Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

SINDROM KOMPARTEMEN

Oleh : Ledisia Hedo Ramadani


Pembingbing : dr. Ainul Miftah Azizain, Sp.OT
Latar Belakang
– Sindrom kompartemen adalah kumpulan gejala akibat adanya tekanan dalam ruang tertutup
kompartemen otot karena trauma salah satunya fraktur (Aprianto, 2017).
– Kasus sindrom kompartemen sebanyak 75 % karena fraktur terutama pada os tibia sebesar
36% dan sering pada pria dewasa usia 30-50 th lebih (Duckwrath & Mc Queen, 2011).
– Sindrom kompartemen membutuhkan segera penanganan dalam golden periode jika tidak
teratasi, menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan nekrosis (Shuler et al., 2010).
Rumusan masalah
– Bagaimana anatomi dan fisiologi terkait sindrom kompartemen ?
– Bagaimana patofisiologi dari sindrom kompartemen ?
– Bagaimana mendiagnosis sindrom kompartemen ?
– Bagaimana tatalaksana dari sindrom kompartemen ?
Tujuan
– Dapat mengetahui anatomi dan fisiologi terkait sindrom kompartemen.
– Dapat mengetahui patofisiologi dari sindrom kompartemen.
– Dapat mengetahui mendiagnosis sindrom kompartemen.
– Dapat mengetahui tatalaksana dari sindrom kompartemen.
Manfaat
– Menambah wawasan dalam ilmu kedokteran mengenai etipatofisiologi, gejala klinis,
diagnosis dan tatalaksana dari sindrom kompartemen.
TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi kompartemen tungkai bawah

(von Keudell et al., 2015)


Fisiologi otot pada tungkai bawah

(Aprianto, 2017)
Etiologi
– Peningkatan volume intra-kompartemen dengan luas ruang kompartemen tetap:
Fraktur yang menyebabkan robekan pembuluh darah, sehingga darah mengisi ruang intra-kompartemen
Trauma langsung jaringan otot yang menyebabkan pembengkakan
Luka bakar yang menyebabkan perpindahan cairan ke ruang intra-kompartemen
– Penurunan luas ruang kompartemen dengan volume intra-kompartemen yang tetap:
Kompresi tungkai terlalu ketat saat imobilisasi fraktur
Luka bakar yang menyebabkan kekakuan/ konstriksi jaringan ikat sehingga mengurangi ruang
kompartemen
Area tersering mengalami sindrom
kompartemen

(Kosir et al., 2007)


Patofisiologi Sindrom Kompartemen

(Frink et al., 2010)


Diagnosis Sindrom Kompartemen
– Sensasi nyeri seperti terbakar di sebelah dalam otot pada tungkai bawah dan memberat saat
digerakkan.
– Ada rasa kesemutan diawali pada jari ke-1 dan ke-2 kaki yang semakin memberat akibat saraf
perifer terjepit.
– Gejala klasik 5P yaitu pain, pallor, parasthesia, pulselessness, poikilothermia (Aprianto, 2017).
– Normalnya tekanan kompartemen adalah nol. Perfusi yang tidak adekuat dan iskemia relatif
ketika tekanan meningkat antara 10-30 mmHg dari tekanan diastol.
– Teknik pengukuran langsung dengan teknik injeksi,
Teknik Pengukuran Langsung Dengan Teknik
Injeksi (Badhe et al., 2009’ Ozer et al., 2009; Frink et al., 2010).
– Kompartemen yang akan diukur diposisikan sejajar dengan jantung.
– Alat pengukur “stryker intra-compartemental pressure monitors system” dihubungkan
dengan jarum infus ukuran 18 G.
– Jaringan kulit yang akan diukur dilakukan prosedur aseptik.
– Pasien dibius.
– Kompartemen ditusuk dengan jarum sedalam 3 cm dengan digerakkan fleksi-ekstensi untuk
memastikan ujung jarum masuk dalam kompartemen.
– Tekanan kompartemen pada alat ukur dibaca saat tungkai dalam keadaan diam.
Penatalaksanaan Sindrom Kompartemen
(Giannoudis et al., 2009; Shuler et al., 2010; Kosir R et al., 2007; Ozer & Smith W, 2009)

– Segera dilakukan dengan prinsip dekompresi.


– Disebabkan oleh penurunan luas ruang kompartemen sedangkan volume intra-kompartemen
tetap salah satunya akibat plester yang terlalu kuat maka harus dilepaskan semua plester.
– Posisikan sejajar dengan jantung untuk menurunkan aliran darah arteri ke otot yang dapat
memperburuk keadaan iskemi.
– Akibat fraktur maka dilakukan immobilisasi pada posisi relaks dengan sedikit menfleksikan
plantar.
Penatalaksanaan Sindrom Kompartemen
– Tekanan dalam sindrom kompartemen naik 30 mmHg indikasi dilakukan
fasciotomi untuk mencegah kerusakan permanen otot dalam 4-12 jam dan
kerusakan permanen saraf dalam 12-24 jam sejak terjadi peningkatan
tekanan intra-kompartemen (Prayson et al, 2006 & Al-Dadeh et al.,
2008).
Fasciotomi insisi ganda
– Dua sayatan sejajar sepanjang 15-20 sentimeter dibuat di dua tempat.
Tempat pertama adalah bagian tepi luar depan (anterolateral) tungkai
untuk dekompresi kompartemen anterior dan lateral, dan sayatan kedua
pada bagian tepi dalam belakang (posteromedial) tungkai untuk
dekompresi kompartemen posterior.
Fasciotomi insisi ganda

(Amicus, 2013)
Fasciotomi insisi ganda

(Amicus, 2013)
PENUTUP
Kesimpulan
– Sindrom kompartemen sering terjadi pada kasus trauma akibat fraktur, paling sering di tungkai bawah.
– Kompartemen pada tungkai bawah dibagi menjadi 3 yaitu bagian anterior, lateral dan posterior.
– Sindrom kompartemen akibat peningkatan volume intra-kompartemen dengan luas ruang kompartemen
tetap dan penurunan luas ruang kompartemen dengan volume intra-kompartemen yang tetap.
– Sindrom kompartemen tidak memiliki tanda dan gejala khusus, sering diduga berasal dari trauma
primer, perlu diperhatikan agar dapat terdiagnosa dalam golden periode.
– Tindakan definitif terbaik dekompresi kompartemen tungkai bawah adalah fasiotomi dengan teknik insisi
ganda.
Saran
– Perlu ditambahkan penjelasan mengenai sindrom kompartemen akibat fraktur selain pada
tungkai bawah dan ekstremitas atas, penyebab-penyebab lain terjadinya sindrom
kompartemen selain yang disebutkan di sebelumnya, bentuk khas manifestasi klinis pada area
kompartemen yang terkena, pemeriksaan penunjang untuk diagnosa sindrom kompartemen,
penjelasan mengenai keunggulan dan kekurangan dilakukannya fasciotomi dan prognosa dari
sindrom kompartemen.
TERIMA
KASIH
Teknik Wick kateter (McQueen & Court-Brown, 2010)

– Masukkan kateter dengan jarum ke dalam otot.


– Jarum ditarik dimasukkan ke kateter wick melalui sarung plastik dan balut wick kateter ke kulit,
dan dorong sarung plastik kembali, isi system dengan normal saline yang mengandung heparin.
– Ukur tekanan kompartemen dengan transducer recorder.
– Periksa ulang patensi kateter dengan tangan menekan pada otot.
– Hilangkan semua tekanan external pada otot yang diperiksa dan ukur tekanan kompartemen,
Fasciotomi insisi tunggal : Teknik Fronek
(von Keudell & Weaver, 2015; Prayson et al, 2006; Wood, J et al., 1999).
– Dibuat sebuah insisi 5 cm pada pertengahan fibula dan kaput tibia
– Mmelalui defek fascia jika terdapat hernia muskuler pada daerah keluarnya nervus peroneal.
– Nervus peroneal segera dicari dan lewatkan fasciotom ke kompartemen anterior pada garis otot
tibialis anterior.
– Pada kompartemen lateral,
– Fasciotome diarahkan ke posterior nervus peroneal superficial pada garis fibular.
– Tutup kulit dengan cara biasa dan pasang pembalut steril.
Fasciotomi insisi ganda Teknik Rorebeck (von Keudell &
Weaver, 2015; Prayson et al, 2006; Wood, J et al., 1999).

– Dibuat 2 insisi pada tungkai bawah 1 cm dibelakang garis posteromedial tibia.


– Dicari vena saphenus pada insisi proksimal dan tarik ke anterior bersama dengan saraf.
– Masuk dan dibuka kompartemen superficial.
– Fascia profunda diinsisi.
– Kompartemen profunda disayat, termasuk otot digitorum longus dan tibialis posterior dangan merobek sambungan
soleus.
– Kumparan neurovaskuler dan tendo tibialis posterior kemudian diinsisi ke proksimal dan distal fascia pada terdon
tersebut.
– Tibialis posterior adalah kunci dekompresi kompartemen posterior dan biasanya berkontraksi ke proksimal antara
fleksor hallucis longus, lebarkan batas antaranya untuk memeriksa kontraksinya.
– Tutup luka diatas drain untuk meminimalkan pembentukan hematom

Anda mungkin juga menyukai