
NTT 9.51% Sulawesi Tenggara 10.00%
Kepulauan Riau 9.37% Sumatera Barat 9.51% meningkat
Sumatera Barat
Aceh
9.07%
8.74%
Kepulauan Riau
Aceh
9.48%
9.09% sebesar 0,91%
dari tahun
Skrining

Kalimantan Timur 8.59% Sumatera Selatan 8.76%


Bali 8.37% Kalimantan Timur 8.65%
Jawa Barat 8.13% Bali
Jawa Barat
8.62%
8.36%
2022.
Sumatera Selatan 7.35%
NTB 8.28%
NTB 7.03%
Bengkulu 7.67%
Maluku Utara 4.73%
Bengkulu 4.49%
Maluku Utara 5.82%  Estimasi Penduduk Berisiko
Sumatera Utara 4.83%
Sumatera Utara 4.40%
Jawa Timur 4.01% 52.245.546
Sulawesi Tengah 3.73% Kalimantan Tengah 3.61%  Target Tahun 2023
Riau 3.47% Riau 3.52%
Jawa Timur 3.27% Kalimantan Barat 3.15%
31.347.328 (60%)
Jambi 3.03% Jambi 3.12%  Capaian s.d Juni 2023
Sulawesi Barat 2.90% Sulawesi Utara 3.10%
Sulawesi Utara 2.60% Sulawesi Barat 2.90%
5.717.770
Kalimantan Tengah 2.58% DKI Jakarta 2.51%
DKI Jakarta 2.14% Papua Barat Daya 2.50%
Kalimantan Barat 1.80% Maluku 1.43%
Gambar 1. Capaian Tahun 2022 Papua 0.39%
Gambar 2. Capaian TW II Tahun 2023
Maluku 1.18%
Papua Barat 1.13% Papua Barat 0.27%
Papua 0.09% Papua Tengah 0.07%
Papua Selatan 0.00%
Papua Pegunungan 0.00% 29
Sumber: Direktorat Kesehatan Jiwa, 2023 Cut off: Bulan Juni 2023 (tarikan data SIMKESWA per 23 Juli 2023)
Persentase Penyandang Gangguan Jiwa yang Memperoleh Layanan di Fasyankes
Triwulan II Tahun 2023
Jambi 49.42% Jambi 49.83%
DI Yogyakarta 44.23% DI Yogyakarta 45.21%
Sulawesi Selatan 40.60% Sulawesi Selatan 41.47%
Kep. Bangka Belitung 38.08% Jawa Tengah 38.62%
Persentase Penyandang Gangguan Jiwa yang

Aceh 38.00% Kep. Bangka Belitung 38.56%


Jawa Tengah 37.86% Aceh 38.40%
Sumatera Barat 34.75% Sumatera Barat 35.51%
Memperoleh Layanan di Fasyankes

Kalimantan Selatan 32.45% Kalimantan Selatan 34.18%


Jawa Timur 33.82%
Lampung 32.09%
Lampung 33.00%
Jawa Timur 31.40%
Kepulauan Riau 30.87%
Capaian meningkat
Kepulauan Riau 30.24% Kalimantan Tengah 30.11% sebesar 1,53% dari
Bali 29.80% Bali 29.84%
Kalimantan Tengah 29.07% Sumatera Selatan 29.79%
tahun 2022.
Sumatera Selatan 28.29% DKI Jakarta 28.68%
Kalimantan Utara 28.15% Indonesia 28.45%
NTB 27.08% Kalimantan Utara 28.22%
 Estimasi Jumlah
Indonesia 26.92% NTB 28.15% ODGJ
Banten 25.14% Banten 27.98%
Kalimantan Barat 26.85% 2.003.978
DKI Jakarta 24.29%
Kalimantan Barat 24.06% NTT 24.16%  Target Tahun 2023
Riau 23.81%
Riau 23.24%
Bengkulu 23.54% 1.202.387 (60%)
Bengkulu 23.23%
NTT 23.11%
Jawa Barat 22.92%  Capaian s.d Juni
Kalimantan Timur 20.96%
Jawa Barat 22.09% Sulawesi Tenggara 20.75%
2023
Kalimantan Timur 19.87% Sulawesi Barat 20.16% 570.032
Sulawesi Barat 19.77% Sulawesi Utara 18.60%
Sulawesi Tenggara 19.49% Sumatera Utara 16.54%
Sulawesi Utara 18.28% Sulawesi Tengah 14.12%
Sulawesi Tengah 13.97% Papua Selatan 12.62%
Sumatera Utara 13.50% Maluku Utara 12.38%
Maluku Utara 11.80% Gambar 1. Capaian Tahun 2022 Maluku 12.13% Gambar 2. Capaian TW II Tahun 2023
Maluku 11.79% Papua 11.51%
Gorontalo 7.98%
Gorontalo 7.74%
Papua Barat Daya 6.15%
Papua 5.49%
Papua Barat 4.65%
Papua Barat 4.76% Papua Tengah 4.65%
Papua Pegunungan 0.24% 30
Sumber: Direktorat Kesehatan Jiwa, 2023 Cut off: Bulan Juni 2023 (tarikan data SIMKESWA per 23 Juli 2023)
Jumlah Penyalahguna Napza yang Mendapatkan Pelayanan Rehabiltasi Medis
Triwulan II Tahun 2023
Indonesia 11495
Indonesia 10826
Kalimantan Selatan 1555
Kalimantan Selatan 1455
Sumatera Selatan 1490
Jumlah Penyalahguna NAPZA yang Mendapatkan

Sumatera Selatan 1422


DKI Jakarta 1276
DKI Jakarta 1191
Jawa Barat 916
Riau 880
Jawa Barat 846 Riau 900
Jawa Timur 680 Jawa Timur 777
Kalimantan Timur 509 Sumatera Barat 527
Sumatera Barat 503 Kalimantan Timur 509
Lampung 452 Lampung 476 Capaian meningkat sebanyak
Aceh 473
Aceh 427
669 penyalahguna NAPZA
Rehabilitasi Medis

NTB 354 NTB 371


Jawa Tengah
Kalimantan Barat
302
276
Jawa Tengah
Kalimantan Barat
309
301
yang direhab sepanjang
Kalimantan Tengah 258 Kalimantan Tengah 264 Triwulan II tahun 2023 (IPWL).
DI Yogyakarta 245 Jambi 255
Jambi 233 DI Yogyakarta 252
Bali 210 Bali 223
Banten 150 Banten 150
Bengkulu 105 Bengkulu 120  Target Tahun 2023
Bangka Belitung 94 Kep. Bangka Belitung 107 11.000
Sumatera Utara 69 Sumatera Utara 69
Sulawesi Barat 39 Sulawesi Selatan 48
 Capaian s.d Juni 2023
Sulawesi Selatan 38 Sulawesi Barat 39 11.495
Kepulauan Riau 27 Kepulauan Riau 27
Sulawesi Tengah 14 Sulawesi Tengah 14
Kalimantan Utara 14 Kalimantan Utara 14
Maluku Utara 12 Maluku Utara 12
Maluku 6 Maluku 6
Papua 5
Papua 5
Sulawesi Utara 4 Gambar 1. Capaian Tahun 2022 Sulawesi Utara 4
Gambar 2. Capaian TW II Tahun 2023
Papua Barat 3
Papua Barat 3
NTT 2
NTT 2
Sulawesi Tenggara 1
Sulawesi Tenggara 1
Gorontalo 0
Gorontalo 0 31
Sumber: Direktorat Kesehatan Jiwa, 2023
Persentase ODGJ Berat yang Mendapatkan layanan
Triwulan II Tahun 2023
NTT 168.55% NTT 177.15%
Kep. Bangka Belitung Kep.
167.94% Bangka Belitung 170.36%
Kalimantan Selatan 146.57% Kalimantan Selatan 154.17%
Persentase Orang dengan Gangguan Jiwa Berat

Kep. Riau 122.66% Kepulauan Riau 125.57%


Aceh 118.61%
DKI Jakarta 125.43%
Aceh 119.92%
DKI Jakarta 107.30%
Jambi 107.71%
Jambi 106.91%
Bengkulu 105.08%
Bengkulu 103.63%
yang Mendapatkan Pelayanan

Kalimantan Tengah 103.14%


Kalimantan Tengah 99.45%
Jawa Timur 102.29%
Jawa Timur 95.89% Banten 101.33%
Kalimantan Timur 94.00% Kalimantan Timur 99.49%
Sumatera Barat 93.91% Sumatera Barat 97.19%
Gorontalo 93.58% Gorontalo 96.57% Capaian meningkat
Riau 92.61%
Sulawesi Selatan 92.12%
Riau 94.88% sebesar 4,95% dari
Sulawesi Selatan 94.74%
Kalimantan Utara 91.27% Jawa Barat 93.11% tahun 2022.
Jawa Barat 89.03% Indonesia 93.05%
Indonesia 88.10% Kalimantan Utara 91.52%
Lampung 86.14% Lampung 88.95%
Jawa Tengah 86.03% Jawa Tengah 87.93%  Estimasi Jumlah ODGJ Berat
Banten 85.50% Kalimantan Barat 85.93% 493.872
Sumatera Selatan 85.30% NTB 83.71%  Target Tahun 2023
NTB 81.12% Sumatera Selatan 81.52%
Sulawesi Tenggara 81.21% 444.484 (90%)
Maluku 76.54%
Maluku 79.17%  Capaian s.d Juni 2023
Sulawesi Tenggara 76.40%
Kalimantan Barat 76.14% Sumatera Utara 79.14% 459.564
Sulawesi Barat 73.43%
DI Yogyakarta 72.00%
DI Yogyakarta 73.08%
Sulawesi Barat 71.94%
Maluku Utara 62.84%
Sumatera Utara 62.60%
Sulawesi Utara 62.05%
Maluku Utara 58.44% Gambar 1. Capaian Tahun 2022 Gambar 2. Capaian TW II Tahun 2023
Papua Selatan 58.73%
Bali 50.58%
Papua 51.93%
Sulawesi Tengah 48.32% Bali 50.68%
Sulawesi Utara 46.24% Sulawesi Tengah 49.06%
Papua 25.42% Papua Barat Daya 24.90%
Papua Barat 18.21% Papua Barat
Papua Tengah
19.13%
15.28%
32
Sumber: Direktorat Kesehatan Jiwa, 2023 Cut off: Bulan Juni 2023 (tarikan data SIMKESWA per 23 Juli 2023) Papua Pegunungan 0.34%
Jumlah Kasus Pasung yang Dilaporkan pada
Triwulan II Tahun 2023

Indonesia 4245 Indonesia 402


Jawa Timur 1053 Jawa Timur 72
NTT 326 Sumatera Utara 39
Sumatera Utara 320
Sulawesi Tenggara 36
Jawa Tengah 299
Sumatera Selatan 297 NTT 36
Jawa Barat 239 Jawa Barat 33
Sulawesi Selatan 235 Sumatera Barat 24
Sulawesi Tengah 153 Kalimantan Selatan 23
Sulawesi Tenggara 152 NTB 17
Sulawesi Barat 148 Riau 15
Lampung 138
Jumlah Kasus Pasung

Aceh 14
Sumatera Barat 115 Gambar 1. Kasus Pasung Tahun 2022 Sulawesi Barat 13 Gambar 2. Kasus Pasung TW II Tahun 2023
Kepulauan Riau 87
Kalimantan Tengah 12
Aceh 86
Riau 83 Kalimantan Barat 12
Kalimantan Tengah 82 Sumatera Selatan 8
Bengkulu 82 Sulawesi Selatan 8
Jambi 47 Sulawesi Utara 7
NTB 44 Maluku Utara 7
Kalimantan Selatan 43 Jawa Tengah 5 Secara rata-rata nasional ada sebanyak 72
Maluku 36 Banten 5
Banten 33 Bengkulu 4 puskesmas melaporkan kasus pasung melalui
Sulawesi Utara 28
Kalimantan Timur 28
Lampung
Kepulauan Riau
3
3
SIMKESWA Januari – Juni 2023, rata-rata
Kalimantan Barat 28
Maluku Utara 13 Papua Barat Daya 2 tergolong rendah dibandingkan dengan total
DI Yogyakarta 2
Kalimantan Utara
DI Yogyakarta
12
12 Kalimantan Timur 1 keseluruhan puskesmas yang ada di Indonesia
Bangka Belitung
Bali
11
6
Bangka Belitung
Papua
1
0
(10.321 puskesmas (KMK Nomor
Papua 5 Maluku 0
HK.01.07/Menkes/1557/2022 tentang Data Pusat Kesehatan
Gorontalo 4 DKI Jakarta 0 Masyarakat Teregistrasi Semester I Tahun 2022) ).
Papua Barat 0
DKI Jakarta 0
33
Sumber: Direktorat Kesehatan Jiwa, 2023 Cut off: Bulan Juni 2023 (tarikan data SIMKESWA per 23 Juli 2023)
Jumlah Kabupaten/Kota yang Belum Secara Aktif Melaporkan Data Melalui SIMKESWA hingga
Triwulan II Tahun 2023
Sumatera Selatan 9
Nusa Tenggara Timur 9
Jawa Tengah 9
Sulawesi Tenggara 8
Jumlah kabupaten/Kota yang Belum Melaporakn

Sulawesi Tengah 8
Data Indikator Melalui SIMKESWA TW II 2023

Papua Tengah 8
Papua Pegunungan 8
Jawa Barat 8
Bengkulu 8
Bali 8
Maluku 7
Jambi 7
Riau 6
Nusa Tenggara Barat 6 Terdapat 177 kab/kota
Kalimantan Timur 6 (31 provinsi) dari total
Sumatera Utara 5
keseluruhan kab/kota
Sumatera Barat 5
Sulawesi Barat 5
yang ada (514 kab/kota)
Papua barat Daya 5 belum melaporkan data
Papua 5 indikator secara aktif
Aceh 5 melalui SIMKESWA
Sulawesi Utara 4
hingga Triwulan II
Papua Selatan 4
Papua Barat 4
Tahun 2023 (34,43%).
Kalimantan Utara 4
Jawa Timur 4
Kepulauan Riau 2
Kalimantan Barat 2
Gorontalo 2
Lampung 1
DIY 1
34
• Masalah Kesehatan Jiwa
• Upaya Kesehatan Jiwa
• Upaya promotif
TOPIK • Upaya preventif
• Upaya kuratif dan rehabilitatif
• Indikator Program Kesehatan Jiwa
• Kegiatan 2023 - 2024

35
Fokus Intervensi Tim Kerja 2023-2024

Promosi Healthy Parenting  positive parenting


Promotif Kesehatan Jiwa Healthy Childhood  positive parenting
dan Kemitraan Healthy Adolescent  Dukungan Psikologis Awal
Healthy Neighboorhood  Dukungan psikologis Awal
Pencegahan Deteksi Dini Masalah Keswa dan NAPZA
Preventif Masalah Intervensi Tindak Lanjut Deteksi Dini
Kesehatan Jiwa
Pencegahan bunuh diri

Tata Kelola Pelayanan Keswa Terpadu


Gangguan Jiwa Penanganan pemasungan dan TPKJM
Kuratif & Rehabilitasi ODGJ
Rehabilitatif
Tata Kelola Rehabilitasi medis
Gangguan
Penggunaan Layanan Pasca rehabilitasi
NAPZA
Surveilans Data Keswa
Surveilans Keswa dan Keswa pada Situasi Bencana
NAPZA
Annual Report

36
Harapan & Dukungan
Organisasi & pengelolaan program SDM Bidang Kesesehatan Jiwa

• Perubahan Stuktur Organisasi di Pusat, diharapkan ada • Peningkatan kompetensi Nakes bidang kes. Jiwa melalui
penguatan koordinasi lintas program mulai dari proses orientasi/ pelatihan yang berkesinambungan antara Pusat-
perencanaan, pelaksanaan & evaluasi prog kes jiwa di Daerah (APBN-Dekonsentrasi-BOK/ APBD)
daerah  TOT & Pelatihan tenaga kesehatan terpadu keswa akan
(antara Prog P2P & Kesmas) berlanjut menu BOK Kab Kota TA 2024 di menu Pelatihan
tenaga kesehatan terpadu keswa
• Sinergitas dan integrasi antar program dengan berba-
gai sumber pendanaan di daerah (Dekonsentrasi-  TOT upaya promotif & preventif kes Jiwa akan berlanjut di
BOK-APBD-CSR dll) BOK Kab/ Kota di Menu orientasi upaya promotif & pre-
ventif kes Jiwa

Penguatan Fasyankes Bimtek dan Monev


• Peningkatan Puskesmas dg layanan kes jiwa melalui • Pemantauan Peningkatan pencatatan dan pelaporan melalui
koordinasi, ketersediaan obat programkes jiwa/ psiko- penginputan data capaian program (IKK) di SIMKESWA &
farmaka SELARAS untuk IPWL
• Penguatan sistem rujukan / rujuk balik secara berjen- • Validasi Data program kes. Jiwa secara berjenjang
jang • Pembinaan teknis pelayanan kes jiwa Dari Dinkes Provinsi
RS ( pusat- prov- kabkota ) - Puskesmas) ke Dinkes kab/kota
• Meningkatkan keterlibatan masy dalam program kese-
hatan jiwa masyarakat UKBM, Kader, LS-LP (TPKJM) &
organisasi profesi bid keswa
MEDIA KIE KESEHATAN JIWA

https://https://link.kemkes.go.id/
mediaedukasikesehatanjiwa

Anda mungkin juga menyukai