Anda di halaman 1dari 59

KEGAWATDARURATA

N ORTHOPEDI
Eva
11.2015.255

Pembimbing: dr. Dono, Sp B


Pendahuluan
Berdasar sifatnya emergency orthopedics dibedakan menjadi dua, yaitu sifatnya yang
mengancam jiwa (life threatening ) dan yang mengancam kelangsungan ekstremitas
( limb threatening).
Kasus-kasus yang termasuk dalam emergency orthopedics, yaitu :
Open fracture
Acute compartment syndrome
Dislokasi dan fractur dislokasi
Trauma arteri
Septic arthritis
Acute osteomyelitis
Unstable pelvis
Fat emboli
Unstable cervical spine
Traumatic amputasi.
Open Fracture (Fraktur Terbuka)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan
jaringan lunak ( kulit sudah tidak intak ), dapat
berbentuk from within (dari dalam) atau from without
(dari luar).
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Emergency
> risk
infeksi
tinggi
Komplikasi>
tergantung
energi yang
menimpa
Penanganan Fraktur Terbuka di IGD :
Primary Survey
Nilai status kesadaran, bebaskan airway, breathing dan ventilasi, resusitasi cairan, dan
hentikan perdarahan.

Irigasi Luka
Mencuci luka dengan larutan NaCl fisiologis.

Debridement, Golden period 6 jam dengan general anesthesia


Jaringan yang mati akan mengganggu proses penyembuhan luka dan merupakan daerah
tempat pembenihan bakteri .

Imobilisasi, luka ditutup kain bersih, fragmen jangan dimasukkan.


Tujuan pembidaian dan imobilisasi adalah membebaskan nyeri, meningkatkan
penyembuhan, stabilisasi fraktur, mencegah sehingga cedera lebih lanjut.

Antibiotik, Analgetik, dan ATS&TT


Acute Compartment Syndrome
Sindrom kompartemen akut terjadi ketika tekanan
jaringan dalam kompartemen otot (osteofasial) tertutup
melebihi tekanan perfusi dan menyebabkan otot dan
saraf iskemia.
5P: Pain (nyeri), Pallor (pucat), Pulselessness (tidak ada
pulsasi), Parasthesia (tidak ada rasa), dan Paralysis
(lumpuh)
Acute Compartment Syndrome
Penyebab Acute Compartment Syndrome :
Pukulan langsung atau kontusio
Crush injury
Luka bakar
Gigitan ular
Fraktur
Hematom
Tekanan yang terus-menerus
Paling sering terjadi pada :
Fraktur elbow
ETIOLOGI
Penurunan volume kompartmen penutupan defek
fascia, traksi internal berlebihan pada fraktur
esktrimitas
Peningkatan tekanan eksternal balutan yang terlalu
ketat, berbaring di atas lengan, pemasangan gips
Peningkatan tekanan pada struktur kompartmen
pendarahan atau trauma vascular, luka bakar,
penggunaan otot berlebihan, gigitan ular, obstruksi
vena
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien
dengan Sindroma Kompartemen yakni:
Singkirkan penyebab kompresi
O2
Pertahankan ekstremitas setinggi jantung
Konsultasi ortopedi atau bedah darurat
PENATALAKSANAAN
Bedah fasciotomy harus segera dilakukan jika
tekanan intrakompartmen di atas 30 40 mmHg.
Tujuannya adalah untuk menurunkan tekanan
intrakompartmen dengan segera sehingga memperbaiki
perfusi otot.
Non bedah hindari elevasi, membuka gips atau bebat
tekan, terapi cairan, diuretik dan manitol jika diperlukan
untuk mengurangi tekanan intrakompartmen
Dislokasi
Dislokasi sendi atau disebut juga luksasio adalah
tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lainnya.
Dislokasi dapat berupa lepas komplet (cerai sendi) atau
parsial (dislokasi inkomplet), atau subluksasio.
PATOFISIOLOGI
Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan
sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari
posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau
trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak
lahir (kongenital).
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang
disebut fraktur dislokasi.
Prinsip penatalaksanaan Dislokasi
Reduksi dislokasi selalu membutuhkan sedasi intravena
untuk mengurangi spasme otot pada sendi. Jika sebuah
sendi tidak dapat direduksi oleh metode tertutup
dengan sedasi yang cukup, maka anestesi umum
dibutuhkan.
Tujuan jangka panjang reduksi adalah untuk
mengembalikan posisi anatomi dan fungsi normal.
DISLOKASI SENDI BAHU
Dislokasi sendi bahu
Keluarnya caput humerus dari cavum gleinodalis
Etio : 99% trauma
Pembahagian
1. Dis. Anterior (98 %)
2. Dis.Posterior (2 %)
3. Dis. Inferior
Mekanisme Trauma
1. Puntiran sendi bahu tiba-tiba
2. Tarikan sendi bahu tiba-tiba
3. Tarikan & puntiran tiba-tiba
DISLOKASI SENDI BAHU

1. Dis.Anterior

Mekanisme trauma
Paling sering, Jatuh dalam posisi out strechted atau trauma pada skapula
sendiri dan anggota gerak dalam posisi rotasi lateral sehingga kaput
humerus menembus kapsul anterior sendi. Pada dislokasi anterior kaput
humerus berada dibawah glenoid, subkorakoid dan subklavikuler.

Gambaran Klinis
Nyeri hebat, gangguan gerakan sendi bahu, kontur sendi bahu rata karena kaput
humerus bergeser kedepan.
Pengobatan

a. Dengan pembiusan umum


Metode hipocrates : penderita dibaringkan dilantai, anggota gerak ditarik keatas dan kaput
humerus ditekan dengan kaki agar kembali ke tempatnya.
Metode kocher : penderita dibaringkan ditempat tidur dan ahli bedah berdiri disamping penderita
sendi siku difleksikan 90 dan dilakukan traksi sesuai garis humerus, rotasi ke arah lateral, lengan
di adduksi dan sendi siku dibawa mendekati garis tubuh ke arah garis tengah, lengan dirotasi ke arah
medial sehingga tangan jatuh di daerah dada.
DISLOKASI SENDI BAHU

2.Dis.Posterior

Mekanisme trauma
Biasanya akibat trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi
interna.

Gambaran Klinis
Ditemukan adanya nyeri tekan serta benjolan dibagian belakang sendi.

Pengobatan
Dilakukan dengan cara menarik lengan kedepan secara hati-hati dan rotasi eksterna serta
imobilisasi selam 3-6 minggu.
DISLOKASI SENDI BAHU

3.Dis.Inferior

Akibat kaput humerus mengalami jepitan dibawah glenoid dimana lengan

mengarah keatas sehingga terjadi dislokasi inferior. Ditangani dengan reposisi

tertutup seperti pada dislokasi anterior, bila tidak berhasil dengan reposisi

terbuka secara operasi.


Dislokasi Sendi Siku
Mekanisme trauma
Biasanya penderita jatuh dengan posisi tangan out
strechted dimana bagian distal humerus terdorong
kedepan melalui kapsul anterior sedangkan radius dan
ulna mengalami dislokasi ke posterior. Dislokasi umumnya
posterior atau posterolateral.
Gambaran klinis
Terdapat nyeri disertai pembengkakan yang hebat disekitar sendi siku ketika siku
dalam posisi semi fleksi, olecranon dapat teraba pada bagian belakang.
Pengobatan
Dengan reposisi, pada jam-jam pertama dapat tanpa pembiusan umum, setelah
reposisi lengan difleksikan >90o dan dipertahankan dengan gips selama 3 minggu.
Dislokasi sendi lutut
Mekanisme trauma
Dislokasi ini sangat jarang terjadi, biasanya terjadi
apabila penderita mendapat trauma dari depan dengan
lutut dalam keadaan fleksi.
Gambaran klinis
Dijumpai adanya trauma pada daerah lutut disertai
pembengkakan, nyeri dan hamartrosis serta deformitas.
Pengobatan
Tindakan reposisi dengan pembiusan harus dilakukan
sesegera mungkin dan dilakukan aspirasi hamartrosis
dan setelahnya dipasang bidai gips posisi 100-150 selama
1 minggu kemudian dipasang gips sirkuler diatas lutut
selama 7-8 minggu, bila ternyata lutut tetap tak stabil
(varus ataupun valgus) maka harus dilakukan operasi
untuk perbaikan pada ligamen.
Dislokasi panggul
Keluarnya caput femur dari acetabulum.
99% penyebab trauma
Pembahagian
1. Dislokasi Posterior: 85%
2. Dislokasi Anterior: 10-15%
3. Dislokasi Sentral

Mekanisme Trauma terbanyak dash board Injury

Dis.Posterior Dis. Anterior


1.Dis.Posterior

Mekanisme truma
Trauma biasanya terjadi akibat kecelakaan laulintas dimana lutut dalam keadaan fleksi dan
menabrak dengan keras yang berada dibagian depan lutut, dapat juga terjadi pada saat
mengendarai sepeda motor.

Gambaran klinis
Dengan keluhan nyeri dan deformitas pada daerah sendi panggul. Sendi panggul teraba menonjol
kebelakang dalam posisi adduksi, fleksi dan rotasi interna. Terdapat pemendekan anggota gerak
bawah.

Pengobatan
Penderita dibaringkan di lantai dan pembantu menahan penggul. Sendi panggul di
fleksikan 900 kemudian dilakukan penarikan secara vertikal. Setelah direposisi, stabilitas
sendi diperiksa apakah sendi panggul dapat didislokasi dengan cara menggerakkan

secara vertikal sendi panggul.


Septic Arthritis (septic joint)
Septic artritis adalah suatu proses inflamasi pada
membran sinovial dengan efusi purulen pada kapsul
sendi, biasanya hasil dari proses ekstra-artikular.
Biasanya terjadi mono artikuler.
Etologi Septic Arthritis
Gejala Klinis
Gejala yang paling sering muncul adalah trias yaitu:
nyeri (75%), demam ( 40-60%), dan keterbatasan gerak
sendi, gejala ini dapat terjadi dalam bebeapa hari
sampai beberapa minggu, demam biasanya tidak tinggi.
Tatalaksana Non-Operatif
Prinsip terapi pada septic arthritis adalah drainase
cairan sinovial yang terinfeksi secara adekuat, antibiotik
yang sesuai dengan hasil kultur, kombinasi Beta-lactam
dengan aminoglikosida atau generasi kedua golongan
kuinolon. imobilisasi sendi untuk mengurangi nyeri.
Drainage dapat berupa perkutaneus atau pembedahan.
Operatif
Surgical drainage diindikasikan apabila satu atau lebih
kriteria dibawah ini :
Penggunaan antibiotik yang sesuai dan perkutan
drainage yang aktif selama 5-7 hari tetap gagal
Sendi yang terkena sulit untuk diaspirasi ( hip )
Adanya infeksi pada jaringan sekitar
Osteomielitis akut
Osteomielitis adalah proses inflamasi akut atau kronik
pada tulang dan struktur sekundernya karena infeksi
oleh bakteri piogenik. Infeksi yang berkaitan dengan
osteomyelitis bisa local atau menembus periosteum,
korteks, sumsum tulang di jaringan cancellous.
Bateri pathogen bervariasi berdasarkan umur penderita
dan mekanisme infeksi
OSTEOMYELITIS AKUT
Keluhan utama yang muncul biasanya nyeri lokal,
bengkak, dan rasa hangat pada daerah yang terinfeksi.
Hal-ini sering muncul sehubungan dengan demam dan
malaise.

Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang


seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.
PATOFISIOLOGI
Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka
penetrasi langsung, melalui penyebaran hematogen dari
situs infeksi didekatnya ataupun dari struktur lain yang
jauh, atau selama pembedahan dimana jaringan tubuh
terpapar dengan lingkungan sekitarnya.
Secara singkat, patofisiologi osteomielitis tergantung dari
derajat kerusakan jaringan lunak dan ketidak mampuan
suplai darah, instabilitas fragmen fraktur, inokulasi flora
bakteri dan sistem imun dari penjamu (host).
TAHAP PERKEMBANGAN
OSTEOMYELITIS
Inflamasi tahap ini mewakili peradangan awal dengan kongesti
vaskuler dan tekanan intraosseus yang meningkat. Obstruksi dari
aliran darah muncul pada trombosis intravaskuler.
Supurasi nanah di dalam tulang memaksakan jalannya menuju
sistem havers dan membentuk abses subperiosteal dalam 2-3 hari.
Sekuestrum Meningkatnya tekanan, obstruksi vaskuler, dan
trombus yang infektif di sekitar pembuluh darah periosteal dan
endosteal, menyebabkan nekrosis tulang dan formasi sekuestrum
sekitar 7 hari.
Involukrum formasi tulang baru dari permukaan periosteum.
SEKUESTRUM
OSTEOMYELITIS PELVIS
PENATALAKSANAAN
OSTEOMYELITIS AKUT
Penanganan yang dilakukan di IGD antara lain:
Resusitasi cairan
Antibiotika.
Antibiotika yang efektif terhadap gram negatif maupun gram
positifdiberikanlangsung tanpa menunggu hasil biakan darah, dan
dilakukan secaraparenteral selama 3-6 minggu.
Pemeriksaan biakan darah.
Imobilisasi anggota gerak yang terkena
Analgetik antipiretik
Drain jika ada pus, swelling, tidak membaik degan antibiotik
UNSTABLE PELVIS
Sebagian besar fraktur pelvis bersifat stabil (bertahan dari
gaya fisiologis tanpa dislokasi) dan terjadi dengan
mekanisme low-energy injury. Tergantung dari struktur
ligamen dan tulang
Yang paling umum/sering terjadi adalah kecelakaan
kendaraan bermotor. Pasien dengan cedera ini tidak hanya
memiliki cedera pada osseus tetapi seiring waktu juga
sering kali mengancam kehidupan
Kematian setelah luka ini biasanya disebabkan oleh
perdarahan, kegagalan beberapa system organ, atau sepsis
Fraktur pelvis dapat bersifat unstable apabila cincin pelvis
mengalami kerusakan pada 2 tempat atau lebih, biasanya
terjadi karena high energy injury.
Pada daerah pelvis terdapat plexus plexus vena, jika ada
trauma seringkali menyebabkan pecahnya pembuluh
darah ini, dan pendarahan baru berhenti jika cavum pelvis
terisi penuh dengan darah. Pada fraktur unstable,
pendarahan tidak berhenti karena pelvis tidak terfiksasi
dengan sempurna. Paling sering disebabkan oleh plexus
vena pelvis posterior
Yang paling sering karena kecelakaan kendaraan bermotor
dan jatuh dari ketinggian.
UNSTABLE PELVIS
PENATALAKSANAAN
Tujuan perawatan fraktur pelvis tidak stabil adalah
sama dengan patah tulang yang lain
Prioritas awal pada pasien dengan hemodinamika tidak
stabil adalah dilakukan resusitasi agresif dan
pencegahan perdarahan lebih lanjut.
Fiksasi eksternal diindikasikan sebagai pengobatan
langsung pada pasien yang hemodinamika nya tidak
stabil dengan fraktur panggul yang tidak stabil.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan disrupsi cincin pelvis dengan
perdarahan:
Resusitasi cairan
Hentikan perdarahan, dengan
Direct pressure
Pemasangan stagen, pelvic sling, PASG
Terapi definitif
Terapi definitif, pemasangan C-CLAMP.
Rujuk
TRAUMATIK AMPUTASI
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan
bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas.
Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan adalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang
terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain atau
manakala kondisi organ dapat membahayakan
keselamatan tubuh penderita secara utuh atau merusak
organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan
komplikasi infeksi.
BEBERAPA KASUS AMPUTASI
Fraktur multipel organ tubuh yang tidak mungkin dapat
diperbaiki
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat
Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke
anggota tubuh lainnya
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi
secara konservatif
Deformitas organ
JENIS AMPUTASI
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang
berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada
tingkat yang sama. Biasanya dilakukan pada kasus
kasus yang gawat.
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih
memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk
menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang
lebih 5 cm di bawah potongan otot dan tulang.
Amputasi semi terbuka / tertutup selain kedua jenis
amputasi di atas, dikenal juga dengan istilah amputasi
semi open. Prinsip amputasi ini sama dengan amputasi
tertutup, tapi jahitannya lebih jarang. Jika luka terjadi pada
golden periode, jenis amputasi ini adalah yang cocok
digunakan.
Tujuan mengapa jenis amputasi ini dijahit situasional
adalah :
Jika masih ada kotoran, maka dapat keluar dengan sendirinya
fungsi drainage
Jika sudah tidak ada kotoron, jahitan akan kering dan luka akan
tertutup sehingga tidak perlu dilakukan operasi ulang
AMPUTASI TERBUKA
AMPUTASI TERTUTUP
PENATALAKSANAAN
Fungsi vital penderita diperbaiki
meminimalkan perdarahan, shock, dan infeksi.
Luka dibungkus secara steril atau bersih lalu
dimasukkan ke dalam kantong plastik kedap air lalu
diikat. Selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong
plastik II yang berisi campuran air dan potongan es batu
(4 derajat celcius)
Penderita dibawa ke RS dengan fasilitas replantasi
Fat embolism syndrome (FES)
suatu keadaan klinis dimana emboli lemak atau fat
macrobules dalam sirkulasi menyebabkan disfungsi
multisistem .
Fat embolism sebenarnya terjadi pada semua pasien
dengan fraktur tulang panjang setelah dilakukan nailing.
Menurut kriteria Gurd, diagnosis FES membutuhkan
setidaknya 1 tanda dari kriteria mayor dan setidaknya 4
tanda dari kriteria minor.
Kriteria mayor :
1. Petekhie axiler atau subkonjungtival.
2. Terjadi sebentar saja (4 6 jam).
3. Hipoksemia, PaO2 di bawah 60 mmHg.
4. Depresi saraf pusat yang tidak sesuai dengan hipokseminya, dan edema pulmonal

Kriteria minor :
1. Takikardi lebih dari 110 bpm
2. Demam lebih dari 38,5C.
3. Emboli tampak pada retina pada pemeriksaan fundoskopi.
4. Lemak terdeteksi pada urine.
5. Penurunan hematokrit atau jumlah platelet yang mendadak dan tidak diketahui penyebabnya.
6. Peningkatan LED atau viskositas plasma.
7. Gumpalan lemak tampak pada sputum.
Tatalaksana
1. Spontaneous ventilation
Penatalaksanaan awal hipoksia yang berkaitan dengan emboli lemak adalah
oksigenasi spontan (facemask)
2. CPAP dan ventilasi noninvasif
CPAP (continuous positive airway pressure) dapat ditambahkan untuk meningkatkan
PaO2 tanpa meningkatkan FIO2. Ventilasi mekanik dapat digunakan menggunakan
masker CPAP.
3. Mechanical ventilation and PEEP
Jika FIO2 of >60% and CPAP of > 10 cm diperlukan untuk mencapai PaO2 > 60
mmHg, maka intubasi endotrakheal, ventilasi mekanis dengan PEEP (positive end
expiratory pressure) harus dipertimbangkan .
4. Resusitasi cairan
Mengembalikan volume intravaskuler juga penting, karena shock dapat dapat
menyebabkan lesi pada paru-paru akibat FES.
10. Fraktur Servical
Tujuan utama dari management trauma vertebra adalah :
(Stabilitas vertebra bebas nyeri) Painless stable spine.
Mencegah komplikasi pada medula spinalis.

Gangguan stabilitas ada 2 macam


Gangguan stabilitas permanent :
Bila lesi atau kerusakan lewat diskus atau jaringan lunak. Dalam hal ini perlu mutlak untuk
dilakukan stabilisasi anterior, posterior atau kombinasi anterior & posterior terganutng dari
kerusakannya.
Gangguan stabilitas temporer :
Kerusakan lewat komponen tulang, tindakan konservatif kecuali ada pendesakan fragmmen ke
spinal canal yang menimbulkan spinal canal enroachment dengan neorologic deficit
Penanganan Fraktur Servical
Penanganan pasien fraktur cervical di IGD:
Ambulasi, seperti 4 orang mengangkat balok.
1 orang memegang kepala dengan ekstensi dan traksi leher
1 orang mengangkat punggung
1 orang mengangkat pinggang dan paha
1 orang mengangkat tungkai bawah.
Di atas bed dengan alas datar dan keras
Pasien diposisikan telentang.
Pasang collar brace
Letakkan kantong pasir bila perlu, untuk memfiksasi posisi pasien di bed.
Ekstensi leher
Infus RL, beri analgetik, dan puasakan pasien
Lakukan prosedur diagnostik, misal rontgen.
Crutchfild, Glisson Traction 3-5 kg
Pindahkan ke bangsal.
Kesimpulan
Kegawatdaruratan ortopedi adalah trauma
muskoloskeletal dimana apabila tidak mendapat
penanganan yang tepat dapat menyebabkan komplikasi
lebih lanjut, kelumpuhan, bahkan kematian.
Keadaan dapat mengancam jiwa dan hilangnya fungsi
dari organ tertentu, dibidang ortopedi seperti
ekstremitas dan persendian.

Anda mungkin juga menyukai