Sistem Saraf Pusat
Sistem Saraf Pusat
Interaksi obat-obat
sistem syaraf pusat
Obat-obat Antiepilepsi
Epilepsi adalah gangguan neurologik kronik
yang ditandai dengan kejang berulang.
Insiden epilepsi banyak terjadi pada neonatus
dan anak-anak serta pasien diatas 65 tahun
Epilepsi merupakan gejala gangguan aktivitas
elektrik di otak yang dapat disebabkan berbagai
stimulus.
Gangguan aktivitas elektrik ini menyebabkan
terjadinya kejang
Obat-obat Antiepilepsi
Obat antiepilepsi bekerja di SSP dengan
mengurangi gangguan elektrik yang patologis
atau menghambat perkembangan aktivitas
elektrik yang menyimpang.
Hal ini dapat terjadi melalui efek spesifik
terhadap kanal ion, inhibisi atau induksi
neurotransmiter.
Fenitoin
Fenitoin adalah suatu antikonvulsan hidantoin
yang strukturnya mirip dengan barbiturat tetapi
lebih lemah keasamannya sehingga lebih sukar
larut dalam air.
Fenitoin efektif mengurangi frekuensi dan
keparahan kejang, tanpa menyebabkan depresi
SSP.
Farmakokinetika fenitoin
Farmakokinetika fenitoin sangat dipengaruhi
oleh kelarutannya dalam air yang kecil dan
metabolismeny oleh enzim sitokrom P450
Fenitoin hanya sedikit diabsorpsi di lambung
karena walaupun berada dalam bentuk takterion
tapi kelarutannya sangat rendah. Absorpsi terjadi
di duodenum
Farmakokinetika fenitoin
Fenitoin terikat plasma 90% terutama dengan
albumin.
Ikatan dengan plasma tergantung kadar albumin
dan dapat dipengaruhi berbagai kondisi klinis
seperti kadar serum albumin yang rendah, gagal
ginjal, penggunaan bersama obat lain yang juga
terikat protein.
Dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450
95% diekskresi lewat urin atau feses dalam
bentuk metabolit.
Interaksi Fenitoin + amiodaron
Kadar plasma fenitoin meningkat terjadi toksisitas
bila dosis fenitoin tidak dikurangi.
Sebaliknya kadar plasma amiodaron menurun.
Kasus klinis :
3 pasien menunjukkan peningkatan kadar fenitoin saat
mendapat amiodaron (400-1200mg/hari). Satu pasien
mengalami intoksikasi fenitoin (ataxia, lesu dan
vertigo) selama 4 minggu pemakaian amiodaron.
Kadar fenitoin meningkat 3x lipat. Kondisinya
kembalinormal setelah dosis fenitoin dikurangi dari
400 menjadi 200 mg/hari.
Interaksi Fenitoin + amiodaron
Studi terhadap 5 pasien yang mendapat 200 mg
amiodaron/hari, setelah 5 minggu terjadi peningkatan
kadar plasma. Saat diberikan fenitoin (3-4mg/ kg/hari)
selama 2 minggu kadar amiodaron 32-48%.
Mekanisme :
Amiodaron menghambat enzim yang terlibat dalam
metabolisme fenitoin sehingga terjadi peningkatan
kadar plasma. Amiodaron juga terikat plasma sehingga
terjadi pergeseran ikatan dengan protein.
Fenitoin adalah penginduksi enzim meningkatkan
metabolisme menurunkan kadar amiodaron.
Interaksi Fenitoin + antikoagulan
Kasus klinis :
6 subjek mendapat 300 mg fenitoin/hari
setelah ditambah dikoumarol kadar fenitoin
meningkat. Intoksikasi fenitoin tampak
setelah hari ke-6 pemakaian dikoumarol.
Seorang pasien yang mendapat 300mg
fenitoin/hari menunjukkan intoksikasi segera
setelah mendapat warfarin
Interaksi Fenitoin + antikoagulan
Kasus klinis :
6 subjek yang diterapi konstan dikoumarol (40-
160mg/hari) diberikan 300mg fenitoin/hr selama 1
minggu. Kadar dikoumarol turun pada hari ke-5 &
meningkat lagi setelah warfarin dihentikan.
Waktu pembekuan darah seorang pasien yang
mendapat warfarin meningkat setelah diterapi
fenitoin 300mg/hari, sehingga perlu penurunan
dosis warfarin hingga 25%.
Interaksi Fenitoin + antikoagulan
Mekanisme :
Mekanisme interaksi kompleks.