Dr H Tatang Kartawan
2010-2011
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 1
2006
PENGANTAR
BEBERAPA PENGERTIAN
Etika (moral phylosophy) adalah bagian dari
filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai
kemanusiaan, yang mempelajari arti istilah
moral dan teori mengenai perilaku serta
kebaikan.
Filsafat (Gr: love of wisdom) adalah cabang
ilmu yang mencakup Metafisika (hakikat
kehidupan), Epistemologi (teori ilmu), Logika
(yang mempelajari inferens yang valid) dan
Etika (Gr: ethos, adat/kebiasaan, Lat: mores,
kelakuan lahir seseorang, Indonesia: etika,
kesusilaan).
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 2
2006
PENGANTAR
BEBERAPA PENGERTIAN
Pengertian Moral.
Secara etimologik istilah moral memiliki pengertian
serupa dengan etika, meskipun mereka berasal dari
bahasa yang berbeda.
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 7
2006
MORAL DAN HUKUM
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 8
2006
MORAL DAN HUKUM
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 9
2006
PERBANDINGAN ETIKA DAN HUKUM (1)
Persamaannya :
Berisi aturan, petunjuk,
keharusan dan larangan
Ada yang tertulis maupun yang
tidak tertulis
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 10
2006
PERBANDINGAN ETIKA DAN HUKUM (2)
PERBEDAANNYA
ETIKA HUKUM
KEDOKTERAN KEDOKTERAN
Terjadinya Tradisi yang Dibuat oleh Negara
diwariskan dari atau Institusi
generasi ke generasi Kenegaraan
Kepentingan Kelompok profesi Publik
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 11
2006
PERBEDAAN ETIKA DAN HUKUM (3)
PERBEDAANNYA
ETIKA HUKUM
KEDOKTERAN KEDOKTERAN
Lama berlakunya Relatif lebih lama Relatif berubah lebih
cepat
Sanksi Sanksi moral Sanksi hukum
Sanksi psikologis (pidana/perdata)
Sanksi sosial -> Hukum badan
Sanksi spiritual (kurungan, denda)
(Sanksi dijatuhkan -> Ganti rugi
oleh Kelompok -> Administratif (ijin
Profesi -> MKEK) dicabut) => dijatuh-
kan oleh MDTK
Prosedur Diajukan kepada Diajukan oleh yang
Pelanggaran Kelompok Profesi dirugikan atau oleh
MDTK dan juga MKEK
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 12
2006
PERMASALAHAN ETIKA KEDOKTERAN
DI INDONESIA
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 13
2006
PERMASALAHAN ETIKA KEDOKTERAN
DI INDONESIA
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 14
2006
Selanjutnya, ada tiga faktor penyebab yang
dapat mengembangkan Etika Kedokteran :
1. Penelitian.
2. Kemajuan Ilmu dan Teknologi Kedokteran.
3. Krisis moral yang mendasar dapat
merupakan dilema dalam mengambil
keputusan.
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 15
2006
Sesungguhnya permasalahan etika tidak berdiri
sendiri, diantaranya ada permasalahan :
1. Hubungan dokter-dokter.
2. Hubungan dokter-pasien.
3. Produser (pabrik) alat-alat kesehatan.
4. Hukum atau Peraturan tentang Kesehatan
yang sangat ketat yang membuat para
dokter ragu-ragu untuk bertindak.
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 16
2006
Menyelamatkan Jiwa adalah perilaku
etika yang baik, namun kualita hidup
mana yang harus diselamatkan?
Hidup yang berkuatitas, sudah tentu,
membutuhkan biaya tinggi; lalu
bagaimana selanjutnya?
Pertimbangan-pertimbangan ini bisa
membawa para dokter menuju konflik
diantara mereka sendiri.
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 17
2006
Permasalahan lain yang tidak kalah pentingnya
adalah sbb :
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 20
2006
HIPPOCRATES (3)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 26
2006
THE HIPPOCRATIC OATH (5)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 27
2006
HIPPOCRATIC OATH (6)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 33
2006
SUMPAH HIPPOCRATES (6)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 34
2006
SUMPAH DOKTER
DECLARATION OF GENEVA (1)
(Adopted by the General Assembly of the World Medical
Association at Geneva Swizerland, September 1948)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 37
2006
DECLARATION OF GENEVA
1948 (4)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 38
2006
SUMPAH DOKTER
DECLARATION OF GENEVA (1)
(Adopted by the 2nd GA of the WMA Geneva Switzerland Sep 1948)
(And amended by the 22nd WMA GA Sydney Australia Aug 1968
and the 35th WMA GA Venice Italy Oct 1983
and the 46th WMA GA Stockholm Sweden Sep 1994)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 39
2006
SUMPAH DOKTER
DECLARATION OF GENEVA (2)
(Adopted by the 2nd GA of the WMA Geneva Switzerland Sep 1948)
(And amended by the 22nd WMA GA Sydney Australia Aug 1968
and the 35th WMA GA Venice Italy Oct 1983
and the 46th WMA GA Stockholm Sweden Sep 1994)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 40
2006
DECLARATION OF GENEVA 1994 (3)
The health of my patient will be my first
consideration
I will respect the secret which are
confided in me, even after the patient
has died
I will maintain by all the means in my
power the honor and the noble traditions
of the medical profession
My colleagues will be my sisters and
brothers ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 41
2006
DECLARATION OF GENEVA 1994 (4)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 42
2006
DECLARATION OF GENEVA 1994 (5)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 43
2006
SUMPAH DOKTER
LAFAL SUMPAH DOKTER
HASIL MUKTAMAR IDI XXIV 2000
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 48
2006
KODE ETIK KEDOKTERAN
1. Sejarah dan Latar Belakang
2. Basic Principles of Medical Ethics (Stanford,
1994)
3. Asas Etik Kedokteran (Universal)
4. Falsafah Etik Kedokteran
5. Ethics Quote
6. Sifat dasar seorang dokter yang baik dan
bijaksana
7. Principles of Medical Ethics (AMA, 2001)
8. Kode Etik Kedokteran Indonesia (MKEK IDI,
2001)
9. MKEK dan wewenangnya
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN
2006
49
SEJARAH SINGKAT
Kode Etik tetua dalam praktik kedokteran dipublikasikan
bangsa Mesopotamia (Babylonian) sekitar 2500 sM.
Kode Etik Hammurabi mengatur perilaku, misalnya : peraturan
tentang perilaku yang diharuskan bagi profesi dokter.
Sumpah Hippocrates yang menyatakan tentang perilaku
dokter diterima oleh semua dokter di dunia.
Sumpah ini berlaku sejak zaman keemasan Yunani Kuno
sekitar abad ke-5 sM.
Sumpah Hippocrates melindungi hak-hak pasien dan
membangkitkan perasaan mulia serta suci seorang dokter
tanpa perlu diberi sanksi atau hukuman.
Kontribusi terbesar terhadap Etika Kedokteran dalam sejarah
sejak Hippocrates adalah seorang filsuf Inggris bernama
Thomas Percival yang mempublikasikan Kode Etik
Kedokteran pada tahun 1803.
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 50
2006
Kode Etik Kedokteran Indonesia pertama dirumuskan dalam
Musyawarah Kerja Susila Kedokteran di Jakarta tahun1969.
Sumber acuannya berasal dari The International Medical Ethic
Code (Kode ini kemudian disempurnakan pada tahun 1968
dalam The 22th Congress of The World Association of
Doctors).
Kode Etik Kedokteran Indonesia juga mengalami modifikasi
dalam Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran Ke-2 di
Jakarta pada tahun 1983, yang kemudian diangkat oleh
Pemerintah dengan mengeluarkan Keputusan Menkes RI
No.434/Menkes/SK/1983 tertanggal 20 Oktober 1983.
Dalam Musyawarah IDI tahun 2000 di Malang diadakan banyak
perubahan (revisi) beberapa kali, dan pada revisi terakhir
diterbitkan Kode Etik Kedokteran Indonesia beserta Peraturan
Pelaksanaannya tahun 2001 oleh MKEK IDI, yang dipakai
semua dokter di Indonesia sampai sekarang.
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 51
2006
TANTANGAN YANG DIHADAPI
ETIKA KEDOKTERAN INDONESIA
Pola pikir manusia selalu berubah dari tahun ke tahun.
Kemajuan di bidang Ilmu dan Teknologi untuk meningkatkan
kualita hidup manusia mempengaruhi perkembangan Ilmu dan
Profesi Kedokteran.
Hal tersebut juga mempengaruhi perkembangan berbagai
masalah termasuk biaya pelayanan medik yang tinggi.
Perubahan dalam Sistem Nilai Sosial yang dianggap biasa
pada masa-masa lalu menjadi tidak biasa pada saat ini.
Masyarakat kini menjadi lebih kritis yang menuntut para dokter
dan pusat-pusat kesehatan memberikan pelayanan lebih baik,
disamping adanya suatu kenyataan bahwa dokter masa kini
dapat dituntut di pengadilan.
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 52
2006
Mengantisipasi tuntutan yang tidak diinginkan, profesi
medis memerlukan petunjuk tentang sikap dan
perilaku para dokter. Petunjuk inilah yang kemudian
dikenal sebagai Kode Etik Kedokteran.
Dalam mengamalkan etika kedokteran setiap dokter
membutuhkan pendidikan agama termasuk ahlak
serta moral yang baik dalam berinteraksi dengan
sesama manusia.
Yang paling penting tentunya adalah pemahaman
sepenuhnya tentang kode etik. Melalui tuntunan kode
etik, diharapkan seorang dokter melaksanakan
profesinya dengan baik yang pada gilirannya
kemuliaan serta kehormatan profesi dapat
ditegakkan dan dipelihara.
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 53
2006
KODE ETIK KEDOKTERAN
LATAR BELAKANG (1)
Abad XXV sM Kode Etik pertama di Babylonia
Abad V sM Sumpah Hippopcrates
Abad XI M kembali ke Sumpah Hippocrates
Nurenberg Code 1948
International Code of Medical Ethics :
-> WMA 3rd London (England) Oct 1949
-> WMA 22nd Sydney Aug 1968
KODEKI SK Menkes No 434/1983 Okt 1983
KODEKI dan Pedoman Pelaksanaannya MKEK IDI
tahun 2001 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN
2006
54
KODE ETIK KEDOKTERAN
LATAR BELAKANG (2)
Beberapa Deklarasi untuk menyempurnakan permasalahan
Etik :
1. Deklarasi Helsinki (1964) tentang Penelitian dengan Subyek
Manusia.
2. Deklarasi Sydney (1968) dan Venice (1983) tentang Kriteria
Mati dan Penyakit Terminal dikaitkan dengan Transplantasi
Organ.
3. Deklarasi Oslo (1970) tentang Pengguguran Kandungan.
4. Deklarasi Munich (1973) tentang Penerapan Teknologi
Administrasi.
5. Deklarasi Tokyo (1975) tentang Penggunaan Obat Terlarang.
6. Deklarasi Brussel (1985) tentang Bayi Tabung.
7. Deklarasi Madrid (1989) tentang Euthanasia dan Rekayasa
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 55
Genetik. 2006
INTERNATIONAL MEDICAL ETHICS
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 57
2006
Nurenberg Code (1947)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 59
2006
International Code of
Medical Ethics 1949
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 60
2006
The Helsinki Declaration
(WMA 1964).
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 61
2006
The Sidney Declaration
(World Medical Association, 1968)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 63
2006
The Tokyo Declaration (1975)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 64
2006
The Belmont Report (1978)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 65
2006
The Lisbon Declaration on Patients Rights
(WMA,1981)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 66
2006
The Declaration on Medical Doctor
Independence and The Profession Freedom
(WMA, 1986)
Terjadi karena :
Perubahan sosio-kultural masyarakat.
Kemajuan Ilmu dan Teknologi
Kedokteran.
Perubahan Hubungan Dokter-Pasien (ada
pihak ketiga).
Kompleksitas masalah kesehatan.
Kompleksitas masalah Moral.
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 70
2006
PRINSIP DASAR ETIKA KEDOKTERAN
(Stanford University Medical Center,
Committee on Ethics, 1994)
1. Preserve life
2. Alleviate suffering
3. Do no harm
4. Tell the truth
5. Respect the patients autonomy
6. Deal justly with patients
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 71
2006
ASAS ETIK KEDOKTERAN (UNIVERSAL)
ATAU KAIDAH DASAR BIO-ETIKA/MORAL
(KDB ATAU KDM)
Asas menghormati otonomi pasien (Principle of
Respect of the Autonomy).
Asas perilaku beramal dan berbudi luhur
(Principle of Beneficence).
Asas Keadilan (Principle of Justice).
Asas tidak menyakiti atau merugikan
(Principle of Non-maleficence, Primum non
Nocere).
Asas kejujuran (Principle of Veracity).
Asas kerahasiaan(Principle of Confidentiality)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 72
2006
KAIDAH DASAR BIO-ETIKA 73
KRITERIA ADA TIDAK
ADA
1.Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih,
rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
7. Pembatasan goalbase
4. Menghargai privacy
Dr H Tatang Kartawan
2010-2011
1. Medical Indication.
2. Patient pereferences.
3. Quality of life.
4. Contextual Features.
No Kriteria Keadaan
1. What is the patients medical problem?, history?,
diagnosis?, prognosis?
No Kriteria Keadaan
1. What are the prospects, with or without treatment, for a
return to normal life?
2. What physical, mental, and social deficits is the patient
likely to experience if treatment succeeds?
3. Are there biases that might prejudice the providers
evaluation of the patients quality of life?
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 91
2006
ETHICS QUOTE (1)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 92
2006
ETHICS QUOTE (2)
ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 94
2006
PRINCIPLES OF MEDICAL ETHICS (1)
(AMERICAN MEDICAL ASSOCIATION, 2001)
MUKADIMAH
Sejarah Kedokteran
Falfafah
Prinsip-prinsip
Komitmen profesi
Tentang perlakuan
Tidak boleh mengambil alih
pasien dari teman sejawat