Anda di halaman 1dari 19

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI STATUS
GIZI

Oleh kelompok III


Faktor Langsung
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Status Gizi
Faktor tidak
langsung
FAKTOR LANGSUNG
1) Konsumsi Makanan
 Faktor makanan merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh langsung terhadap keadaan
gizi seseorang karena konsumsi makan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, baik
kualitas maupun kuantitas dapat menimbulkan
masalah gizi (Khumaidi,1996).
KEP adalah keadaan kurang
2) INFEKSI gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi
 Timbulnya KEP tidak hanya dan protein dalam makanan
karena makanan yang kurang, sehari-hari dan atau gangguan
tetapi juga karena penyakit. penyakit tertentu sehingga
Anak mendapatkan makanan tidak memenuhi Angka
cukup baik tetapi sering Kecukupan Gizi (AKG
diserang diare atau demam,
akhirnya dapat menderita
KEP.
 Sebaliknya anak yang
makannya tidak cukup baik,
daya tahan tubuh dapat
melemah. Dalam keadaan
demikian mudah diserang
infeksi, kurang nafsu makan,
dan akhirnya mudah terserang
KEP (Soekirman, 2000)
B. FAKTOR TIDAK LANGSUNG
1. Tingkat Pendapatan/Ekonomi
 Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam
jumlah uang yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam
bentuk makanan. Kemiskinan sebagai penyebab gizi
kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang
umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena
keadaan ekonomi ini relatif mudah diukur dan berpengaruh
besar terhadap konsumen pangan.
 Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan makanan, dimana
untuk keluarga di negara berkembang sekitar dua
pertiganya (Suhardjo, 1996).
2. PENGETAHUAN/PENDIDIKAN
 Pengetahuan gizi ibu merupakan proses untuk
merubah sikap dan perilaku masyarakat untuk
mewujudkan kehidupan yang sehat jasmani
dan rohani. Pengetahuan ibu yang ada
kaitannya dengan kesehatan dan gizi erat
hubungannya dengan pendidikan ibu.
 Semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi
pula pengetahuan akan kesehatan dan gizi
keluarganya. Hal ini akan mempengaruhi
kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi
oleh anggota keluarga ( Soekirman,2000).
3. SANITASI LINGKUNGAN

 Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik


memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit
antara lain diare, kecacingan, dan infeksi saluran
pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran
pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu
yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi.
 Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah
terserang penyakit,dan pertumbuhan akan terganggu
(Supariasa dkk,2002).
MASALAH GIZI KURANG

 Konsumsi makanan berpengaruh


terhadap status gizi seseorang.
Status gizi baik atau status gizi
optimal terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi
yang digunakan secara efisien,
sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja, dan
kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin.
 Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang
mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau
lebih di dalam tubuh (Almatsier, 2005).
 Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi
yang banyak dihadapi oleh negara-negara yang
sedang berkembang. Hal ini dapat terjadi karena
tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan
yang kurang mengenai gizi dan perilaku belum
sadar akan status gizi.
CONTOH MASALAH KEKURANGAN GIZI
KEP
(Kekurangan
Anemia Gizi
Energi Protein)
Besi (AGB)
(Apriadji,
1986).

GAKI
(Gangguan
Akibat
Kekurangan
Iodium)
MASALAH GIZI LEBIH
 Status gizi lebih merupakan keadaan tubuh
seseorang yang mengalami kelebihan berat
badan, yang terjadi karena kelebihan
jumlah asupan energi yang disimpan dalam
bentuk cadangan berupa lemak.
 Ada yang menyebutkan bahwa masalah gizi
lebih identik dengan kegemukan.
Kegemukan dapat menimbulkan dampak
yang sangat berbahaya yaitu dengan
munculnya penyakit degeneratif, seperti
diabetes mellitus, penyakit jantung
koroner, hipertensi, gangguan ginjal dan
masih banyak lagi (Soerjodibroto, 1993).
 Masalah gizi lebih ada dua jenis yaitu overweight
dan obesitas. Batas IMT untuk dikategorikan
overweight adalah antara 25,1 – 27,0 kg/m2,
sedangkan obesitas adalah ≥ 27,0 kg/m2 (Suyono,
1986).
ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG
DIANJURKAN
 Angka Kecukupan Energi (AKE) merupakan
rata-rata tingkat konsumsi energi dengan
pangan yang seimbang yang disesuaikan dengan
pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis
kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas fisik.
 Angka Kecukupan Protein (AKP) merupakan
rata-rata konsumsi protein untuk
menyeimbangkan protein agar tercapai semua
populasi orang sehat disesuaikan dengan
kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh
dan aktivitas fisik.
ANGKA KECUKUPAN
Karbohidrat sesuai dengan pola pangan yang baik
berkisar antara 50-65% total energi

Kecukupan lemak berkisar antara 20-30% total


energi (Hardinsyah dan Tambunan, 2004).
 Anak balita yang sehat atau kurang gizi secara
sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut
umur atau berat badan menurut tinggi, apabila
sesuai dengan standar anak disebut Gizi Baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut Gizi
Kurang, sedangkan jika jauh di bawah
standar disebut Gizi Buruk.
 Bila gizi buruk disertai dengan tandatanda
klinis seperti ; wajah sangat kurus, muka
seperti orang tua, perut cekung, kulit keriput
disebut Marasmus, dan bila ada bengkak
terutama pada kaki, wajah membulat dan
sembab disebut Kwashiorkor. Marasmus dan
Kwashiorkor atau Marasmus Kwashiorkor
dikenal di masyarakat sebagai “busung lapar”.
Gizi mikro (khususnya Kurang Vitamin A,
Anemia Gizi Besi, dan Gangguan Akibat Kurang
Yodium).
 Solusi Permasalahan Gizi Masyarakat harus
melibatakan semua pihak yang terkait baik
pemerintah, wakil rakyat, swasta, unsur
perguruan tinggi dan lain-lain. Indonesia
mengalami beban ganda masalah gizi yaitu
masih banyak masyarakat yang kekurangan gizi,
tapi di sisi lain terjadi gizi lebih.
 Kabupaten Kota daerah membuat kebijakan
yang berpihak pada rakyat, misalnya kebijakan
yang mempunyai filosofi yang baik “menolong
bayi dan keluarga miskin agar tidak kekurangan
gizi dengan memberikan Makanan Pendamping
(MP) ASI (Hadi, 2005).

Anda mungkin juga menyukai