Organisasi pengadaan memegang fungsi perencanaan pemenuhan
kebutuhan barang/jasa, mengelola proses pengadaannya, menilai ketepatan sesifikasi barang/jasa yang diterima sesuai dengan kebutuhan penggunanya, mengotorisasi pembayarannya, dan mempertanggungjawabkan pengadaan tersebut kepada organisasi diatasnya. Tingkatan jabatan dalam pengelolaan dan pengendalian pengadaan barang/jasa pemerintah: Pengguna Anggaran (PA) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pejabat Pengadaan Panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Dalam menjalankan aktivitasnya, fungsi pengadaan harus dilengkapi dengan panduan/pedoman pengadaan yang merupakan seperangkat peraturan, kebijakan, kewenangan tugas dan tanggung jawab yang menjadi pedoman dalam semua aktivitas pengadaan. Prinsip-prinsip pemisahan tugas harus tertuang jelas dalam peraturan tersebut, dimana fungsi-fungsi pencatatan, fungsi penyimpanan, dan fungsi operasional harus terpisah satu sama lain. Hal ini dimaksudkan untuk memungkinkan terjadinya pengecekan silang secara internal antarfungsi sebagai bentuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan. Audit atas organisasi pengadaan dilakukan dengan cara menilai ketepatan: Penempatan organisasi pengadaan dalam struktur organisasi perusahaan Luas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki fungsi pengadaan dalam memenuhi kebutuhan barang/jasa secara efektif dan efisien Kompetensi personalia yang menangani dan bertanggung jawab terhadap pengadaan barang/jasa Kecukupan prosedur pengadaan dalam memandu proses pengadaan dalam kerangka tata kelola pengadaan barang/jasa yang baik Audit atas Proses Pengadaan Audit atas Perencanaan Pengadaan Perencanaan pengadaan dimulai dari identifikasi kebutuhan setiap unit pengguna atas barang/jasa. Perusahaan harus memiliki daftar kebutuhan barang/jasa yang memuat tentang spesifikasi, kuantitas kebutuhan, standar kualitas, dan waktu penggunaanya. Dengan daftar ini, perusahaan dapat terhindar dari beberapa kondisi seperti: 1. pembelian yang berlebihan 2. kelebihan/kekurangan stok 3. dana terikat pada barang-jasa yang belum dibutuhkan 4. pembelian barang/jasa yang tidak sesuai dengan standar kualitas. Perusahaan juga harus memiliki daftar pemasok terpilih yang mampu memenuhi kebutuhan barang jasanya dengan cara paling ekonomis. Perusahaan harus melakukan verifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui kebenaran keberadaan pemasok sebelum dimasukkan ke daftar pemasok terpilih untuk menghindari perusahaan melakukan transaksi dengan pemasok yang salah atau memiliki catatan kinerja yang tidak baik. Pemasok yang dipilih telah memahami spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan perusahaan, frekuensi kebutuhan dan waktu pengirimannya serta memiliki komitmen untuk menyediakan barang/jasa kebutuhan perusahaan sesuai kontrak yang disepakati. Auditor harus menilai dengan cermat perencanaan pengadaan barang/jasa perusahaan agar kebutuhan atas barang/jasa dapat terpenuhi sesuai prinsip-prinsip tata kelola pengadaan barang/jasa yang baik. Kecurangan atau penyimpangan yang mungkin terjadi pada perencanaan pengadaan dapat diketahui aditor dengan menelusuri pedoman, rencana serta risalah rapat perencanaan pangadaan. Audit atas perencanaan pengadaan melakukan penilaian terhadap ketepatan rencana pengadaan dalam memenuhi kebutuhan barang/jasa unit-unit pengguna di dalam perusahaan. Pada audit ini, auditor menekankan penilaiannya terhadap ketepatan hubungann antara rencana pembelian dengan rencana penggunaan barang/jasa pada masing-masing unti pengguna. Audit atas Pelaksanaan Pengadaan Metode yang secara umum digunakan dalam pengadaan barang/jasa adalah pembelian langsung, penunjukan langsung, tender terbatas, dan tender terbuka. Kompetisi adalah dasar dari pengadaan yang memastikan perusahaan mendapat barang/jasa terbaik melalui persaingan dalam tender. Pengadaan melalui tender terbuka menimbulkan kesan positif bagi perusahaan. Electronic procurement (e-Procurement) merupakan salah satu tekonogi komunikasi dan informasi yang mendukung proses pengadaan yang menjadikan proses ini lebih cepat, transparan, dan akuntabel dan dapat mencegah terjadinya kolusi, korupsi dan perilaku menyimpang lainnya. Untuk pengadaan barang/jasa pemerintah, Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah memberikan panduan bagaimana pengadaan barang/jasa tersebut dilakukan dan batas-batas kewenanagan dari pejabat/petugas yang menangani pengadaan baran/jasa tersebut dan juga memberikan definisi beberapa metode pengadaan dan batasan-batasan nilainya. Elemen kunci transparansi dan keadilan pelaksanaan tender adalah kerahasiaan informasi tender agar tidak bocor, tidak tertukar, dan tidak dimanipulasi. Tempat dan waktu pembukaan tender harus disepakati untuk mengurangi risiko kebocoran dan manipulasi kerahasiaan tender. Dalam proses tender, evaluasi penawaran adalah tahapan yang paling sensitive sehingga harus dikelola dengan baik dan penuh kehati-hatian agar tidak terjadi distorsi informasi yang nantinya hanya akan menguntungkan pemasok tertentu. Audit Atas Inspeksi dan Penerimaan Barang/Jasa Kecurangan masih mungkin bisa terjadi setelah kontrak ditandatangani. Maka dari itu, tahap pelaksanaan/pengiriman harus mendapatpehatian yang serius. Pengendalian yang tidak memadai pada tahap ini dapat berakibat pada: Kegagalan dalam memenuhi standar kuantitas dan kualitas atau standar pelaksanaan lainnya. Pengalihan barang untuk dijual kembali atau digunakan secara pribadi oleh pihak tertentu. Adanya praktik pembiaran gratifikasi. Pemalsuan kualitas atau sertifikasi standar. Penyajian faktur yang lebih besar atau lebih kecil. Penanganan atas penerimaan barang/jasa harus berjalan sangat hati- hati. Petugas yang melakukan inspeksi harus memiliki kemampuan teknis yang memadai tentang spesifikasi barang/jasa yang dibeli dan menggunakan keahlian profesionalnya secara seksama. Titik kritis pada tahap ini adalah kecermatan dari petugas penerima dan penilai dalam memastikan bahwa barang/jasa yang diterima telah memenuhi seluruh spesifikasi dan waktu penyerahan yang dipersyaratkan. Penelusuran auditor terhadap fisik barang/jasa, dokumen pengadaan dan berita acara serah terima barang/jasa harus mampu mendeteksi terjadinya kecurangan/penyimpangan pada tahap ini. Audit Atas Pembayaran dan Pelaporan Pembayaran dan pelaporan adalah bagian terakhir dalam proses pengadaan. Tahapan ini menyangkut penyelesaian kewajiban organisasi kepada pihak pemasok dan pertanggungjawaban komite pengadaan atas tugas, wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Untuk memenuhi kebutuhan internal cross check, fungsi kasir/bendahara harus terpisah dari fungsi pencatatan dan operasional. Setiap pembayaran yang dilakukan kepada pemasok, harus berdasarkan tagihan dari pemasok, dilengkapi dengan berita acara serah terima barang/jasa yang menyatakan bahwa barang/jasa yang diserahkan oleh pemasok telah sesuai dengan spesifikasinya dan dinyatakan dapat diterima oleh bagian verifikasi dan penerimaan barang/jasa dari panitia pengadaan. Kewajiban terakhir dari panitia pengadaan adalah pembuatan laporan pengadaan, yang melaporkan pelaksanaan pengadaan, kemampuan memperoleh barang/jasa sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan besarnya dana yang terserap dalam pengadaan tersebut. Penelusuran auditor terhadap dokumen pembayaran dan laporan pegadaan harus dapat membuktikan apakah pembayaran dan pelaporan atau pengadaan sudah dilakukan dengan baik atau tidak.