Anda di halaman 1dari 44

Skizofrenia & Gangguan Yang terkait

(F20-F29)
Dr.DAVID SANTOSO T. SpKJ ,.MARS

I. Pendahuluan & Sejarah


Istilah Skizofrenia berasal dari bahasa Jerman, yaitu
Schizo (= Perpecahan / Split) dan Phrenos (= Mind).
Pada skizofrenia terjadi suatu perpecahan pikiran,
perilaku dan perasaan.
- Emil Kraepelin (1856 - 1926) Demensia Prekoks
Eugen Bleuler (1857- 1939 ) Skizofrenia
ada 4 gejala fundamental (primer) untuk skizofrenia, yaitu :
1. Asosiasi terganggu
2. Afektif terganggu
3. Autisme
4. Ambivalensi
Gejala sekunder untuk skizofrenia menurut Blueler
adalah waham dan halusinasi
Gabriel Langfeldt
Membagi gejala psikotik menjadi 2 kelompok :
1. True Schizopherenia (Nuclear Schizo/Non remisi
skizofrenia/ skizofrenia proses)
2. Psikosis Skizofreniform (schizofrenic like psychosis)
II Epidemiologi
1. Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi
di dunia (rata-rata 0,85%)
2. Angka insidens skizofrenia adalah 1 per 10.000 orang per
tahun
3. Prevalensi skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, ras dan
budaya adalah sama. Wanita cenderung mengalami gejala
yang lebih ringan, lebih sedikit rawat inap dan fungsi sosial
yang lebih baik di komunitas di bandingkan laki-laki
4. Onset skizofrenia pada laki-laki terjadi lebih awal
dibandingkan pada wanita
5. Onset puncak pada laki-laki terjadi pada usia 15-25 tahun
sedangkan pada wanita terjadi pada usia 25-35 tahun
6. skizofrenia jarang terjadi pada penderita berusia kurang
dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun
7. pengobatan skizofrenia pada penderita yang berusia antara
15-55 tahun kira-kira hanya sebanyak 90%
8. Individu yang didiagnosis dengan skizofrenia 60-70% tidak
pernah menikah
9. penderita skizofrenia 25-50% berusaha untuk bunuh diri dan
10%nya berhasil melakukan bunuh diri
III. Batasan
Skizofrenia menurut PPDGJ III yang bersumber pada ICD
X, yaitu sekelompok gangguan psikosis yang fungsional yang
ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan
khas, afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih
dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian.
Patogenesis
Penyebab gangguan Skizofrenia belum diketahui
dengan pasti. Ada beberapa teori penyebab yang
terjadi berkembang bersama penelitian selama ini :
A. Teori Somatogenik :
susunan saraf pusat : diduga kelainan susunan saraf
pusat dapat menyebabkan gangguan
neurotransmiter (Dopamin) pada tempat tertentu
di otak, misalnya pelebaran ventrikel lateral dan
ventrikel III, gangguan pada perkembangan neuron
awal dan perubahan metabolisme serebral.
B. Teori Psikogenik :
1. E. Bleuler : Jiwa yang terpecah belah atau disharmoni
2. Stres psikologik :
- persaingan antara saudara kandung
- hubungan yang kurang baik dalam keluarga, pekerjaan
dan masyarakat; expressed emotion yang tinggi dalam
keluarga
C. Teori Sosiogenik :
keadaan sosial ekonomi, pengaruh keagamaan, nilai-nilai
moral, bulan kelahiran (berhubungan dengan musim di negara
barat, infeksi prenatal), industrialisasi, perbedaan kultur, dll
Gejala Klinis
Tidak ada gejala-gejala yang patognomonis, tetapi dalam praktek untuk
kepentingan diagnosis ada beberapa kelompok gejala, yaitu berupa gangguan :
1.Berbahasa dan komunikasi: asosiasi longgar,sirkumstansial,tangensial,kemiskinan
isi pembicaraaan,neologisme,inkoheren.
2.Isi pikiran: tidak logis,distorsi pikiran dan persepsi,berbagai macam delusi /
waham.
3.Persepsi : halusinasi perintah serta berbagai macam halusinasi,ilusi.
4.Afek: tidak serasi,labil,tumpul,dll.
5.Sense of self: tidak tahu siapa dirinya,ragu-ragu dan bimbang tentang
identitasnya.
6.Kemauan(volition): inisiatif,aktivitas yang bertujuan, dorongan dan interest yang
kurang,tidak mampu menyelesaikan aktivitas,ambivalensi.
7.Hubungan dengan dunia luar: menarik diri dari dunia luar ke dalam egosentrik
dan fantasi / ide yang tak logis , autistik.
8. Perilaku motorik : motorik spontan berkurang (stupor katatonik),fleksibilitas
serea,katapleksi,gerakan monoton dan konstan,agresif (katatonia agitasi).
Pemerisaan dan Diagnosis
Pemeriksaan secara umum adalah :
Kunjungan rumah/tempat kerja / sekolah : untuk
memperoleh data tambahan guna membantu menegakkan
diagnosis.
Diagnosis di buat atas dasar gejala klinis yang
memenuhi batasan kriteria diagnosis Skizofrenia dalam
PPDGJ III :
1. Harus ada sedikitnya satu gejala yang jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu
kurang tajam atau kurang jelas ) :
a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam gejala-gejala kepala (tidak keras) dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda.
- thougth insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk dalam pikirannya itu diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya.
- thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
sesuatu kekuatan tertentu dari luar, atau
- delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
sesuatu kekuatan tertentu dari luar, atau
- delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar, atau
- delusion of perception = pengalaman indera yang tak wajar,yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c. Halusinasi auditorik :
- halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien atau
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di
antara berbagai suara yang berbicara),
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d. Waham-waham menetapkan jenis lain, yang menuju
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa.
2. Paling sedikit dua gejala di bawah ini harus selalu ada secara jelas

a) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai


baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus menerus,
b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme
c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu
atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor,
d) gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, jarang bicara, respons
emosional yang tumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial ,
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neroleptika.
3. Gejala-gejala tersebut si atas harus selalu ada secara
jelas selama kurun waktu satu bulan lebih (tidak berlaku
untuk setiap fase non-psikotik prodromal)
4. Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku
perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut
dalam diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.
Dapat dibedakan beberapa tipe Skizofrenia . Diagnosis dari
suatu tipe di lakukan berdasarkan gambaran klinik yang
menonjol. Jenis-jenis tersebut adalah :

1. Skizofrenia Paranoid 6. Skizofrenia Residual


2. Skizofrenia Hebefrenik 7. Skizofrenia Simpleks
3. Skizofrenia Katatonik 8. Skizofrenia lainnya
4. Skizofrenia Tak terinci 9. Skizofrenia yg tak tergolongkan
5. Depresi Pasca- Skizofrenia
Diagnosis Banding
1. Gangguan mental organik
2. Gangguan Mental dan Perilaku akibat penggunaan zat
psikoaktif
3. Gangguan Afektif Berat
4. Gangguan Obsesif-Kompulsif, gangguan
Somatoform:gangguan hipokondrik
5. Retardasi Mental
Penyulit
1. Bunuh diri/melukai diri/mutilasi
2. Membunuh orang lain/melukai orang lain.
3. Menelantarkan diri
Penatalaksanaan
Dasar pengobatan secara holistik, yaitu :
1. Somatoterapi :
perbaiki keadaan umum
pemberian anti psikotik dan monitoring efek sampai
obat seperti tabel berikut :
a. Neuroleptik tipikal (konvensional)

Neuroleptik Dosis Dosis rata-rata Sedasi EPS Anti Hipotensi


Tipikal ekivalen (mg/hari) (ekstrapira kolinergik Ortostatik
(mg) midal)

Chlorpromazine 100 200-800 +++ ++ ++ ++


Thioridazine 100 150-800 +++ + +++ +++
Perphenazine 10 8-64 + +++ + +
Flupenazine HCL 2 0.5-40 + +++ + +
Trifluoperazine 5 2-40 + +++ + +
Haloperidol 2 2-20 + +++ + +
b. Neuroleptik atipikal

Neuroleptik Dosis rata-rata Sedasi EPS Anti Hipotensi


Tipikal (mg/hari) kolinergik Ortostatik

Risperidone 1-6 + -/+ -/+ +


Clozapine 300-900 +++ -/+ +++ +++
Quetiapine 150-600 + -/+ -/+ +
Olanzapine 5-20 + -/+ -/+ +

c. Terapi Elektrokonvulsi kalau perlu (gaduh-gelisah atau stupor yang berat)


2. Psikoterapi :
untuk memperkuat fungsi ego dengan cara psikoterapi suportif
Agar penderita dapat bersosialisasi

3. Manipulasi lingkungan dilakukan agar lingkungan dapat :


Memahami dan menerima keadaan penderita
Membimbing pasien dalam kehidupan sehari-hari, memberi
kesibukan atau pekerjaan
Mengawasi minum obat secara teratur dan terus menerus serta
membawa pasien untuk pemeriksaan ulang

Kesembuhan pasien skizofrenia dapat berupa :


1. Kesembuhan total : mungkin sembuh seterusnya, mungkin kambuh 1-2
kali
2. Kesembuhan sosial
3. Keadaan kronis yang stabil
4. Terjadi deteriorasi
Prognosis
secara umum prognosis skizofrenia bergantung pada : usia pertama
kali timbul (onset); mula timbulnya akut atau kronik ; tipe/jenis
skizofrenia; cepat, tepat serta teraturnya pengobatan; ada atau tidak
ada faktor keturunan; ada atau tidak ada faktor pencetus;
kepribadian pre-psikotik; keadaan sosio-ekonomi; jenis kelamin;
status perkawinan; gejala positif/negatif.
GANGGUAN WAHAM MENETAP
BATASAN

Gangguan waham menetap ialah gangguan psikotif fungsional


dengan gejala utama adanya waham yang berlangsung lama sebagai
satu-satunya gejala klinis yang khas atau menonjol, tetapi tidak
dapat digolongkan sebagai gangguan mental organik, skizofrenia,
gangguan afektif atau gangguan jiwa yang lain.
Penyebab dan Psikodinamika
Penyebab gangguan waham belum di ketahui dengan pasti.
Berbagai teori yang berusaha menjelaskan terjadinya gangguan
waham, anatara lain :
1. Teori psikogenik Sigmund Freud : gangguan waham timbul karena
digunakannya mekanisme pembelaan ego jenis proyeksi, denial
dan reaction formation
2. Teori sosiologik Cammeron : akibat tujuan situasi lingkungan yang
mendorong timbulnya ganguan waham, yaitu iri hati, cemburu,
curiga, terisolasi, kurang dihargai, situasi sadis dan situasi baru.
Gejala Klinis
Gejala utama adalah waham yang menonjol; dan tidak bizarre,
artinya waham tentang situasi yang dapat terjadi pada kehidupan
nyata dan dikembangkan secara logis dan sistematis. Respons emosi
dan perilaku individu dengan gangguan ini sangat serasi dengan
wahamnya. Dapat ada halusinasi tetapi tidak menonjol.
Jenis waham dapat berupa; tipe erotomanic = waham
dicintai; tipe grandios = waham kebesaran; tipe jealous = waham
cemburu(waham ketidaksetiaan/infidelity disebut conjugal
paranoia;waham cemburu terhadap pasangan disebut othello
syndrome; tipe presekutori = waham dianiaya, disiksa; tipe somatik =
monosymptomatic hypochondriacal psychosis; tipe campuran : bila
mempunyai tema waham 2 atau lebih atau tipe tidak spesifik (tipe
waham bukan salah satu di atas)
Pemeriksaan dan Diagnosis
Anamnesis : autoanamnesis dan heteroanamnesis

Pemeriksaan fisik : pemeriksaan internistik, neurologik dan


laboratorium : urine toksikologi, test lain yang diperlukan, test
psikologi, MMPI

Kunjungan rumah, sekolah atau tempat kerja


Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria diagnosis gangguan waham
menetap (F22.-) menurut PPDGJ III sebagai berikut :
Waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang
paling mencolok.
Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang
lengkap (F32) mungkin terjadi secara intermitten dengan syarat
waham-waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat
gangguan afektif
Tidak ada penyakit organik/otak
Tidak ada halusinasi auditorik atau hany a kadang-kadang saja ada
dan bersifat sementara
Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia. Termasuk di sini
paranoia, psikosis paranoid, keadaan paranoid, parafrenia
Diagnosis Banding
1. Gangguan Kepribadian Paranoid (F60.0)

2. Gangguan Skizofrenia Paranoid (F20.0)

3. Gangguan Psikotik Akut lainnya dengan predominan waham


(F23.3)

4. Gangguan Mental Organik (F00-F09)

5. Gangguan Waham Induksi (F24)


Penyulit
Hendaya fungsi keluarga dan fungsi pekerjaan akibat
gangguan fungsi sosial
Membahayakan diri sendiri (bunuh diri)
Penatalaksanaan
Perawatan dilakukan secara holistik yaitu
somatoterapi, psikoterapi dan manipulasi lingkungan.
Rawat inap diperlukan bila potensial berbahaya atau
agresif, ada ide atau rencana bunuh diri.
1. Somatoterapi: Perbaiki KU,obat antipsikotik.
2. Psikoterapi:Psikoterapi suportif & intervensi kognitif
behavior.
3. Manipulasi lingkungan:Bimbing keluarga bgm mereka
hrs bersikap.
Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Batasan

Gangguan Psikotik Akut dan Sementara adalah suatu


perubahan dari keadaan tanpa gejala psikotik ke keadaan psikosis yang
jelas abnormal dalam periode 2 minggu kurang tanpa diketahui untuk
berapa lama gangguan ini akan berlangsung. Pembatasan waktu,
biasanya dalam waktu 1-3 bulan dapat terjadi remisi sempurna dan
hanya sebagian kecil yang berkembang menetap menjadi gangguan
lain.
Etiologi
Sebagian gangguan Psikotik Akut timbul tanpa stres. Sebagian
lain disebabkan oleh stres. Stres akut yang terjadi dikaitkan dengan
kejadian atau lebih yang dianggap menekan bagi kebanyakan orang
dalam situasi dan lingkungan budaya yang sama.

Kesulitan yang berkepanjangan tidak dimasukkan sebagai


sumber stres tidak ada penyebab organik seperti Trauma kapitis,
Delirium, Demensia serta Intoksikasi obat atau alkohol.
Gejala Klinis
Ada/tidak ada :
1. Gejala polimorfik yaitu gejala yang beraneka ragam dan
berubah cepat seperti waham halusinasi, gejala emosi
yang bervariasi dan berubah-ubah dari hari ke hari atau
jam ke jam
2. Gejala Skizofrenik yang khas (lihat Skizofrenia)
Pemeriksaan dan Diagnosis
Melalui autoanamnesis, heteroanamnesis, pemeriksaan fisik
dan mental, didapatkan Gangguan Psikotik bukan berasal dari
penyebab organik dengan tambahan ciri utama yang menentukan
setiap jenis gangguan ini.

Kriteria diagnosis Gangguan Psikotik Akut dan Sementara (F23)


menurut Pedoman.

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ-


III) adalah:
Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan prioritas yang
diberikan untuk ciri-ciri terpilih dari gangguan ini.
a). Onset akut, dalam masa 2 minggu atau kurang gejala-gejala Psikotik
menjadi nyata dan mengganggu beberapa aspek kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari; tidak termasuk periode prodromal yang
gejalanya sering tidak jelas sebagai ciri khas yang menentukan
seluruh gangguan dalam kelompok ini.
b). Sindrom yang khas; polimorfik;(beraneka ragam dan berubah
cepat) atau schizopherenia-like (gejala skizofrenik yang khas)
c). Tidak selalu ada stres akut berkaitan, sehingga gangguan ini
dicirikan oleh penyerta stres akut dan tanpa penyerta stres
akut. Kesulitan atau problem berkepanjangan tidak boleh
dimasukkan sebagai sumber stres dalam konteks ini.
d). Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung
Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria
episode manik atau Episode depresif, walaupun perubahan
emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari
waktu ke waktu
Tidak ada penyebab organik (sesudah dijelaskan di depan)
Jenis-jenis dalam gangguan PsikotikAkut dan Sementara adalah :
1. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia
2. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia
3. Gangguan Psikotik lir-Skizofrenia Akut
4. Gangguan Psikotik Lainnya dengan Predominan waham
5. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya
6. Gangguan Psikotik Akut dan sementara Yang Tak Ditentukan
Diagnosis Banding
1. Gangguan Afektif episode mania
2. Gangguan Afektif episode depresi
3. Skizofrenia
4. Gangguan Waham
Penyulit
Gangguan psikotik akut dan sementara sebagian berkembang
menjadi menetap , sebagian sembuh sempurna.
Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

Menetap sembuh sempurna


Beberapa hari/minggu/2-3 bulan

1. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut


dengan Gejala Skizofrenia menetap > 1 bulan
Skizofrenia
2) gangguan Psikotik Akut Tanpa Gejala Skizofrenia
dengan gejala menetap > 3bulan Gangguan Waham Menetap atau
Gangguan Psikotik Non Organik Lain
3) Gangguan Psikotik lir Skizofrenia Akut dengan gejala Skizofrenia
menetap>1bulan Skizofrenia
4) Gangguan Psikotik lainnya dengan Predominan Waham
a. Gejala waham menetap > 3bulan gangguan waham menetap
b. Gejala halusinasi menetap > 3 bulan Psikotik Non Organik lainnya.
PENATALAKSANAAN
1. Masuk Rumah Sakit
2. Farmakoterapi
a. Pengobatan dengan neuroleptika sama halnya dengan
Skizofrenia (lihat Skizofrenia). Dipertimbangkan apa memang
diperlukan terapi lanjut.(maintenance therapy) atau tidak.
Pengobatan di hentikan apabila pasien sembuh kembali
premorbid.
b. Tambahan benzodiazepine seperti lorazepam dapat
mengurangi jumlah dosis neuroleptik dan mengurangi risiko
efek samping obat neuroleptika seperti parkinsonisme dan
diskinesia tarda. Pemakaian benzodiazepine dianjurkan selama
2-3minggu. Tidak dianjurkan jangka lama.
3. Psikoterapi
Membantu pasien mengatasi krisis/konfliknya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai