Anda di halaman 1dari 50

KRISIS

HIPERTENSI
LATAR BELAKANG
Hipertensi Masalah kesehatan
masyarakat
dunia
Beberapa penulis 1% dari penderita
hipertensi akan mengalami krisis
hipertensi
Majalah the Lancet dan WHO Kejadian
krisis hipertensi akan m dari 0,26% th
2000 0,29% th 2025 pd penduduk
dewasa di dunia
Untuk mencegah kerusakan organ akibat
krisis hipertensi di Indonesia perlu
dilakukan upaya pengenalan dini dan
penatalaksanaan krisis hipertensi yang
DEFINISI
Krisis hipertensi
Suatu keadaan peningkatan tekanan
darah yang mendadak (sistole 180
mmHg dan/atau diastole 120 mmHg), pd
penderita hipertensi, yg membutuhkan
penanggulangan segera.
KLASIFIKASI KRISIS HIPERTENSI

1. Hipertensi emergensi
Kenaikan TD mendadak yg disertai
kerusakan organ target yang
progresif. Di perlukan tindakan
penurunan TD yg segera dalam
kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi urgensi
Kenaikan TD mendadak yg tidak
disertai kerusakan organ target.
Penurunan TD harus dilaksanakan
dalam kurun waktu 24-48 jam.
MANIFESTASI KLINIS KRISIS HIPERTENSI

1. Bidang neurologi:
Sakit kepala, hilang/ kabur
penglihatan, kejang, defisit
neurologis fokal, gangguan
kesadaran (somnolen, sopor, coma).
2. Bidang mata:
Funduskopi berupa perdarahan
retina, eksudat retina, edema papil.
3. Bidang kardiovaskular
Nyeri dada, edema paru.
4. Bidang ginjal:
Azotemia, proteinuria, oligouria.

5. Bidang obstetri
Preklampsia dg gejala berupa gangguan
penglihatan, sakit kepala hebat, kejang,
nyeri abdomen kuadran atas, gagal
jantung kongestif dan oliguri, serta
gangguan kesadaran/ gangguan
serebrovaskuler.
FAKTOR RISIKO
Penderita hipertensi yg tidak meminum
obat atau minum obat anti hipertensi
Kehamilan
Penggunaan NAPZA
Penderita dg rangsangan simpatis yg
tinggi seperti luka bakar berat,
phaechromocytoma, penyakit kolagen,
penyakit vaskuler, trauma kepala.
Penderita hipertensi dengan penyakit
parenkim ginjal
PENDEKATAN AWAL PD KRISIS HIPERTENSI

Anamnesis
R/ hipertensi (awal hipertensi, jenis
obat anti
hipertensi, keteraturan
konsumsi obat).
Ganguan organ (kardiovaskuler,
serebrovaskular,
serebrovaskular,
renovaskular, dan organ lain).
Pemeriksaan fisik
Sesuai dengan organ target yang
terkena
Pengukuran TD di kedua lengan
Palpasi denyut nadi di keempat
ekstremitas
Auskultasi untuk mendengar ada/
tidak bruit
pembuluh darah besar, bising
jantung dan ronki
paru.
Pemeriksaan neurologis umum
Pemeriksaan laboratorium awal dan penunjang

Pemeriksaan laboratorium awal:


a. Urinalisis
b. Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula
darah dan
elektrolit.
Pemeriksaan penunjang: ekg, foto
toraks
Pemeriksaan penunjang lain bila
memungkinkan:
PENETAPAN DIAGNOSTIK

Walau biasanya pd krisis hipertensi


ditemukan TD 180/120 mmHg
perlu diperhatikan kecepatan
kenaikan TD tersebut dan derajat
gangguan organ target yang terjadi.
TATALAKSANA KRISIS HIPERTENSI

Penatalaksanaan krisis hipertensi


sebaiknya dilakukan di rumah sakit,
namun dapat dilaksanakan di tempat
pelayanan primer sebagai pelayanan
pendahuluan dengan pemberian obat anti
hipertensi oral.
TATALAKSANA HIPERTENSI EMERGENSI

Harus dilakukan di RS dg fasiltas pemantauan


yg memadai
Pengobatan parenteral diberikan secara bolus
atau infus sesegera mungkin
TD harus diturunkan dalam hitungan menit
sampai jam dengan langkah sbb:
a. 5 menit s/d 120 menit pertama TD rata-rata
(mean arterial blood pressure) diturunkan 20-
25%.
b. 2 s/d 6 jam kemudian TD
diturunkan sampai 160/100 mmHg.

c. 6-24 jam berikutnya diturunkan


sampai <140/90 mmHg bila tidak
ada gejala iskemia organ.
OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN PADA
HIPERTENSI EMERGENSI

Clonidin (catapres) IV (150 mcg/ampul)


a. Ckonidin 900 mcg dimasukkan dalam cairan
infus glucosa 5% 500cc dan diberikan
dengan mikrodrip 12 tetes/ menit, setiap 15
menit dapat dinaikkan 4 tetes sampai TD yg
diharapkan tercapai.
b. Bila TD target tercapai pasien diobservasi
selama 4 jam kemudian diganti dg tablet
clonidin oral sesuai kebutuhan.
c. Clonidin tidak boleh dihentikan
mendadak, tetapi diturunkan
perlahan-lahan oleh karena bahaya
rebound phenomen, dimana TD naik
secara cepat bila obat dihentikan.
Diltiazem (Herbesser) IV (10 mg dan 50
mg/ampul)
a. Diltiazem 10 mg IV diberikan
dalam 1-3 menit
kemudian diteruskan dg infus 50
mg/jam
selama 20 menit.
b. Bila TD telah turun >20% dari
awal, dosis
diberikan 30 mg/jam sampai target
tercapai.
c. Diteruskan dg dosis maintenance
Nicardipin (Perdipin) IV (12 mg dan 10
mg/ampul)
a. Nicardipin diberikan 10-30 mcg/kgBB bolus.
b. Bila TD tetap stabil diteruskan dengan 0,5-6
mcg/kgBB/menit sampai target TD tercapai.
Labetalol (Normodyne) IV
Diberikan 20-80 mg IV bolus setiap 10 menit
atau dapat diberikan dalam cairan infus dg dosis
2 mg menit.
Nitroprusside (Nitropress, Nipride) IV
Diberikan dlm cairan infus dg dosis 0,25-10.00
mcg/kg/menit.
KRISIS HIPERTENSI PD KEADAAN
KHUSUS
Krisis hipertensi pd gangguan otak
1. Stroke
A. Infark: aterotrombotik, kardioembolik,
lakunar.
TD sistolik >220 mmHg dan diastolik
>120 mmHg. Pengukuran dilakukan dua
kali dalam jangka waktu 30 menit
Tidak ada tanda-tanda yg meningkatkan TD
seperti nyeri kepala/artikular, kandung kemih
penuh.
Obat anti hipertensi parenteral
diberikan sesuai
prosedur dengan batas penurunan
maksimal
TD 20-25% dari mean arterial
blood pressure.

Jika TD sistolik 180-220 mmHg


dan TD
diastolik 105-120 mmHg,
dilakukan
penatalaksanaan seperti terapi pd
b. Perdarahan: perdarahan intraserebral,
perdarahan subarachnoid, pecahnya Arteriovenous

Malformation (AVM).
TD sistolik >220 mmHg dan diastolik >120 mmHg.
Pengukuran dilakukan dua kali dalam jangka waktu
30 menit.
Tidak ada tanda-tanda lain yg
meningkatkan TD seperti nyeri kepala/
artikular, kandung kemih penuh.
Obatanti hipertensi parenteral
diberikan sesuai
prosedur tatalaksana krisis
hipertensi dg batas penurunan TD
20-25% dari mean arterial blood
pressure.

Target TD adalah sistolik 160


mmHg dan diastolik 90 mmHg.
Tabel No. 1. Obat-obat parenteral untuk terapi emergensi hipertensi pada
stroke akut

Obat Dosis Mulai Lama Efek Keteranga


kerja kerja samping n
Labetolol 20-80 mg 5-10 menit 3-6 jam Nausea, Terutama
iv bolus vomtus untuk
setiap 10 ,hipotensi, kegawatda
menit at 2 blok atau ruratan
mg/menit, gagal hipertensi,
infus jantung,kerus kecuali pd
kontinyu akan hati, gagal
bronkospasme jantung
Nikardipin 5-15 5-15 menit Sepanja Takikardi Larut
mg/jam ng infus dalam air,
Infus berjalan tidak
kontinyu sensitif
terhadap
cahaya
Diltiazem 5-40 5-10 menit 4 jam Blok nodus A- Krisis
g/kg/meni V, denyut hipertensi
t infus prematur
kontinyu atrium,
2. Ensefalopati hipertensi
TD sistolik >220 mmHg dan diastolik >120
mmHg. Pengukuran dua kali dalam jangka
waktu 30 menit.
Terdapat gangguan kesadaran, retinopati dg
papiledema, peningkatan tekanan intrakranial
sampai kejang.
Tidak ada tanda-tanda lain yg meningkatkan TD

Obat antihipertensi parenteral diberikan sesuai


prosedur tatalaksana hipertensi krisis dg batas
penurunan TD 20-25% dari MAP.
3. Cedera kepala dan Tumor intrakranial

Terdapat gejala tekanan intrakranial yg


meningkat seperti: sakit kepala hebat, muntah
proyektil/ tanpa penyebab gastrointestinal,
papiledema (sembab papil), kesadaran
menurun.
TD sistolik >220 mmHg dan diastolik >120
mmHg . Pengukuran 2x dlm jangka waktu 30
menit.
Tidak ada tanda-tanda lain yg meningkatkan TD
Obat anti hipertensi parenteral diberikan sesuai
prosedur tatalaksana hipertensi krisis dg batas
penurunan TD 20-25% dari MAP.

Khusus untuk tumor intrakranial hipofisis perlu


dilakukan pemeriksaan hormonal dan
penatalaksanaan sesuai dg hipertensi krisis
dengan gangguan endokrin.
KRISIS HIPERTENSI PADA PENYAKIT JANTUNG

Krisis Hipertensi dan Diseksi aorta

Definisi
Suatu kondisi akibat robekan pada dinding aorta

sehingga lapisan dinding aorta terpisah dan


darah dapat masuk ke sela-sela lapisan dinding
pembuluh darah aorta.
MANIFESTASI KLINIS
Keluhan dapat bervariasi
1. Nyeri khas Aorta: onset mendadak, nyeri teriris
sudah maksimal dirasakan saat awal, lokasi
nyeri sesuai lokasi dimana robekan aorta tadi.
2. Rasa nyeri dada seperti nyeri dada khas infark
miokard, bila proses diseksi menjalar ke ostium
arteri koronaria.
3. Rasa nyeri leher disertai pandangan kabur, bila
proses diseksi ekstensi ke arteri karotis.
4. Sinkope merupakan petanda komplikasi yg
fatal, spt tamponade jantung, hipoperfusi
serebri.
DIAGNOSIS

Kecurigaan diagnosa Diseksi Aorta berdasarkan


anamnesa dan pemeriksaan fisik cukup unruk
menatalaksana sebagai diseksi aorta.

Diagnosa pasti dengan pencitraan:


1. Ekokardiografi transesofageal (TEE)
2. CT scan dengan kontras.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Prinsip tatalaksana/ sasaran tekanan darah
Atasi rasa nyeri dg morfin iv. Menurunkan TD
diastolik segera (dalam 10-20 menit) dg target
TD sistolik 110-120 mmHg dan frekwensi nadi
60 x/mnt.
-blocker merupakan obat pilihan utama untuk
mengurangi shear stress dan mengontrol TD
Terapi medikamentosa dapat dilakukan pd
diseksi aorta desenden tanpa komplikasi ke
organ lain (hipoperfusi ginjal, ekstremitas dan
mesenterika)
Setelah pasien stabil, idealnya 24-48 jam, obat
IV diganti dengan oral.
Tabel No.1 Obat-obat intravena Diseksi Aorta yg
ada di Indonesia
OBAT DOSIS Bolus DOSIS
PEMELIHARAAN
Penyekat Beta
Propanolol 1 mg IV setiap 3-5 2-6 mg IV
menit Setiap 4-6 jam
(max 6.15 mg/kgBB)

Kalsium Antagonis 0,25 mg/kg IV dalam 5 mg/jam dapat


Diltiazem 2 menit setelah 15 dititrasi 2,5-5
menit 0,35 mg/kg IV mg/jam, max 15
mg/jam
Verapamil 0,075-0,1 s/d 2,5-5
mg/kg
Selama 2 menit 5-15 mg/jam IV drip
Krisis Hipertensi dengan
edema paru
Definisi

Suatu keadaan timbulnya tanda dan


gejala gagal jantung yang disertai
dengan peningkatan tekanan darah
dan gambaran rontgen toraks sesuai
dengan edema paru.
Manifestasi Klinis

Keluhan/ gejala:
1. Sesak Nafas
2. Orthopnea
3. Dyspnea deffort
Pemeriksaan fisik
1. TD sesuai definisi krisis hipertensi
2. Frekwensi pernafasan meningkat
3. Pada pemeriksaan jantung
ditemukan S3 dan/ atau S4 gallop.
4. Pada pemeriksaan paru suara nafas
ekspirasi memanjang disertai
ronchi basah halus seluruh
lapangan paru.
5. Peningkatan tekanan vena
jugularis.
DIAGNOSIS
1. Peningkatan tekanan darah sesuai
krisis hipertensi
2. Gejala dan tanda gagal jantung
3. Edema paru pada foto thorax
Prinsip Tatalaksana dan Sasaran
Tekanan Darah
1. O2 dengan target saturasi 02 perifer > 95%,
bila perlu dapat digunakan CPAP atau ventilasi
mekanik non-invasif bahkan ventilasi mekanik
invasif.
2. Pemberian Nitroglycerin sublingual, bila perlu
dilanjutkan dg pemberian drip.
3. Pemberian diuretik loop IV (Furosemid)
4. Pemberian obat anti hipertensi IV at sublingual
5. Bila tidak ada kontra indikasi morfin IV dapat
dipertimbangkan.
Target penurunan TD sistolik atau
diastolik sebesar 30 mmHg dalam
beberapa menit.
Sasaran akhir TD sistolik < 130
mmHg dan TD diastolik < 80 mmHg.
Sebaiknya dicapai dalam 3 jam
Tabel No 2 Obat-obat parenteral untuk penanganan hipertensi emergensi
pd edema paru dan sindroma koroner akut

Obat Golonga Dosis Onset Mas Efek samping


n kerja a
kerja
Sodium Vasodilat 0,25-10 Segera 1-2 Mual,
nitroprusi or Mg/kg/mn stlh mnt hipotensi,keracunan
d Arteri & t distop tiosianat,
vena methemoglobinemia
dan sianida.
Nitroglise Vasodilat 5-300 1-5 mnt 3-5 Sakit kepala, mual,
rin or: mcg/mnt mnt takikardia, muntah
Arteri & toleransi
vena
Isosorbid Vasodilat 1- 10 1-5 mnt 3-5 Sakit kepala,mual,
dinitrat or: mg/jam mnt takikardia, muntah,
Arteri & toleransi
vena
Nikardipi Kalsium 5-15 5-15 30- Hipotensi,takikardi,m
n antagonis mg/jam menit 40 ual muntah, muka
meni merah
Krisis Hipertensi pd Sindroma Koroner Akut

Definisi
Krisis hipertensi yang terjadi pada
pasien dengan sindroma koroner
akut.
Sindroma koroner akut tdd :
1. angina pektoris tidak stabil,
2. Infark miokard non ST elevasi
3. Infark miokard dengan ST
elevasi
Manifestasi Klinis
Keluhan
Nyeri dada dg penjalaran ke leher atau
lengan kiri dengan durasi lebih dari 20
menit dan dapat disertai dg gejala
sistemik berupa keringat dingin, mual dan
muntah dan pemeriksaan fisik tidak
ditemukan tanda-tanda gagal jantung.
Temuan Klinis
Pemeriksaan fisik dapat normal atau
tanda-tanda gagal jantung
Diagnosis
1. Anamnesis
2. EKG
3. Enzim petanda kerusakan otot
jantung
(CKmb, Troponin T)
Prinsip tatalaksana dan Sasaran Tekanan Darah

1. Penyekat Beta dan nitrogliserin merupakan anjuran


utama.
2. Bila tidak terkontrol dapat diberikan gol kalsium
antagonis parenteral, nicardipin dan diltiazem bila tidak
ada kontraindikasi.
3. Sasaran TD sistolik adalah <130 mmHg dan TD
diastolik < 80 mmHg.
4. Penurunan TD harus dilakukan secara bertahap.
5. Penurunan TD perlu pemantauan ketat agar TD
diastolik tidak lebih rendah dari 60 mmHg, karena
dapat mengakibatkan iskemia miokard bertambah
berat.
KRISIS HIPERTENSI PADA PENYAKIT GINJAL

Stenosis arteri renalis dicurigai biladitemukan:


1. Ditemukan hipertensi sebelum usia 30 th
khususnya jika tidak ada riwayat hipertensi di
keluarga.
2. Ditemukan hipertensi berat (hipertensi stadium II
dengan TD > 160/100 mmHg) setelah usia > 50.
3. Ditemukan hipertensi yg refrakter dan sulit
dikendalikan dengan obat kombinasi lebih dari 3
macam ( termasuk diuretik)
4. Terjadinya peningkatan TD tiba-tiba
pd keadaan pasien hipertensi yg
terkontrol baik sebelumnya.

5. Hipertensi maligna ( hipertensi dg


keterlibatan gangguan organ lain
seperti gagal ginjal akut, perdarahan
retina, gagal jantung, dan kelainan
neorologis.

6. Peningkatan plasma kreatinin


dalam waktu singkat setelah
Pemeriksaan penunjang diagnostik

1. Arteriografi ginjal (pemeriksaan


baku emas)
2. Magnetic resonance angiography.
3. Computed tomography
angiography.
4. Duplex doppler ultrasonography.
KRISIS HIPERTENSI PD GANGGUAN
ENDOKRIN
Krisis Feokromositoma
Keganasan pd kelenjar adreno-medulari
menyebabkan terjadi krisis hipertensi, karena
kelebihan produksi epinefrin dan non epinefrin
dilepaskan ke dalam peredaran darah. Juga
karena stimulasi beta reseptor ginjal oleh kadar
katekolamin yg tinggi menyebabkan
dilepaskannya renin yg pd akhirnya
meningkatkan tekanan arteri
Diagnosis feokromositoma
ditegakkan dengan pemeriksaan
katekolamin plasma, katekolamin
urine dan atau metabolitnya dalam
urine 24 jam
( seperti metanefrin dan VMA= Vanil
mandelic acid).

Feokromositoma jarang ditemukan,


tetapi merupakan penyebab yang
penting pada krisis hipertensi.
KRISIS HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Keadaan yg menyertai krisis hipertensi adalah


preeklampsi.
Dapat ditemukan gangguan penglihatan, sakit
kepala hebat, nyeri abdomen kuadran atas,
gagal jantung kongestif dan oliguri sampai
gangguan serebrovsaskuler.
Bila terjadi kejang penderita masuk stadium
eklampsia.
Krisis hipertensi hanya dapat
diakhiri dengan proses persalinan
dan penanggulangan dilakukan
sesuai penanggulangan krisis
hipertensi dg perhatian khusus pd
kehamilan.
Keputusan untuk melakukan
terminasi kehamilan/ proses
persalinan dilakukan oleh ahli medis
di bidang kebidanan. (Obstruksi
HIPERTENSI KRISIS PD PENGGUNA NAPZA

Sejumlah obat/ senyawa yg


termasuk NAPZA dapat
menimbulkan krisis hipertensi,
terutama pada pasien yg sudah
hipertensi.

Senyawa tersebut adalah, kokain,


amfetamin, metamfetamin,
phencyclidine.

Anda mungkin juga menyukai