Dokter Pembimbing
dr. Gatot Sugiharto, SpB
Disusun Oleh:
Nurul Imaniar 2013730081
DEFINISI
Sepsis yang disebabkan oleh mikrobakteria yang berasal dari
saluran urogenitalia. Terutama jika sistem kekebalan tubuh
manusia mengalami penurunan, (diabetes melitus, lansia,
penderita keganasan, HIV, dan gangguan imunitas lainya).
bakteri yang masuk ke dalam peredaran darah akan
mengeluarkan endotoksin yang akan dapat memacu terjadinya
rangkaian septic cascade. Keadaan ini akan menimbulkan
sindroma respon inflamasi sistemik (systemic inflamation
response syndrome).
Kriteria sepsis:
-Kriteria 1 = sepsis = bukti nyata adanya kuman patogen
dalam darah
Etiologi
• Adanya penyumbatan pada uretra, kontraksi buli-buli yang tidak
adekuat, atau adanya miskoordinasi antara buli-buli dengan uretra
dapat menimbulkan terjadinya retensi urine.
Retensio Urine
Kelemahan
Inkoordinasi Obstruksi
Otot
Saraf Perifer Uretra
Destrusor
Batu Uretra
Kelainan saraf
perifer Fimosis
Parafimosis
Ruptur Uretra
Striktur Uretra
Tumor Uretra
Tindakan
• Tujuan utama tindakan pada retensio urine adalah untuk mengeluarkan urine
dari dalam buli-buli. Urine dapat dikeluarkan dengan cara pemasangan kateter
atau cystostomy. Intertvensi penyakit primer dikerjakan setelah kondisi pasien
stabil.
• Untuk kasus tertentu tidak perlu pemasangan kateter terlebih dulu, melainkan
dapat langsung dilakukan tindakan definitif terhadap penyebab utama retensio
urine, misalnya batu di meatus uretra eksternum, fimosis dan parafimosis
dilakukan sirkumsisi atau dorsumsisi.
Torsio
Testis
Strangulasi
Parafimosis Priapismus
Torsio Testis
• Pada masa janin dan neonatus lapisan parietal yang menempel pada
muskulus dartos masih belum banyak terdapat jaringan penyangga
sehingga testis, epididimis, dan tunika vaginalis mudah sekali bergerak
dan memungkinkan untuk terpuntir pada sumbu funikulus spermatikus.
Terpuntirnya pada keadaan ini disebut torsio testis ekstra vaginal.
Torsio Testis
• Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan dengan
kelainan sistem penyangga testis.
• Tunika vaginalis yang seharusnya mengelilingi sebagian dari testis
pada permukaan anterior dan lateral testis, pada kelainan ini tunika
mengelilingi seluruh permukaan testis sehingga mencegah insersi
epididimis ke dinding skrotum.
• Pada bayi gejalanya tidak khas, yakni gelisah, rewel, atau tidak mau
menyusu.
Torsio Testis
Tanda & Gejala
• Pada pemeriksaan fisik, testis membengkak,
• letaknya lebih tingi (denign sign)
• lebih horizontal daripada testis sisi kontralateral (angel sign).
• Kadang pada torsio testis yang baru terjadi, dapat diraba adanya
lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya
tidak disertai dengan demam.
•• Parafimosis
Jika preputium
adalah
tidakpreputium
secepatnyapenis
dikembalikan
yang diretraksi
ke tempat
sampaisemula,
sulkus
koronarius
dapat menyebabkan
dan tidak dapatgangguan
dikembalikan
aliran balik
pada vena
kondisisuperfisial
semula
sehingga
sedangkantimbul
aliran
jeratan
arteri
padaberjalan
penis dibelakang
normal. Hal sulkus
ini koronarius.
menyebabkan
edema glans
• Retraksi penis dan
preputium terasaproksimal
kearah nyeri. biasanya dilakukan saat
bersenggama atau masturbasi atau setelah dilakukan pemasangan
• kateter.
Jika dibiarkan bagian penis di bagian distal jeratan makin
membengkak yang akhirnya dapat mengalami nekrosis glans penis.
Parafimosis
Tindakan
• Dalam kondisi terisi penuh oleh urine, buli-buli mudah sekali robek
jika mendapatkan tekanan dari luar berupa benturan pada perut
bagian bawah. Buli-buli aka robek pada daerah fundus dan
menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum.
Trauma Buli
• Tindakan endourologi dapat menyebabkan trauma buli-buli
iatrogenik antara lain pada reseksi buli-buli transuretral atau pada
litotripsi. Demikian pula partus atau tindakan operasi didaerah pelvis
dapat menyebabkan trauma iatrogenik pada buli-buli.
• Ruptur buli-buli dapat terjadi secara spontan; hal ini biasanya terjadi
jika sebelumnya terdapat kelainan pada dinding buli-buli. Tumor
buli, atau obstruksi infravesikal kronis menyebabkan perubahan
struktur otot buli-buli yang menyebabkan kelemahan dinding buli-
buli.
Trauma Buli
• Secara klinis cedera buli-buli dibedakan menjadi kontusio buli
cedera buli ekstraperitoneal, dan cedera buli intraperitoneal. Pada
kontusio buli hanya terdapat memar pada dindingnya, mungkin
terdapat hematom periversikal, namun tidak terjadi ekstravasasi
urine ke luar buli.
• Cedera intraperitoneal merupakan 25-45% dari seluruh kejadian
trauma buli . Sedangkan cedera buli ektraperitoneal + 45-60% dari
seluruh trauma buli.
• Gambaran klinis lain tergantung dari etiologi trauma, bagian buli yang
mengalami cedera (intra/ekstra), adanya organ lain yang mengalami cedera, serta
penyulit yang terjadi akibat trauma (fraktur pelvis, syok, hematoma perivesika,
sepsis, peritonitis, atau abses perivesika)
Trauma Buli
Pemeriksaan radiologis
• Cystography
Foto abdomen AP saat buli terisi kontras
Foto abdomen oblik
Foto abdomen saat kontras dikeluarkan (wash out film)
Trauma Buli
Terapi
Terapi
• Terapi pada cedera buli tergantung dari jenis cedera yang dialami.
• Pada
Pada kontusio
cedera intraperitoneal harus dilakukan
buli, cukup dilakukan eksplorasi
pemasangan laparotomi
kateter dengan
untuk mencari
tujuan robekan ada istirahat
untuk memberikan buli sertaada
kemungkinan cedera
buli. Dengan carapada
ini
organ lain.buli
diharapkan Jika tidak dalam
sembuh dioperasi, ekstravasasi urine ke ronga
7-10 hari
peritoneum dapat mengakibatkan peritonitis
Tindakan
Hindari tindakan invasif melaui uretra
Cystostomy
Primary Endoscopic Realignment.
Uretropalsty
Trauma Uretra
Ruptur Uretra Anterior
• Cedera dari luar yang sering menyebabkan kerusakan uretra
anterior adalah straddle injury, uretra terjepit tulang pelvis dan
benda tumpul.
• Jenis kerusakan yang bisa terjadi berupa:
Kontusio dinding uretra
Ruptur parsial dinding uretra
Ruptur total dinding uretra
Trauma Uretra
• Pada kontusio uretra , pasien mengeluh adanya perdarahan
melalui
Kontusiouretra
uretraatau
tidakhematuria.
memerlukan Jikaterapi
terdapat robekan
khusus, pada
tetapi korpus
mengingat
spongiosum, terlihat
cedera ini dapat adanya hematom
menimbulkan pada penis.
striktur uretra dikemudian hari. Maka
• setelah 4-6 bulan
Pada keadaan iniperlu dilakukan
seringkali pasienpemeriksaan
tidak dapaturetrografi ulang.
miksi. Pemeriksaan
uretrografi retrogard pada kontusio uretra tidak menunjukkan
Pada ruptur uretra dengan ekstravasasi ringan dapat dilakukan
adanya
cystostomyekstrvasasi kontras. aliran
untuk mengalihkan Sedangkan
urine. pada ruptur uretra
menunjukkan adanya ekstravasasi kontras di pars bulbosa.
Daftar pustaka
• Sjamsuhidayat, R. 2010. Buku ajar ilmu bedah
Sjamsuhidayat-de jong. Jakarta: EGC.
• Purnomo, B Basuki. 2011. Dasar-dasar
UROLOGI. Jakarta: SAGUNG SETO
• F. Charles Brunicardi, 2010. Schwartz’s
Principles Of Surgery Tenth Edition. New
York, Mc Graw Hill