Anda di halaman 1dari 13

Toleransi Dalam Islam

Islam secara bahasa dimaknai tunduk, patuh dan


pasrah, keselamatan, keamanan dan kedamaian.
Berdasarkan makna tersebut, sebagai seorang
muslim dalam konteks berkehidupan adalah pemberi
keselamatan, menciptakan kerukunan dan pemberi
rasa aman bagi yang lain.

Agama Islam adalah agama yang sangat


menjunjung tinggi keadilan. Kedalian bagi siapa saja,
yaitu menempatkan sesuatu sesuai tempatnya dan
memberikan hak sesuai dengan haknya. Begitu juga
dengan toleransi dalam beragama. Agama Islam
melarang keras berbuat zalim dengan agama selain
Islam dengan merampas hak-hak mereka.
Allah swt berfirman:








)8(








Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan
berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir
kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah
hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu
orang-orang yang memerangimu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang
lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan
mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim. (QS. Al Mumtahanah: 8-9)
Lantas
Bagaimana
Bentuk Toleransi
Dalam Islam ?
Satu
Berbuat Baik Kepada Siapapun
Termasuk Non Muslim
Imam Mujahid berkata: Saya pernah berada di sisi Abdullah bin Amru sedangkan
pembantunya sedang memotong kambing. Dia lalu berkata,
Wahai pembantu! Jika anda telah selesai (menyembelihnya), maka bagilah
dengan memulai dari tetangga Yahudi kita terlebih dahulu.
Lalu ada salah seorang yang berkata,
(kenapa engkau memberikannya) kepada Yahudi? Semoga Allah memperbaiki
kondisimu.
Abdullah bin Amru lalu berkata,
Saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berwasiat terhadap
tetangga sampai kami khawatir kalau beliau akan menetapkan hak waris
kepadanya. [2]
Dua
Menjalin Hubungan Kerabat Pada Orang
Tua Atau Saudara Non Muslim
Allahu swt berfirman :

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan


dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (QS. Luqman: 15)
Catatan: selama mereka tdk menyuruh berbuat syirik/ maksiat
Tiga
Adil Dalam Hukum dan Peradilan
Terhadap Non Muslim

Contohnya ketika Umar bin Khattab radhiallahuanhu membebaskan


dan menaklukkan Yerussalem Palestina. Beliau menjamin warganya agar
tetap bebas memeluk agama dan membawa salib mereka. Umar tidak
memaksakan mereka memluk Islam dan menghalangi mereka untuk
beribadah, asalkan mereka tetap membayar pajak kepada pemerintah
Muslim. Berbeda ketika bangsa dan agama lain mengusai, maka
mereka melakukan pembantaian.
Umar bin Khattab juga memberikan kebebasan dan memberikan hak-
hak hukum dan perlindungan kepada penduduk Yerussalem walaupun
mereka non-muslim
Empat
Dilarang Membunuh Non Muslim Kecuali
Mereka Memerangi Kaum Muslimin

Nabi Saw bersabda:

























Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi,
maka dia tidak akan mencium bau surga.
Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium
dari perjalanan empat puluh tahun.
Bentuk Toleransi
Agama Yang Salah
Prinsip toleransi yang ditawarkan Islam dan ditawarkan
sebagian kaum muslimin sungguh sangat jauh berbeda.
Sebagian orang yang disebut ulama mengajak umat
untuk turut serta dan berucap selamat pada perayaan
non muslim. Namun Islam tidaklah mengajarkan
demikian. Prinsip toleransi yang diajarkan Islam adalah
membiarkan umat lain untuk beribadah dan berhari raya
tanpa mengusik mereka.

Kesalahan memahami arti toleransi dapat


mengakibatkan talbisul haq bil batil, mencampur
adukan antara hak dan batil, suatu sikap yang sangat
terlarang dilakukan seorang muslim, seperti halnya nikah
antar agama yang dijadikan alasan adalah toleransi,
padahal itu merupakan sikap sinkretis yang dilarang oleh
Islam. Harus kita bedakan antara sikap toleran dengan
sinkretisme. Sinkretisme adalah membenarkan semua
keyakinan/agama. Hal ini dilarang oleh Islam karena
termasuk syirik.
Toleransi berlebihan ini, ternyata sudah ada ajakannya
sejak Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
Suatu ketika, beberapa orang kafir Quraisy yaitu Al
Walid bin Mughirah dan teman temannya menemui
Nabi shallallahu alaihi wa sallam, mereka menawarkan
toleransi kebablasan kepada beliau, mereka berkata:
Wahai Muhammad, bagaimana jika kami beribadah
kepada Tuhanmu dan kalian (muslim) juga beribadah
kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala
permasalahan agama kita. Apabila ada sebagaian
dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami)
dari tuntunan agama kami, maka kami akan amalkan
hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang
lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus
mengamalkannya.
Maka turunlah surat Al Kafirun
. .

. . .




Katakanlah (wahai Muhammad kepada
orang-orang kafir), Hai orang-orang yang
kafir, aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah
Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmulah agamamu dan untukkulah
agamaku. (QS. Al-Kafirun: 1-6)
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang
shahih dari Umar bin Al Khottob radhiyallahu anhu,
ia berkata,


Janganlah kalian masuk pada non muslim di
gereja-gereja mereka saat perayaan mereka.
Karena saat itu sedang turun murka Allah.

Umar RA berkata:

Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka

Anda mungkin juga menyukai