Mekanisme kerja
bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non
subtrat HIV -1 RT
Resistensi
resistensi disebabkan oleh mutasi pada RT
Indikasi
infeksi HIV -1 , dalam kombinasi dengan anti-HIV
lainnya , terutama NRTI
Efek Samping
ruam, demam, fatigue, sakit kepala,somnolens, mual,
dan peningkatan enzim hati.
c. PROTEASE INHIBITOR ( PI )
Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara
reversibel dengan situs aktif HIV- protease.
HIV-protease sangat penting untuk infektifitas
virus dan penglepasan poliprotein virus .Ini
menyebabkan terhambatnya penglepasan
polipeptida prekusor virus oleh enzim protease
sehingga menghambat maturasi virus , maka sel
akan menghasilkan partikel virus yang imatur
dan tidak virulen.
Mekanisme Kerja
sama dengan sakuinavir
Indikasi
Infeksi HIV , dalam kombinasi dengan anti
HIV lainnya seperti NRTI
Efek Samping
Mual, hiperbilirubinemia, batu ginjal
3. Ritonavir
Indikasi:merupakan antiretroviral yang diizinkan
FDA untuk pasien anak dan dewasa. Pada pasien
yang terinfeksi HIV-1 yang rentan dan pasien
dengan penyakit tahap lanjut
Dosis:
- Anak >1 bulan: 350-400mg/m2, 2 kali sehari (dosis
maksimum 600 mg). Dosis intitial: 250mg/m2,2 kali
sehari selama 2 hari atau 500 mg/m2,1 kali sehari.
- Dewasa: 600mg, 2 kali sehari
Efek samping:gangguan GI seperti
mual,muntah,nyeri abdomen,dan perubahan rasa.
Parestesia perifer dan perioral juga umum terjadi.
4.Lopinavir
Indikasi: sebagai antiretroviral untuk anak
dan dewasa yang diizinkan oleh FDA
Dosis:- Anak 6 bulan-12 tahun : berdasarkan
berat badan 7-15 kg: 12 mg/kg, 2 kali sehari;
15-40 kg: 10 mg/kg, 2 kali sehari; > 40 kg: 800
mg/ritonavir 200 mg, 1 kali sehari.
- Dewasa: lopinavir 800 mg/ritonavir 200 mg, 1
kali sehari atau lopinavir 400 mg/ ritonavir 100
mg, 1 kali sehari
Efak samping:gangguan GI, diare, dan mual
Diagnosis HIV pada Bayi dari ibu
HIV positif
1. Pemeriksaan fisik
. Pemantauan perlu dilakukan secara berkala, setiap
bulan untuk 6 bulan pertama, 2 bulan sekali pada 6
bulan kedua , selanjutnya setiap 6 bulan.
. Kelainan yang dapat ditemukan antara lain berupa
gagal tumbuh, anoreksia, demam yang berulang atau
berkepanjangan, pembesaran kelenjar , hati dan limpa
serta ensefalopati progresif.
. Gejala juga dapat berupa infeksi pada organ tubuh
lainnya berupa infeksi saluran nafas yang berulang,
diare yang berkepanjangan, piodermi yang berulang
maupun infeksi oportunistik antara lain infeksi dengan
jamur seperti kandidiasis, infeksi dengan protozoa
seperti Pneumocystis carinii
. Bayi juga mudah menderita infeksi dengan miko-
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi berupa pemeriksaan Hemoglobin,
leukosit hitung jenis, trombosit, dan jumlah sel CD4. Pada
bayi yang terinfeksi HIV dapat ditemukan anemia serta
jumlah leukosit CD4 dan trombosit rendah
b. Pemeriksaan kadar immunoglobulin. Ini dilakukan untuk
mengetahui adanya hipo atau hiper gammaglobulinemia
yang dapat menjadi pertanda terinfeksi HIV
c. Pemeriksaan antibody HIV. Terdapatnya IgG antibodi HIV
pada darah bayi belum berarti bayi tertular, oleh karena
antibody IgG dari ibu dapat melalui plasenta dan baru
akan hilang pada usia kurang lebih 15 bulan. Bila setelah
15 bulan di dalam darah bayi masih ditemukan antibodi
IgG HIV baru dapat disimpulkan bahwa bayi tertular.Untuk
dapat mengetahui bayi kurang dari 15 bulan terinfeksi
atau tidak diperlukan pemeriksaan lain yaitu pemeriksaan
IgM antibody HIV, biakan HIV dari sel mononuklear darah
tepi bayi, mengukur antigen p24 HIV dari serum dan
pemeriksaan provirus (DNA HIV) dengan cara reaksi
Bila bayi tertular HIV in utero, maka baik biakan
maupun PCR akan menunjukkan hasil yang positif
dalam 48 jam pertama setelah lahir. Bila bayi
tertular pada waktu intrapartum maka biakan HIV
maupun PCR dapat menunjukkan hasil yang
negatif pada minggu pertama. Reaksi baru akan
positif setelah bayi berumur 7-90 hari.
Kebanyakan bayi yang tertular HIV akan
menunjukkan hasil biakan dan PCR yang positif
pada usia rata-rata 8 minggu. Dianjurkan untuk
memeriksa PCR segera setelah lahir, pada usia 1-
2 bulan dan 3-6 bulan