Anda di halaman 1dari 69

BRONKOPNEUMONIA

GIZI BURUK

Faizal Akbar Farid Musliem


IDENTITAS

Nama : An.A.D
Usia : 23 Bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Suwidak 6/2
Tanggal Masuk : 21 April 2017 10.40
No RM : 589642
Jaminan Kesehatan : Jamkesda

ALLOANAMNESIS

Keluhan Utama : Sesak


Keluhan Tambahan : Sesak dan batuk disertai berat
badan tidak sesuai umur.
Pasien datang rujukan dari PKM Karangkobar dengan
sesak sejak 2 hari SMRS. sesak semakin memberat 1
hari SMRS. Napas cepat, Hidung kembang kempis
dan ada tarikan pada dinding dada, bibir dan ujung
tangan dan kaki kebiruan tidak ada, tersedak tidak
ada, bunyi mengi tidak ada, tidak dipengaruhi
aktivitas dan posisi tubuh.
Pasien demam terus menerus, turun hanya bila
diberikan penurun panas sejak 5 hari SMRS disertai
batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, kontak TB (-)

BAK keruh (-), keluar cairan dari telinga (-), Mencret (-),
muntah (-), trauma kepala (-)

Minum susu (Sedikit), makan (sedikit), BAB (+), BAK (+)

ASI eksklusif (-)


Pasien terlihat kurus dibandingkan dengan anak
seusianya
berat badan tak kunjung bertambah dan cenderung
terus turun sejak 5 bulan yang lalu
aktivitas dan perhatian terlihat kurang dibandingkan
anak seusianya.
Muka seperti orang tua (-)
kulit kendor dan keriput (-)
rambut mudah rontok (-)
engkak pada perut dan tungkai (-)
Faktor Lingkungan

Kakek merokok di dalam rumah


Ventilasi baik
Jendela sering dibuka
Serumah dengan ayah, ibu, kakek, nenek, dengan
luas rumah 50m2
Riwayat Penyakit Dahulu:
kejang(-), BP (-),Asma (-), TB (-), epilepsi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
kejang(-), BP (-), Asma (-), TB (-), epilepsi (-)
Riwayat Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia
Riwayat persalinan : BBLR (-)
Riwayat tumbuh kembang : Berat badan tak kunjung naik
Riwayat pengobatan : PKM langsung dirujuk dan dirumah
paracetamol
Riwayat alergi obat :-
Pemeriksaan Fisik

KU : sakit sedang, GCS : 15, tampak sesak, gerak aktif.


Tanda Vital : HR : 125 x/ menit
RR : 40 x/menit
S : 39,8 C
SpO2 : 97 %
BB : 7,5 kg
PB : 80 cm
IMT : 11,7
Status gizi : Gizi Buruk,(BB/U <-3SD
Normal (PB/U >-2,<-1 SD)
Sangat Kurus (BB/PB >-3 SD)
Sangat Kurus (IMT/U>-3SD)

Kepala

Mata : CA -/-, SI -/-, pupil bulat isokor 3mm


ODS , air mata (+)
Hidung : PCH (+), rhinorre (+)
Mulut : Mukosa basah
Leher : KBG tidak teraba
Telinga : Otore (-)
Thorax

Cor : Pulmo:
I : iktus kordis kuat I : simetris kanan dan
angkat tidak terlihat. kiri, retraksi suprasternal
P : iktus kordis kuat angkat (-), intercostal (+),
tidak teraba. epigastrik (+)
P : redup, batas jantung P : vokal fremitus
tidak melebar. kanan dan kiri normal.
A : bunyi jantung murni I P : sonor (+/+)
dan II, gallop atau murmur A : VBS +/+, Ronkhi
(-) +/+, wheezing -/-
Abdomen

I : datar, tidak ada benjolan, tidak ada jejas


A : Bising usus (+) normal
P : Supel, turgor kembali sangat cepat, hepar
dan lien tidak teraba.
P : Timpani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas

Akral hangat
CRT < 2 detik
Sianosis (-)
Clubbing fingers (-)
Neurologis

Rangdang Meningen: Negatif


Nervus Cranialis : Normal
Refleks fisiologis : Normal
Refleks patologis : Negatif
Motorik : 5/5/5/5
Laboratorium

RBC : 4.3 10^6/ L Diff count


HGB : 11,3 g/dL Limfosit: 47.00 % (H)
HCT : 33 % Monosit: 6.70%
MCV : 75 fL Neutrofil: 46.20 % (L)
MCH : 26 pg Eosinofil: 0.00% (L)
MCHC : 35 g/dL Basofl 0.10 %

RDWc : 14.0 %
RDWs : 36.8 fL
PLT : 383 10^3/L GDS : 101.0 mg%
WBC : 13,3 10^3/L
Rontgen

Kesan : Gambaran Bronkhopneumonia


Besar cor dalam batas normal
Diagnosis

Bronkopneumonia
Dengan Status Gizi
Buruk
Planning dan Konsultasi

O2 nasal canul 2 lpm


PCT IV 75 mg ekstra
Konsul dr. Priyo, SpA
O2 2lpm NC
IVFD KAEN 1B 8tpm makro
Inj Ampisilin 3 x 250 mg
Inj Chlorampenicol 3x200 mg
Inj PCT 3x100 mg
Apialis Syr 2x cth
Cetirizin Syr 1 x cth
Ambroxol 3x 1/3 cth
Nebul NaCl 0,9% 3 cc/8 jam
Chest fisiotheraphy
Konsul Gizi
Diet nasi lunak 600 kkal + susu 3/hari
Follow Up 22 Februari 2017
Pagi
Nadi 120x/m IVFD KAEN 1B 8 tpm makro
O2 nasal kanul 2lpm
R : 48x/m
Inj. Ampicillin 3x250 mg
Suhu : 39 C
Inj. Cholrampenicol 3x200 mg
, sesak napas (+), demam Inj. PCT 100mg 3x1 (sampai besok)
(+),muntah (-) , Batuk (+),
Nebulisasi NaCl 0,9% 3cc /8jam
pilek (+) mencret (-), ma/mi
(+) Ambroxol syr3x1/3cth
Cetirizin syr 3x1/2 cth
O : KU sedang
Apialis syr 2x1/2 cth
Kepala : PCH (+) minimal
Chest fisioterapi
Thorax : Retraksi (+) SDV Konsul Gizi
(+/+), Ronkhi (+/+), Wh (-/-)
Diet nasi lunak 600 kkal + susu
Ekstremitas : sianosis (-) 3x/hari
Follow Up 22 April 2017 Siang

Nadi 110x/m IVFD KAEN 1B 8 tpm makro


O2 nasal kanul 2lpm
R : 46x/m
Inj. Ampicillin 3x250 mg
Suhu : 38,5 C
Inj. Cholrampenicol 3x200 mg
, sesak napas (+), demam Inj. PCT 100mg 3x1 (sampai besok)
(+),muntah (-) , Batuk (+),
Nebulisasi NaCl 0,9% 3cc /8jam
pilek (+) mencret (-), ma/mi
(+) Ambroxol syr3x1/3cth
Cetirizin syr 3x1/2 cth
O : KU sedang
Apialis syr 2x1/2 cth
Kepala : PCH (+) minimal
Chest fisioterapi
Thorax : Retraksi (+) SDV Konsul Gizi
(+/+), Ronkhi (+/+), Wh (-/-)
Diet nasi lunak 600 kkal + susu
Ekstremitas : sianosis (-)) 3x/hari
Follow Up 23 April 2017 Pagi

Nadi 100x/m IVFD KAEN 1B 8 tpm makro


R : 38x/m O2 nasal kanul 2lpm
Suhu : 38,0 C Inj. Ampicillin 3x250 mg
, sesak napas (-), demam Inj. Cholrampenicol 3x200 mg
(+),muntah (-) , Batuk (+),
Inj. PCT 100mg 3x1
pilek (+) mencret (-), ma/mi
(+) Nebulisasi NaCl 0,9% 3cc /8jam
O : KU sedang Ambroxol syr3x1/3cth
Kepala : PCH (-) Cetirizin syr 3x1/2 cth
Thorax : Retraksi (-) SDV (+/+), Apialis syr 2x1/2 cth
Ronkhi (+/+), Wh (-/-) Chest fisioterapi
Ekstremitas : sianosis (-) Konsul Gizi
Diet nasi lunak 600 kkal + susu
3x/hari
Follow Up 23 April 2017 Siang

Nadi 98 x/m IIVFD KAEN 1B 8 tpm makro


O2 nasal kanul 2lpm aff
R : 32x/m
Inj. Ampicillin 3x250 mg
Suhu : 37, 7C
Inj. Cholrampenicol 3x200 mg
, sesak napas (-), demam Inj. PCT 100mg 3x1
(+),muntah (-) , Batuk (+),
Nebulisasi NaCl 0,9% 3cc /8jam
pilek (+) mencret (-), ma/mi
(+) Ambroxol syr3x1/3cth
Cetirizin syr 3x1/2 cth
O : KU sedang
Apialis syr 2x1/2 cth
Kepala : PCH (-)
Chest fisioterapi
Thorax : Retraksi (-) SDV (+/+), Konsul Gizi
Ronkhi (+/+), Wh (-/-)
Diet nasi lunak 600 kkal + susu
Ekstremitas : sianosis (-) 3x/hari
Follow Up 24 Jan 2017 Pagi

Nadi 110x/m IVFD KAEN 1B 8 tpm makro


O2 nasal kanul 2lpm aff
R : 28x/m
Inj. Ampicillin 3x250 mg
Suhu : 37, 4C
Inj. Cholrampenicol 3x200 mg
, sesak napas (-), demam Nebulisasi NaCl 0,9% 3cc /8jam
(+),muntah (-) , Batuk (+),
PCT syr 4x2/3cth
pilek (+) mencret (-), ma/mi
(+) Ambroxol syr3x1/3cth
Cetirizin syr 3x1/2 cth
O : KU sedang
Apialis syr 2x1/2 cth
Kepala : PCH (-)
Chest fisioterapi
Thorax : Retraksi (-) SDV (+/+), Konsul Gizi
Ronkhi (+/+), Wh (-/-)
Diet nasi lunak 600 kkal + susu
Ekstremitas : sianosis (-) 3x/hari
Follow Up 25 April 2017 Pagi

Nadi 110x/m IVFD KAEN 1B 8 tpm makro


R : 26x/m Inj. Ampicillin 3x250 mg
Inj. Cholrampenicol 3x200 mg
Suhu : 37, 4C
Nebulisasi NaCl 0,9% 3cc /8jam
, sesak napas (-), demam
(+),muntah (-) , Batuk (+), PCT syr 4x2/3cth
pilek (+) mencret (-), ma/mi Ambroxol syr3x1/3cth
(+) Cetirizin syr 3x1/2 cth
O : KU sedang Apialis syr 2x1/2 cth
Kepala : PCH (-) Chest fisioterapi
Thorax : Retraksi (-) SDV (+/+), Konsul Gizi
Ronkhi (+/+), Wh (-/-) Diet nasi lunak 600 kkal + susu
Ekstremitas : sianosis (-) 3x/hari
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru
dimana proses peradangannya ini menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi
di alveoli paru dan dapat pula melibatkan
bronkiolus terminal.
Patofisiologi

Faktor Penyebab
Bronchopneumonia masuk
kedalam saluran pernafasan.

Inflamasi Broncus dan Alveoli


dengan ditandai oleh
penumpukan sekret.

Bila penyebaran kuman sudah


mencapai alveolus maka komplikasi
yang terjadi adalah kolaps alveoli,
fibrosis, emfisema dan atelektasis.
ETIOLOGI
Patogen penyebab pneumonia pada anak
bervariasi tergantung :
Usia
Status imunologis
Status lingkungan
Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi
udara)
Status imunisasi
Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi).
Usia pasien merupakan peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan pneumonia anak,
terutama dalamspectrum etiologi, gambaran klinis
dan strategi pengobatan
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan lokasi lesi di 3. Berdasarkan mikroorganisme
paru penyebab
Pneumonia lobaris Pneumonia bakteri
Pneumonia lobularis (bronkopneumoni) Pneumonia virus
Pneumonia interstitialis Pneumonia mikoplasma
2. Berdasarkan asal infeksi Pneumonia jamur
Pneumonia yang didapat dari masyarkat 4. Berdasarkan karakteristik
(community acquired pneumonia = CAP) penyakit
Pneumonia yang didapat dari rumah sakit Pneumonia tipikal
(hospital-based pneumonia)
Pneumonia atipikal
5. Berdasarkan lama penyakit
Pneumonia akut
Pneumonia persisten
GEJALA KLINIS
Bronchopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi
saluran napas bagian atas selama beberapa hari.
Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39 400
C dan mungkin disertai kejang demam.
Anak megalami kegelisahan, kecemasan, dispnoe
pernapasan.
Kerusakan pernapasan diwujudkan dalam bentuk
napas cepat dan dangkal, pernapasan cuping
hidung, retraksi pada daerah supraclavikular,
ruang-ruang intercostal, sianosis sekitar mulut dan
hidung
Dapat disertai muntah dan diare.
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai
berikut :
Suhu tubuh 38,5o C
Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik,
interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping
hidung.
Takipneu berdasarkan WHO:
Usia < 2 bulan 60 x/menit
Usia 2-12 bulan 50 x/menit
Usia 1-5 tahun 40 x/menit
Usia 6-12 tahun 28 x/menit
Pada palpasi ditemukan fremitus vokal
menurun.
Pada perkusi lapangan paru redup pada
daerah paru yang terkena.
Pada auskultasi dapat terdengar suara
pernafasan menurun. Fine crackles (ronki
basah halus) yang khas pada anak besar
bisa tidak ditemukan pada bayi. Dan
kadang terdengar juga suara bronkial
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya
leukosit dalam batas normal. Pada pneumonia
bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara
15.000 40.000/mm3 dengan predominan PMN.

2. C-Reactive Protein (CRP)


Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik
untuk membedakan antara faktor infeksi dan
noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi
bakteri superfisialis dan profunda
3. Pemeriksaan Mikrobiologis
Diagnosis dikatakan definitif bila kuman ditemukan
dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.
4. Pemeriksaan serologis
Uji serologik untuk medeteksi antigen dan antibodi
pada infeksi bakteri mempunyai sensitivitas dan
spesifitas yang rendah.
5. Analisa gas darah( AGDA )
Menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik
6. Pemeriksaan Roentgenografi
Foto rontgen toraks proyeksi posterior-anterior
merupakan dasar diagnosis utama pneumonia.
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:
Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan
corakan bronkovaskular, peribronchial cuffing dan
overaeriation.
Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan
air bronchogram.
Bronkopneumoni ditandai dengan gambaran difus
merata pada kedua paru berupa bercak-bercak
infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer
paru disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman WHO :
Bayi dan anak berusia 2 bulan 5 tahun :
Pneumonia berat
Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan 50 x/menit, Usia 1-5 tahun
40 x/menit
Adanya retraksi
Sianosis
Anak tidak mau minum
Tingkat kesadaran yang menurun dan merintih (pada bayi)
Anak harus dirawat dan di terapi dengan antibiotik
Bayi berusia di bawah 2
Bulan :
Pneumonia
Pneumonia
Frekuensi pernafasan pada anak umur
2-12 bulan 50 x/menit, Usia 1-5 tahun Bila ada nafas cepat 60 x/menit atau
40 x/menit sesak nafas
Adanya retraksi Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Anak perlu di rawat dan berikan terapi
antibiotik Bukan pneumonia
Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
Tidak perlu dirawat, cukup diberikan
pengobatan simptomatik
PENATALAKSANAAN
Terapi Antibiotik
Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau
IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24
jam selama 72 jam pertama.
Bila anak memberi respons yang baik maka
diberikan selama 5 hari.
Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam,
atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapat
menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan
semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar,
sianosis, distres pernapasan
berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25
mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
Bila pasien datang dalam keadaan klinis
berat, segera berikan oksigen dan
pengobatan kombinasi ampilisin-
kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100
mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).
Bila anak tidak membaik dalam 48 jam,
maka bila memungkinkan buat foto dada
Terapi Oksigen
Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia
berat
Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai
panduan untuk terapi oksigen (berikan pada anak
dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen
yang cukup).
Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda
hipoksia (seperti tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam yang berat atau napas >
70/menit) tidak ditemukan lagi.
Perawatan penunjang
Bila anak disertai demam (> 390 C) yang
tampaknya menyebabkan distres, beri
parasetamol.
Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator
kerja cepat
Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang
tidak dapat dikeluarkan oleh anak, hilangkan
dengan alat pengisap secara perlahan.
Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan
rumatan sesuai umur anak hati-hati terhadap
kelebihan cairan/overhidrasi.
Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.
Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa
nasogastrik dan berikan cairan rumatan dalam
jumlah sedikit tetapi sering.
GIZI BURUK
DEFINISI

Keadaan dimana seseorang anak sangat kurus, ditandai


dengan BB/PB < - 3 SD dari median WHO child
growth standard atau didapatkan edema nutrisional dan
pada anak umur 5-59 bulan Lingkar Lengan Atas
(LLA) < 110 mm
Masalah Nutrisi di Indonesia

1. Malnutrisi Protein - Kalori


2. Anemia Defisiensi Besi
3. Defisiensi Yadium (GAKI)
4. Defisiensi Zinc
5. Defisiensi Vitamin A
6. Obesitas
Asupan gizi tidak adekuat disebabkan oleh :

Tidak tersedianya makanan secara adekuat

Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi


seimbang

Pola makan yang salah

Sering sakit
Klasifikasi Gizi Buruk Berdasarkan Gambaran Klinis
Marasmus

Gambaran klinis marasmus berasal dari masukan


kalori yang tidak cukup karena diet yang tidak
cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat
atau karena kelainan metabolik atau malformasi
kongenital.
Ciri dari marasmus menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004)
antara lain:

Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus


Perubahan mental
Kulit kering, dingin dan kendur
Rambut kering, tipis dan mudah rontok
Lemak subkutan menghilang sehingga
turgor kulit berkurang
Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas
Sering diare atau konstipasi
Kadang terdapat bradikardi
Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya Kadang frekuensi pernafasan
menurun
Kwashiorkor

Kwashiorkor merupakan sindroma klinis akibat dari


malnutrisi protein berat dan masukan kalori tidak cukup. Dari
kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan
atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi
kronis, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat
menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut
Ciri dari Kwashiorkor menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia
(2004) antara lain:

- Perubahan mental sampai apatis


- Sering dijumpai Edema
- Atrofi otot
- Gangguan sistem gastrointestinal
- Perubahan rambut dan kulit
- Pembesaran hati
- Anemia
kwashiorkor Marasmus
Gagal tumbuh + +
Edema + (kadang sangat -
sedikit)
Perubahan pada Selalu lebih jarang
rambut
Perubahan mental Sangat umum Luar biasa
Dermatosis, flaky- Sering Tidak pernah terjadi
paint
Nafsu makan kurang baik
Anemia Berat (kadang- (+) , jarang berat
kadang)
Lemak subkutan berkurang -
Wajah Edema Seperti orang tua
Infiltrasi lemak hati + -
10 Langkah penanganan gizi buruk
1. Hipoglikemia
2. Hipotermia
3. Dehidrasi
4. Koreksi Elektrolit
5. Infeksi
6. Koreksi Defisiensi Mikronutrien
7. Memulai Pemberian Makanan
8. Mengupayakan tumbuh Kejar
9. Stimulasi sensoris dan Dukungan Emosional
10. Persiapan Tindak Lanjut Pasca Perbaikan
*10 Langkah
1.Pengobatan/pencegahan hipoglikemia
Temp. < 36o C periksa KGD:
KGD < 50 mg/dl Bolus Glukosa 10% 50 ml/
Lrtn Sukrosa 10% peroral/NGT
Pencegahan: Segera pemberian makanan/ 2 jam

2.Pengobatan/pencegahan hipotermia
Temp. < 36o C
-Segera beri makanan cair/ formula khusus
- Hangatkan anak
Pencegahan: Hindari paparan langsung dengan udara
*10 Langkah

3. Pengobatan/pencegahan dehidrasi
Tidak menggunakan jalur IV kecuali Syok/renjatan
- Beri cairan Resomal ( Rehydration Sol. for
Malnutrition ) /pengganti 5 ml/kg BB setiap
30 mnt 2 jam peroral/NGT-----> 5-10 ml/kg BB
4-10 jam berikut. Beri formula khusus
Pencegahan:
- Teruskan pemberian formula khusus
- Resomal 50-100 ml setiap kali bab cair
- Teruskan pemberian ASI
*10 Langkah

4. Koreksi ganggguan keseimbangan elektrolit


- Kalium 2-4 mEq/kgBB/hari
( 150-300 mg KCL/kgBB/hari)
-Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari
( 7,5-15 mg MgCl2/kgBB/hari)

5. Pengobatan dan pencegahan infeksi


- Antibiotika spektrum luas
- Vaksinasi Campak
*10 Langkah
Antibiotika:
-Tanpa komplikasi: Kotromoksazol susp. Ped. 2x 5 ml
( 2,5 ml utk anak < 4 kg )
- Sakit berat/komplikasi (+):
Ampisilin 50 mg/kgBB/IM/IV/6 jam 2 hari,
dilanjutkan Amoksisilin 15 mg/kgBB/8 jam 5 hari
+ Gentamicin 7,5mg/kg BB/IM/IV sekali sehari 7
hari.
Bila kemajuan klinis (-) Kloramfenikol
25mg/kgBB/IM/IV/6 jam 5 hari
- Kuman spesifik OAT
- Malaria (+) anti malaria
*10 Langkah
6. Mulai Pemberian Makanan
Prinsip pemberian nutrisi pada fase stabilisasi:
- Porsi kecil tapi sering dgn formula rendah laktosa
dan hipo/isoosmolar
- Berikan secara oral/NGT
- Energi: 80-100 kal/kgBB/hari
- Protein: 1-1,5 g/kgBB/hari
- Cairan: 130 ml/kgBB/hari ( 100ml bila edema (+)
- ASI diberikan setelah pemberian formula

Formula khusus: F-WHO-75


*10 Langkah
7. Fasilitasi Tumbuh Kejar
Meliputi 2 fase: transisi & rehabilitasi
* Transisi: - Diberikan secara perlahan-lahan
- F-75/pengganti F-100/pengganti
* Rehabilitasi:
- Makanan/formula WHO (F-135) dgn jlh tdk
terbatas
- Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari
- Protein: 4-6 g/kgBB/hari
- Secara perlahan diperkenalkan makanan
keluarga
*10 Langkah

8. Koreksi Defisiensi Mikronutrien


Berikan setiap hari:
- Suplementasi multivitamin
- Asam folat 1 mg/hari ( 5mg pd hari I )
- Zn 2 mg/kgBB/hari
- Cu 0,2 mg/kgBB/hari
- Fe 3 mg/kgBB/hari atau SF 10 mg/kgBB/hari
- Vit.A : > 1 thn : 200.000 SI
6-12 bln: 100.000 SI
< 6 bln : 50.000 SI
*10 Langkah

9. Berikan Stimulasi Sensorik dan Dukungan


Emosional
Pada Penderita Gizi Buruk terdpt keterlambatan
mental dal perilaku:
Berikan:
- Kasih sayang
- Lingkungan yang ceria
-Terapi bermain terstruktur 15-20mnt/hr
- Keterlibatan ibu ( memberi makan, memandikan,
bermain,dsb )
*10 Langkah
10. Tindak Lanjut di Rumah
Anak sembuh: - Gejala klinis (-)
- BB/U: 80%

Peragakan pada orangtua:


- Pemberian makan yang sering dgn kandungan
energi dan nutrien padat
- Terapi bermain terstruktur
Kontrol:- Bln I : 1x/mgu
- Bln II : 1x/2mgu
- Bln III: 1x/bln
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Timbang BB setiap pagi sebelum makan

Hitung kenaikan BB dalam gram/kgBB/minggu

Bila kenaikan BB < 50 g/kgBB/minggu Bila kenaikan BB 50 g/kgBB/minggu

Kurang berhasil baik

infeksi Pemenuhan zat gizi kurang Masalah Teruskan pemberian


dan defisiensi zat gizi mikro psikologik makanan sesuai
dengan jadwal
Asupan zat gizi kurang Ada gangguan sal.cerna

Tindakan: Tindakan:
Gunakan formula rendah atau bebas laktosa & hipoosmolar
Modifikasi diet sesuai Contoh: - susu rendah laktosa
selera atau NGT - formula tempe dengan tepung-tepungan
TERIMA KASIH
THANKS YOU

Anda mungkin juga menyukai