Anda di halaman 1dari 33

Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Bab 2
Penalaran
(Reasoning)
Sumber:
Suwardjono., 2012. Teori Akuntansi. Penerbut: BPFE-UGM, Yogyakarta

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 1


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Tujuan Pembelajaran
Mencapai kemampuan dan kompetensi peserta untuk:

• Menjelaskan pengertian penalaran.


• Menyebut dan menjelaskan komponen penalaran.
• Menyatakan asersi secara makna dan diagram.
• Menyebut dan menjelaskan sifat keyakinan.
• Menyebutkan dan menjelaskan jenis argumen.
• Membedakan antara argumen dan strategem.
• Menjelaskan dan memberi contoh strategem dan salah nalar.
• Mengevaluasi validitas argumen.
• Menjelaskan aspek manusia yang menghambat argumen
yang sehat.

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 2


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Penalaran
Proses berpikir logis dan sistematis untuk
membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan
terhadap suatu pernyataan atau asersi.

Menentukan secara logis dan objektif apakah


suatu pernyataan valid (benar atau salah)
sehingga pantas untuk diyakini atau dianut.

Struktur penalaran terdiri atas masukan, proses,


dan keluaran.
12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 3
Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Unsur atau Komponen Penalaran

• Pernyataan atau asersi (assertion)


• Keyakinan (belief)
• Argumen (argument)

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 4


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Proses dan Struktur Penalaran


Masukan Proses Keluaran

Asersi sebagi Keyakinan bahwa


elemen Argumen asersi konklusi
benar/valid

Asersi Asersi

Asersi Asersi
inferensi
Asersi Asersi konklusi
Asersi

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 5


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Arti Penting Argumen

Serangkaian asersi beserta inferensi atau


penyimpulan yang terlibat di dalamnya.

Simpulan dinyatakan pulan dalam bentuk asersi.

Merupakan bukti rasional akan kebenaran suatu


pernyataan.

Argumen membentuk, memelihara, atau


mengubah keyakinan.
12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 6
Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Asersi

Penegasan tentang sesuatu hal atau realitas yang


dinyatakan dalam bentuk kalimat atau ungkapan.

Pengkuatifikasi asersi

Untuk membatasi asersi universal/umum menjadi spesifik dan


menentukan hubungan inklusi, eksklusi, saling-isi.

Pengkuantifikasi: sedikit, banyak, tak semua, beberapa, semua.

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 7


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Penyajian Asersi

Makna atau arti

Semua badan usaha milik negara adalah perusahaan


pencari laba.
Struktur atau bentuk
Semua A adalah B.

Diagram
B

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 8


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Penyajian Asersi
Hubungan eksklusi:

Tidak satupun A adalah B =


B A Tidak satupun B adalah A

Hubungan inklusif:

B Semua A adalah B
A dapat bermakna
Tidak semua B adalah A

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 9


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Penyajian Asersi

Hubungan saling isi

B A

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 10


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Penyajian Asersi

“Beberapa B adalah A”

Tanpa diagram tidak diketahui apakah:

• Ada sebagian A yang bukan B.


• Semua A adalah B.
• B sama dengan A
• Asersi menyangkal “Semua B adalah A”
• Asersi menegaskan “Tidak semua B adalah A”

“Beberapa B adalah A” tidak selalu sama dengan “Tidak semua B adalah A”

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 11


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Penyajian Asersi

Interpretasi: Beberapa B adalah A.

B A atau B A

Umumnya ini yang dimaksud. Menyangkal Semua B adalah A.


Menegaskan Tidak semua B adalah A

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 12


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Asersi untuk Evaluasi Istilah


Interpretasi:
meja bundar biru (blue round tables) meja biru bundar (round blue tables)

certified public accountant (CPA) = bersertifikat akuntan publik (BAP)?

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 13


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Jenis dan FungsiAsersi

Jenis: • Asumsi (assumption)


• Hipotesis (hypothesis)
• Pernyataan fakta (statement of facts)

Fungsi: Sebagai pernyataan premis dan konklusi

Kaidah/prinsip: Kredibilitas konklusi tidak dapat melebihi


kredibilitas terendah premis-premis yang
diajukan dalam argumen.

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 14


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Keyakinan
Kebersediaan untuk menerima bahwa suatu asersi adalah
benar tanpa memperhatikan apakah argumen valid atau
tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak.

Properitas Keyakinan • Keadabenaran


• Bukan pendapat
• Bertingkat
• Berbias
• Bermuatan nilai
• Berkekuatan
• Veridikal
• Berketertempaan

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 15


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Anatomi Argumen

Premis 1

Asersi

inferensi inferensi
Premis 3 Asersi Asersi Premis 2
inferensi inferensi

Asersi

Konklusi

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 16


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Indikator Argumen
Dalam suatu argumen atau penalaran yang kompleks, tidak
selalu mudah untuk mengenali premis dan konklusi.

Indikator premis: oleh karena, karena, mengingat, dengan asumsi


bahwa, jika

Indikator konklusi: oleh karena itu, dengan demikian, maka,


sehingga, sebagai akibatnya

Cara mengenali: Prinsip/kaidah interpretasi terdukung


(principle of charitable interpretation)

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 17


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Jenis Argumen

• Deduktif
• Nondeduktif:
Induktif
Analogi
Sebab-akibat

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 18


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Argumen Deduktif
Argumen yang simpulannya diturunkan dari serangkaian
asersi umum yang disepakati atau dianggap benar (disebut
premis baik major maupun minor).

Pada umumnya berstruktur silogisma sehinga disebut


argumen logis (logical argument).

Premis major: Semua binatang menyusui berparu-paru.


Premis minor: Kucing adalah binatang menyusui.
Konklusi: Kucing berparu-paru.

Lihat contoh penalaran deduktif dalam akuntansi pada Gambar 2.8

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 19


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Kriteria Kebenaran Argumen Deduktif


• Kelengkapan
• Kejelasan
• Kesahihan
• Keterpercayaian

Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif adalah


kebenaran logis bukan kebenaran empiris (realitas).

Kriteria kebenaran logis:


1. Semua premis benar
2. Konklusi mengikuti semua premis
3. Semua premis dapat diterima

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 20


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Hubungan Premis dan Konklusi (Gambar 2.9)

Bila konklusi mengikuti premis secara logis, kebenaran


logis konklusi bergantung pada kebenaran semua premis.

Premis 1: B Premis 1: B Premis 1: S Premis 1: S


Premis 2: B Premis 2: B Premis 2: S Premis 2: S
Premis 3: B Premis 3: B Premis 3: S Premis 3: S
Konklusi: B Konklusi: S Konklusi: B Konklusi: S

Pasti/harus Tak mungkin Mungkin Mungkin

B = Benar, S = Salah
12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 21
Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Argumen Induktif
Argumen yang simpulannya merupakan perampatan atau
generalisasi dari keadaan atau pengamatan khusus sebagai
premis.
Generalisasi menjadikan argumen induktif merupakan
argumen ada benarnya (plausible argument) bukan
argumen pasti benarnya atau logis (logical argument).

Premis: Satu biji jeruk dari karung A manis rasanya.


Premis: Beberapa biji berikutnya manis rasanya.
Konklusi: Semua jeruk dari karung A manis rasanya.

Ada benarnya tetapi dapat salah. Tidak pasti benar.

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 22


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Perbedaan Argumen Deduktif dan Induktif

Argumen deduktif Argumen induktif


Premis 1: Semua burung berbulu. Premis 1: Beberapa burung dapat terbang.
Premis 2: Bebek berbulu. Premis 2: Bebek adalah burung.
Konklusi: Bebek adalah burung. Konklusi: Bebek dapat terbang.

Pasti benar Boleh jadi benar/ada benarnya


(necessarily true) (not necessarily true)

Untuk meyakinkan perlu dilekatkan


tingkat keyakinan (confidence level),
misalnya 90% atau 95%.

Lihat contoh penalaran induktif dalam akuntansi pada Gambar 2.11

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 23


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Argumen Sebab-Akibat (Causal Generalization)


Argumen untuk mendukung bahwa perubahan faktor tertentu
disebabkan oleh faktor yang lain.

Kriteria Penyebaban:

1. Faktor sebab bervariasi dengan faktor akibat (efek).


2. Faktor sebab terjadi sebelum atau mendahului faktor
akibat.
3. Tidak ada faktor lain selain faktor sebab yang
diidenfikasi.

Lihat kaidah penyebaban Mill pada Gambar 2.10

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 24


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Kecohan (Fallacy)
Keyakinan semu atau keliru akibat orang terbujuk oleh suatu
argumen yang mengandung catat (faulty) atau tidak valid.
Orang dapat terkecoh akibat taktik membujuk selain dengan
argumen yang valid.

Orang dapat mengecoh atau terkecoh lantaran:

• Strategem
• Salah nalar (reasoning fallacy)
• Aspek manusia dalam berargumen

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 25


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Kecohan lantaran Strategem

• Persuasi taklangsung
• Membidik orangnya
• Menyampingkan masalah
• Misrepresentasi
• Imbauan cacah
• Imbauan autoritas
• Imbauan tradisi
• Dilema semu
• Imbauan emosi

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 26


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Kecohan lantaran Salah Nalar

• Menyangkal anteseden
• Pentaksaan
• Perampatan-lebih
• Parsialitas
• Pembuktian dengan analogi
• Merancukan urutan kejadian
dengan penyebaban
• Menarik simpulan pasangan

Ketegaran ilmiah (scientific rigor) dan prinsip ketersalahan (principles of


falsifiability) bukan salah nalar.

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 27


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Kecohan lantaran Aspek Manusia

• Puas dengan penjelasan sederhana


• Kepentingan mengalahkan nalar
• Sindroma tes klinis
• Mentalitas Djoko Tingkir
• Merasionalkan daripada menalar
• Persistensi
• Fiksasi fungsional

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 28


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Kutipan Penting

• Hirshleifer (1988) di halaman 90.


• Nickerson (1986) di halaman 92.
• Thomas Kuhn (1970) di halaman 93.

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 29


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

All sciences advance through disagreement.

In astronomy the geocentric model of Ptolemy was opposed by the


new heliocentric model of Copernicus; in chemistry Priestley
supported the phlogiston theory of combustion while Lavoisier
propounded the oxidation theory; and in biology the creationism of
earlier naturalists was countered by Darwin’s theory of evolution.

It is not universal agreement but rather the willingness to consider


evidence that signals the scientific approach. For Galileo’s
opponents to disagree with him about Jupiter’s moons was not
unscientific of itself; what was unscientific was their refusal to
look through his telescope and see.

Jack Hirshleifer, Price Theory and Applications (1988), hlm. 4.

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 30


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Priestley never accepted the oxygen theory, nor Lord


Kelvin the electromagnetic theory, and so on. The
difficulties of conversion have often been noted by
scientists themselves. Darwin, in a particulary perceptive
passage at the end of his Origin of Species, wrote:

“Although I am fully convinced of the truth of the views


given in this volume..., I by no means expect to convince
experienced naturalists whose mind are stocked with a
multitude of facts all viewed, during a long course of years,
from a point of view directly opposite to mine. ... [B]ut I
look with confidence to the future, —to young and rising
naturalists, who will be able to view both sides of the
question with impartiality.”
Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (1970), hlm. 151.

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 31


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

And Max Planck, ..., sadly remarked that

“a new scientific truth does not triumph by convincing its


opponents and making them see the light, but rather
because its opponents eventually die, and a new generation
grows up that is familiar with it”

... scientists, being only human, cannot always admit their


errors, even when confronted with strick proof. I would
argue, rather, that in these matters neither proof nor error is
at issue. The transfer of allegience from paradigm to
paradigm is a conversion experience that cannot be
forced.

Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (1970), hlm. 151.

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 32


Bab 2 Penalaran (Reasoning)

Bila orang merasakan belajar sebagai kenikmatan,


maka dia akhirya akan mengenyam kenikmatan ganda.

12/28/2017 Yananto Mihadi P., S.E. Transi 33

Anda mungkin juga menyukai