Anda di halaman 1dari 50

Dosen Pengampu : Nailys Saadah, M.

Si

KROMATOGRAFI GAS
OUTLINE KROMATOGRAFI GAS
Pendahuluan kromatografi gas
Prinsip dasar kromatografi gas
Fase diam dan fase gerak
Instrumentasi dan fungsi-fungsi
Aplikasi
KROMATOGRAFI GAS
Teknik kromatografi GC diperkenalkan pertama kali oleh
Martin dan Synge (1952).
Merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
keperluan pemisahan, identifikasi dan kuantifikasi
senyawa.
Teknik kromatografi GC secara umum biasanya digunakan
untuk senyawa yang mudah menguap baik senyawa
organik maupun anorganik.
Pemisahan terjadi akibat partisi komponen bersangkutan
pada fs.gerak dan fs.diam yang terdapat di dalam kolom.
Setiap komponen akan bergerak melalui kolom dengan
kecepatan berbeda-beda dalam membentuk pita-pita
kromatografi.
Sampel berupa cairan disuntikkakan pada lubang
injeksi kemudian sampel akan diuapkan pada
pengaturan suhu, kemudian gas pengangkut
(fs.gerak) akan membawa cuplikan ke dalam kolom
(tanpa bereaksi), kemudian pelarut dalam kolom
akan memisahkan komponen dari cuplikan dan
dideteksi oleh detektor dan sinyal dalam bentuk
puncak
Fasa diam : padatan penyangga berupa material
dengan ukuran butiran seragam, berpori, luas
permukaan besar, inert, non volatil yang stabil
terhadap panas, tidak mudah bereaksi, mempunyai
harga K stabil sehingga tidak berubah sepanjang
kolom.
Fasa gerak : gas yang bersifat inert sehingga hanya
berfungsi sebagai pembawa (biasanya menggunakan
helium, argon, nitrogen, hidrogen, dll).
Kelebihan dan Kekurangan GC
Kelebihan :
1. Daya pisah tinggi
2. Sensitif (tingkat nanogram dan pikogram)
3. Akurasi dan reproduksibilitas tinggi
4. Waktu analisis pendek

Kekurangan :
1. Hanya untuk zat-zat yang mudah menguap
2.Untuk zat yang stabil terhadap perubahan suhu
Tujuan : identifikasi suatu komponen atau
Aspek lebih dari satu cuplikan sampel.
Cara : membandingkan data retensi dari
Kualitatif sampel dengan data retensi dari standar.

Tujuan : menentukan jumlah (%) dari


komponen-komponen yang terpisah dari suatu
cuplikan (melihat data luas puncak
Aspek kromatogram)
Kuantitatif Cara : pengukuran luas puncak dengan
pengukuran ketinggian puncak dan luas
puncak.
Hasil pemisahan berupa KROMATOGRAM
Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu retensi :
1. Perbedaan TD masing-masing
komponen
2. Perbedaan mr/ukuran komponen
3. Interaksi/keterikatan komponen
dengan fase diam (misalnya
karena sifat kepolaran)
4. Panjang kolom, diameter kolom,
kejenuhan kolom
5. T kolom
6. Laju/T aliran gas pembawa
Perbedaan Titik Didih
Semakin rendah TD suatu komponen maka waktu retensinya akan
semakin cepat/singkat karena T pada zat tersebut sudah menjadi fase uap
sehingga bisa bergerak lebih cepat dibanding zat yang lain.

Mr (molekul relatif)
Semakin kecil ukuran sebuah komponen dan semakin kecil nilai massa
molekul relatifnya maka sebuah komponen akan lebih cepat bergerak dan
keluar dari kolom.

Kepolaran Fs.diam
Jika fasa diam non polar maka komponen yang akan terelusi lebih cepat
adalah komponen yang polar, karena ikatan dengan fasa diamnya relatif
lebih lemah.

Panjang Kolom
Jika semakin panjang kolom maka Tr akan menjadi lambat karena jarak
yang harus ditempuh oleh senyawa cenderung lebih jauh.

T kolom
Apabila T kolom terlalu rendah daripada TD larutan, maka tidak akan
timbul puncak karena kalor tidak mampu untuk menguapakan senyawa.
APLIKASI
ANALISIS KUALITATIF

Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan


Kromatografi Gas

Tujuan :
untuk mengidentifikasi dan menentukan kadar komponen
organik dengan menggunakan kromatografi gas.

Bahan yang digunakan : metanol, propanol, butanol,


pentanol
Contoh dari Kromatogram TUNGGAL
Contoh dari Kromatogram TUNGGAL
Contoh dari Kromatogram STANDAR DAN CUPLIKAN
Contoh PERHITUNGAN GC
1. Data Komponen Tunggal

Jenis Lebar Dasar Waktu Luas %


Zat (W) Retensi (Tr) (mV) Area

Metanol 0,057 1,331 499,373 100

Propanol 0,173 1,710 239,817 82,969

Butanol 0,352 2,350 174,096 87,88

Pentanol 0,397 2,938 110,696 93,59


2. Data Larutan Standar (1:1:1:1)

Jenis Lebar Dasar Waktu Luas %


Zat (W) Retensi (Tr) (mV) Area

Metanol 0,038 1,270 22,767 19,6

Propanol 0,043 1,524 28,956 24,93

Butanol 0,115 2,014 33,488 28,82

Pentanol 0,181 2,630 30,946 26,64


3. Data Cuplikan / Sampel

Jenis Lebar Dasar Waktu Luas %


Zat (W) Retensi (Tr) (mV) Area

Metanol 0,028 1,290 187,771 52,815

Propanol 0,061 1,557 52,410 14,74

Butanol 0,184 2,109 65,095 18,309

Pentanol 0,238 2,777 50,246 14,133


Pengolahan Data
Tentukan Jumlah Pelat Teori (N) dan HETP
Gunakan data pada kromatogram komponen TUNGGAL
2

2
tR 5,55 t
N 16 R

W W1/ 2
Langkah-langkah :
Nilai N di tentukan pada setiap komponen.
Berati diketahui sampel berjumlah ada 4 jenis, maka nilai N yang
didapatkan sejumlah 4 jenis.
Kemudian lakukan rata-rata nilai pada 4 jenis komponen tersebut.
Lanjutan.
Tentukan Luas Kromatogram Standar (1:1:1:1)
Lt1 = La + Lb + Lc + Ld + .
Tentukan Luas Kromatogram Cuplikan (a:b:c:d)
Lt2 = L1 + L2 + L3 + L4 + .
Perhitungan komposisi sampel
Lakukan perbandingan berdasarkan nilai luas kromatogram
(L1/Lt2) (L2/Lt2) (L3/Lt2) (L4/Lt2)
: : :
(La/Lt1) (Lb/Lt1) (Lc/Lt1) (Ld/Lt1)
APLIKASI
ANALISIS KUANTITATIF

Analisis kuantitatif dar GC artinya menentukan jumlah (%) dari


komponen-komponen yang terpisah dari suatu cuplikan, dimana
komponen yang akan ditentukan jumlahnya tersebut sudah
diidentifikasi.
Penentuan komponen dalam campuran dapat dilihat dari data
luas puncak komponen yang dianalisis.
Hal ini dikarenakan besar/luas puncak kromatogram suatu
komponen adalah berbanding lurus dengan jumlah
komponen/analit sampel.
Jumlah analit tersebut dapat dituliskan :
LUAS BERAT = R.A
R= Luas Puncak Per Mol (A Dalam Mol)
Atau R= Luas Per Gram (A Dalam Gram)
Lanjutan
Luas puncak suatu kromatogram dapat ditentukan
dengan beberapa metode :
Pengukuran ketinggian puncak
Dapat dilakukan dengan hanya mengukur tinggi dari
puncak (jika puncak ideal).
Luas Puncak
Dapat dilakukan secara manual yang diukur
puncaknya secara langsung atau secara instrumentasi
(jika puncak tidak ideal).
1. Melalui Pendekatan Segitiga atau Segiempat (secara manual)

Luas Puncak A = luas segitiga = a.W


Luas Puncak B = luas segiempat = h.W1/2 (W1/2=lebar puncak pada setengah tinggi)

2. Penimbangan (Secara Manual)


Dimana puncak kromatogram digunting dan ditimbang dengan neraca analitik.
Berat suatu puncak = berat komponen cuplikan
Kesulitan : Jika kertas pencatat tidak mempunyai homogenitas yang tinggi
3. Instrumentasi (Secara Instrumentasi)
Menggunakan integrator, dimana integrator menghitung otomatis luas puncak
Kemudian setelah kita mengetahui luas puncak dari zat
yang dianalisis, tahap penting berikutnya dalam
analisis kuantitatif adalah bagaimana mengubah
ukuran puncak menjadi sejumlah ukuran kuantitas
dari komponen tertentu.
Dalam sebagian teknik, hal ini dapat dilakukan dengan
cara menyuntikkan sejumlah komponen yang sudah
diketahui jenisnya, kemudian mengukur puncaknya
dan data tersebut dikorelasikan dengan komponen
standar (komponen yang sudah diketahui jumlahnya).

Ada 2 cara standarisasi yang bisa digunakan :


- Std. Eksternal
- Std.Internal
Ukuran
Luas Puncak Standarisasi
Kuantitas

Standarisasi Eksternal Standarisasi Internal

Penyiapan larutan Penambahan


standar dalam berbagai komponen standar
variasi konsentrasi pada sampel

Larutan dianalisis
dengan kondisi yang Ada nilai faktor respon
sama saat menganalisis (F) rasio luas
sampel
Standarisasi Eksternal

[A] Luas puncak 500

Luas Puncak (mm2)


ppm (mm2) 400
0 0 300
50 100 200 y = 2x
R = 1
100
100 200
0
150 300 0 50 100 150 200 250
200 400 A (ppm)

Misal komponen A diketahui luas puncaknya = 225 mm2


maka konsentrasi pada sampel A = 225/2 = 112,5 ppm
Standarisasi internal
Standar Jumlah mol (mm0l) Luas Puncak (mm2)
Pentanol (a) 1,06 922
Hexanol (c) 1,53 1570

Cari Nilai Faktor Respon :


Wc = (Ac . Wa) / (Aa . F)
Karena Massa = mol . Mr
mol c. Mr c = (Ac . Mol a. Mr a) / (Aa. F)
F = (Ac. mol a. Mr a) / (Aa . mol c. Mr c)

Dimana,
Wc dan Wa = berat komponen hexanol dan pentanol
Ac dan Aa = luas puncak hexanol dan pentanol
Mr c dan Mr a = Massa atom relatif hexanol (102) dan pentanol (88)
F = faktor respon
Perhitungan :

1. Tentukan Faktor respon untuk hexanol (pentanol merupakan


internal standar)
F = (Ac. mol a. Mr a) / (Aa . mol c. Mr c)
F = (1570 . 1,06 . 88) / (922 . 1,53 . 102)
F = 1,018
2. Ketika 0,57 mmol pentanol ditambahkan pada sampel unknown
yang mengandung hexanol, dengan luas puncak relatif (843:816).
Tentukan jumlah hexanol?
Luas puncak = Aa/Ac = 843/816
Wc = (Ac . Wa) / (Aa . F)
= (816 . 0,57 . 88) / (843 . 1,018)
= 47,7 mg
Mol c = 47,7 / 102 = 0,467 mmol
Faktor-Faktor yang Menentukan
Pemisahan pada GC

Retensi
Efisiensi Kolom
Selektivitas Fase Diam dalam Kolom
Resolusi (Daya Pisah)
Kapasitas Cuplikan
Gambar Kromatografi Gas
Cara Penggunaan Kromatografi Gas
1. Sampel diinjeksikan ke injektor yang suhunya telah
diatur.
2. Setelah sampel menjadi uap, akan dibawa oleh
aliran gas pembawa menuju kolom.
3. Sehingga komponen akan terabsorbsi oleh fase
diam sampai terjadi pemisahan.
4. Komponen yang terpisah menuju detektor akan
menghasilkan sinyal listrik yang besarnya
proporsional.
5. Sinyal listrik tersebut akan diperkuat oleh amplifier.
6. Kromatogram akan dicatat oleh rekorder berupa
puncak.
PROSES KROMATOGRAFI
Gas pembawa
Pengatur aliran dan tekanan
Tempat injeksi cuplikan
Kolom
Detektor
Pencatat
Lanjutan
Gas pembawa, dengan tekanan tertentu dialirkan secara
konstan melalui kolom yang berisi fase diam.
Sistem injeksi (gerbang injeksi), digunakan untuk
memasukkan sampel ke dalam kolom dengan alat penyuntik
(syringe) melalui gerbang injeksi yang suhunya cukup tinggi.
Dengan demikian, sampel akan teruapkan dan selanjutnya di
bawa ke dalam kolom oleh gas pembawa.
Kolom, terjadi pemisahan komponen-komponen pada sampel.
Pemisahan terjadi akibat perbedaan distribusi/partisi dari
maisng-masing komponen tersebut.
Oven, digunakan untuk pengaturan suhu. Pada teknik
kromatografi GC, suhu merupakan parameter utama yang harus
diatur dengan baik.
Detektor, mendeteksi komponen-komponen yang telah
dipisahkan di dalam kolom.
ASPEK-ASPEK PERCOBAAN GC
Gas Pembawa (Pengemban)
Sistem Pengambilan Sampel
Jenis-jenis Detektor : - Konduktivitas Termal
- Pengionan Nyala
Karakteristik Detektor : Detektor Integral
Detektor Diferensial
Kepekaan
Stabilitas
Kelinieran
Keserbagunaan
Waktu Respons
Kolom : - Kolom Isian
- Kolom Kapiler
Gas Pembawa
Gas yang telah digunakan dalam GC : Hidrogen, helium,
nitrogen, argon, karbon dioksida.
Gas pembawa yang cocok bergantung pada karakteristik
detektor tersebut.
Gas hidrogen dan helium digunakan pada detektor
kinduktivitas termal sedangkan nitrogen digunakan pada
detektor pengionan nyala.
Gas Pembawa Detektor
H2 TCD, FID
He TCD, FID
N2 FID, ECD
Ar FID
Ar + CH4 ECD
Sampel-sampel cair : diinjeksikan melalui suatu karet
septum dengan memakai suntikan syringe.
Sampel-sampel gas : diinjeksikan atau dimasukkan
dengan memakai bermacam-macam alat pengambilan
sampel gas (gas tight syringe).
Kolom Kapiler
- Merupakan tabung yang panjang dan tipis dari kaca atau
bahan lainnya seperti baja tahan karat.
- Hanya dapat menangani sampel-sampel yang sangat kecil,
dan penggunaannya secara luas menunggu pengembangan
detektor yang sangat sensitif.
Kolom Isian
Fasa stasioner dalam GC adalah cairan, tetapi cairan itu
tidak boleh dibiarkan bergerak-gerak di dalam tabung.
Cairan tersebut harus diimobilisasi, biasanya dalam bentuk
suatu lapisan tipis dengan luas permukaan besar. Ini paling
lazim dilakukan dengan mengimpregnasi suatu bahan
padat dengan fase cair kolom diisi.
T kolom terprogram T di kontrol kenaikannya untuk
setiap menit selama proses pemisahan dengan
kenaikan 10oC/menit.
T injektor dibuat lebih tinggi dari T kolom
T detektor dibuat lebih tinggi dari suhu injektor
Detektor Integral
Memberikan suatu pengukuran setiap saat dari jumlah
total bahan yang dielusi yang telah melewatinya sampai
waktu itu.
Detektor Diferensial
Menghasilkan kromatogram familiar yang terdiri dari
puncak- puncak dan bukan langkah-langkah.

Dibagi menjadi 2 kelas besar :


1.Detektor yang mengukur konsentrasi zat terlarut dengan memakai
beberapa sifat fisika dari aliran gas buangan.
2.Detektor yang merespons secara langsung zat terlarut dengan demikian
berarti mengukur laju alir massanya.
Lanjutan.
Kromatogram yang diperoleh dengan detektor Integral

Kromatogram yang diperoleh dengan detektor diferensial


Jenis-jenis Detektor
1. Detektor Konduktivitas Termal
Detektor yang banyak digunakan untuk GC.
Alat ini mengandung : filamen logam yang dipanaskan maupun suatu
termistor.

- Gas pembawanya adalah hidrogen


dan helium
- Detektor ini relatif sederhana,
tidak mahal, memiliki kepekaan
yang cukup bagi banyak kegunaan
- Untuk senyawa yang menghantarkan
panas
Lanjutan
2. Detektor Pengionan Nyala
Prinsip dasar :
1. Energi kalor dalam hidrogen menyebabkan
banyak molekul untuk mengionisasi gas
efluen dari kolom dicampur dengan
hidrogen dan dibakar pada ujung jet logam
dalam udara berlebih.
2. Potensial diberikan antara jet dan elektroda
kedua yang bertempat di atas atau sekitar
nyala itu.
3. Ketika ion-ion dibentuk dalam nyala, ruang
gas antara kedua elektroda menjadi lebih
konduktif, dan arus yang meningkat
mengalir dalam sirkuit.
4. Arus melewati resistor, tegangan terbentuk
yang dikuatkan untuk menghasilkan isyarat
yang diterima perekam.
Aplikasi GC
Dalam bidang pencemaran lingkungan
Untuk menentukan alkil timbal, hidrokarbon, CO, SO2, H2S, dll
(misal untuk gas buangan kendaraan bermotor).
Dalam bidang analisis pangan
Analisis karbohidrat, analisis protein, analisis asam lemak.
Dalam bidang perminyakan
Untuk gas-gas hidrokarbon, lilin, aspal, minyak.
Bidang farmasi
Untuk pengontrolan kualitas, analisis bahan baru dan
pengamatan metabolisme dalam zat biologi.
LATIHAN SOAL
Senyawa X mempunyai waktu retensi 21,5 menit dengan
lebar alas puncak 4,1 cm. Bila panjang kolom 250 mm.
Berdasarkan puncak X. Hitunglah berapa jumlah pelat teori
dan berapa tinggi pelat teori (HETP) ?

Suatu sampel terdiri dari dua komponen, komponen A dan


komponen B. Kromatogram yang diperoleh memberikan
data sebagai berikut: tR(A) = 13 menit, tR(B) = 21,5 menit
to = 2,0 menit. Wb(A) = 2,1 dan Wb(B) = 4,1. Hitunglah
berapa resolusi antara kedua puncak dan berapa nilai
faktor pemisah ?
Diketahui suatu kromatogram dari campuran komponen A,B,C
dan D sebagai berikut :
Waktu retensi Lebar dasar
Senyawa
(Tr) (W)
Udara 3,1 ---
A 5,4 0,41
B 13,3 1,07
C 14,1 1,16
D 21,6 1,72

Diketahui panjang kolom = 24,7 cm


Laju aliran fasa mobile = 0,313 mL/menit
Vm = 1,37 mL
Vs = 0,164 mL
Hitunglah faktor kapasitas (K) dan Koefisien Partisi masing-masing
komponen !
TAMBAHAN
1. RETENSI

Ditahannya komponen-komponen cuplikan dalam


perjalanannya menyusuri kolom oleh fase diam.
Besaran yang menentukan retensi :
VR (Volume Retensi)
TR (Waktu Retensi)
K (Koefisien Distribusi / Partisi)
K (Faktor Kapasitas)
VR TR K K
VRx Volume gas pembawa yang diperlukan untuk memindahkan puncak
komponen X dari ujung kolom awal ke ujung kolom akhir.
VG/VO Volume retensi udara atau zat lain yang tidak di tahan di fase diam
atau volume gas pembawa yang diperlukan untuk mengelusi udara atau zat
lain yang tidak ditahan di fase diam.
Volume gas pembawa tergantung :
- Suhu : Suhu kolom konstan
- Tekanan gas : tidak sama sepanjang kolom
Tekanan masuk (Pi) > Tekanan luar (P0)
Karena itu dalam GC perlu volume retensi yang disesuaikan
terhadap tekanan rata-rata dalam kolom :

VoR = . VR

= 3[ (Pi/Po)2 -1] / 2[ (Pi/Po)3 -1]


VR TR K K
Diukur dalam praktik dari kromatogram
Hubungan waktu retensi dengan volume retensi : VR = Fc. TR

Pada praktiknya aliran gas pembawa diukur di luar kolom yang suhunya tidak
sama dengan suhu kolom, sehingga harus dikonversikan : Fc = Fc . Tc / TR

Persamaan fundamental dalam kromatografi : VR = VM + K. Vs

VR = Volume retensi Fc = Laju alir


TR = waktu retensi Fc = laju alir gas pada suhu konstan
Tc = Suhu kolom TR = waktu retensi
VM = Volume fase gerak Vs = volume fase diam
K = koefisien partisi/distribusi komponen
VR TR K K
Koefisien partisi : K = Cx fs.diam / Cx fase gerak K = (Cx)L / (Cx)G

Untuk KGC :
VoR = VoG + K. VL
Dimana ,
VoR = . TR. Fc TR = VoR / .Fc
TR = VoG + K. VL / .Fc

Setiap komponen mempunyai TR tertentu karena mempunyai K tertentu :


TR tergantung dari : varibael percobaan (Fc), parameter kolom (VoG, VL), sifat
komponen (K).
Hubungan K dan besaran (faktor pemisah) :

= K2 / K1 = TR2 / TR1
VR TR K K
K = Jumlah total mol X fs.diam/Jumlah total mol X pada fs.gerak

K = Vs. (Cx)s / Vm. (Cx)m = Vs . K / Vm

Untuk KGC :
K = VL . K / VG

Hubungan K dengan TR :

K = TR TRo / TRo = TRx / TRo

Anda mungkin juga menyukai