Anda di halaman 1dari 53

COMPOUNDING AND DISPENSING

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG

Bandung, SEPTEMBER 2015


1. PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR), DLL.
2. GOOD PHARMACY PRACTICE (GPP)
3. SKRINING/PENGKAJIAN RESEP.
4. PERHITUNGAN DALAM COMPOUNDING AND
DISPENSING.
5. SIMULASI DAN PRAKTEK SERTA STUDI
KASUS DALAM COMPOUNDING AND
DISPENSING.
6. PELAYANAN RESEP YANG BERBASIS
PERIMBANGAN RATIO MANFAAT DAN BIAYA
7. OBAT STERIL DAN OBAT TETES NON STERIL
1

PENGGUNAAN OBAT RASIONAL


(POR)
ILUSTRASI :

Masyarakat Indonesia dikepung ribuan


merek obat. Anda boleh percaya atau
tidak, lebih dari 40 persen obat jadi yang
beredar di Indonesia tidak rasional.
Selain justru bisa membahayakan
kesehatan, juga merupakan pemborosan.
Tak kurang dari Ketua Umum Pengurus Besar
Ikatan Farmakologi Indonesia dan Guru Besar
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada
Prof dr Iwan Dwiprahasto, MMedSc, PhD
menyatakan keprihatinan ini dalam wawancara di
Jakarta 11 Mei lalu.
Pada dekade 1980-an, Direktur Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan Departemen
Kesehatan (POM Depkes) RI waktu itu,
Prof. Dr. Midian Sirait, menarik 285 merek obat
dan obat kombinasi dari peredaran karena dinilai
tidak rasional dan ada bukti dari sejumlah negara
mengenai aspek keamanan dan khasiatnya.
Menurut Prof. Iwan, sekarang ada lebih dari
14.800 merek obat jadi di Indonesia dan sekitar
6.000 di antaranya diperkirakan tidak rasional.
Obat-obat itu masuk dan diterima Direktorat
Jenderal POM Depkes ketika belum ada sistem
evaluasi obat yang baik. Contohnya obat tetes
mata, obat mag & tukak lambung, obat flu, serta
obat batuk campuran.
Obat batuk campuran, misalnya, mencampurkan
antitusif untuk menekan batuk yang terus-
menerus dan ekspektoran diindikasikan untuk
batuk berlendir. Hal ini tidak logis. Obat tetes
mata juga tidak rasional karena mencampurkan
obat steroid dan antibiotik.
Yg lebih tidak masuk akal lagi adalah obat mag yg
mencampurkan berbagai jenis obat yg sebagian
bertentangan indikasinya, seperti Al hidroksida, Mg
hidroksida, skopolamin, semitikon & dimetikon (utk
menetralkan as lambung), kafein yg menyegarkan
hingga penenang seperti codein.
Tentang obat-obat penghilang nyeri campuran dg
steroid yg banyak menimbulkan efek samping,
seperti gagal ginjal & moonface, Iwan menegaskan
bahwa obat-obat analgetik seharusnya tidak boleh
dikombinasikan dg steroid. Nyatanya, di apotek-
apotek daerah tersedia obat kombinasi NSAID,
misalnya fenilbutason dg steroid seperti
prednison, & vitamin. Ini sama sekali tidak rasional
& dapat membahayakan pasien.
Harga Siprofloksasin merek dagang (branded
generic) yg patennya sudah habis th 2003 bervariasi
mulai Rp 1.200 hingga lebih dari Rp 29.000, padahal
siprofloksasin generik hanya Rp 345.
Bayangkan, harga obat generik bermerek ada yg
hampir seratus kali lebih mahal dibandingkan obat
generik biasa, padahal isi dan khasiatnya sama.
Dan sebenarnya obat generik bermerek hanyalah '
jiplakan" obat originator yang dibuat dg riset mahal.
Celakanya, masyarakat awam & sebagian dokter
justru sudah telanjur salah kaprah menganggap
obat generik bermerek sebagai "obat paten".
Padahal, mahalnya harga obat generik bermerek
sama sekah tidak rasional.
Di tengah belantara ribuan merek obat, mulai dari
yang generik dan esensial hingga obat-obat merek
dagang baik yang originator maupun obat generik
bermerek, konsumen harus cerdas.
"Konsumen yang cerdas kalau perlu tak meminum
obat walaupun diresepkan oleh dokter. Kalau
diberi antibiotik, harus tanya ke dokter untuk apa.
Tidak semua keluhan sakit seperti flu atau radang
tenggorokan (faringitis) membutuhkan antibiotik.
Kalau memang ada infeksi bakteri, bukan infeksi
virus, dan harus diberi antibiotik, harus diminum
sampai habis," ujar Prof Iwan.
Khusus untuk puyer yang biasanya
diresepkan untuk bayi dan anak-anak, ia
menyarankan sebaiknya orangtua
menanyakan apa saja komponen obat di
dalamnya. Jika ada antibiotik, mintalah
untuk dikeluarkan dari racikan. Tentang
polifarmasi, peresepan berbagai jenis obat
sekaligus disarankan untuk diwaspadai dan
tak bisa dianggap sepele.
"Tidak mustahil ada interaksi antarjenis obat yg justru
akan merugikan pasien. Sebagai contoh, ada
orang yg kemampuan untuk memetabolisme obat
amat cepat, tapi ada juga orang yg kemampuan
metabolismenya amat lambat. Kedua kelompok tsb
tidak begitu saja bisa diberikan obat dengan dosis
yg sama. Pada kelompok metabolisme lambat,
dosis beberapa jenis obat harus diturunkan karena
dapat menimbulkan efek toksik. Di era
personalized medicine, pemberian obat harus
sangat mempertimbangkan faktor-faktor biologis
individu agar obat yg diberikan tidak
mencelakakan pasien" kata Prof Iwan.
PENGERTIAN :
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR)

Apabila pasien menerima pengobatan


sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam
dosis yang sesuai dengan kebutuhan,
dalam periode waktu yang adequate dan
dengan biaya yang terjangkau oleh
masyarakat banyak.
PENDAHULUAN

- SEBAGAI PENGETAHUAN KITA LIHAT


STRUKTUR/ORGANISASI/KEADAAN
KESEHATAN DI INDONESIA/JABAR
- BERITA/INFORMASI LAINNYA
MENGENAI KESEHATAN SEBAGAI
PENGETAHUAN
IMPLEMENTASI KEGIATAN PRIORITAS
DIT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN

Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian


DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

16
TATA SAJI
• LATAR BELAKANG: Arah dan Strategi Kebijakan
I

• INDIKATOR KINERJA & CAPAIAN 2011: POR & Yanfar


II

• PROGRAM KERJA TAHUN 2012


III

• KENDALA DAN TANTANGAN


IV

• PENUTUP
V

17
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
DIREKTORAT BINA YANFAR
• melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
Tugas kriteria, serta bimbingan teknis evaluasi di bidang pelayanan
kefarmasian

• penyiapan perumusan kebijakan;


• pelaksanaan kegiatan;
Fungsi • penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria;
• Pemberian bimbingan teknis;
• pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan kebijakan;
• pelaksanaan urusan tata usaha & rumah tangga Direktorat

di bidang :  standardisasi,
 farmasi komunitas,
 farmasi klinik, dan
18
 penggunaan obat rasional
ARAH KEBIJAKAN KEMENKES

• Pemberantasan Kemiskinan • Peningkatan Umur Harapan


dan Kelaparan Hidup  72,0 tahun
• Pendidikan Dasar untuk • Penurunan AKI  118 per
Semua 100.000 KH

2014
RENSTRA 2010 -
2015
MDGs 2000 -

• Kesetaraan Gender dan • Penurunan AKB  24 per


Pemberdayaan Perempuan 1.000 KH
• PENURUNAN AKI • Cakupan Imunisasi Dasar 
• PENURUNAN AKB 90%
• PEMBERANTASAN HIV/AIDS • Jaminan Kesehatan 
DAN PENYAKIT MENULAR universal coverage
• Kelestarian Lingkungan • Penurunan prevalensi TB dan
kasus malaria
• Kemitraan untuk
Pembangunan • Pengendalian prevalensi HIV

Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan,


mutu dan penggunaan obat  AKSES THD OBAT ESENSIAL GENERIK
19
19
ARAH KEBIJAKAN,lanjutan

Goal 4 : Penurunan AKB


Goal 5 : Penurunan AKI
Goal 6 : Pemberantasan HIV/AIDS dan Penyakit Menular

Masyarakat Sehat yang


Mandiri dan Berkeadilan MDGs 2015
VISI KEMENKES
PROGRAM KEFARMASIAN SASARAN : Meningkatkan sediaan farmasi
DAN ALKES alat kesehatan yang memenuhi standar
dan terjangkau oleh masyarakat

PROGRAM LUARAN : Meningkatnya POR melalui


PENINGKATAN YANFAR YanFar yg berkualitas utk tercapainya
pelayanan kesehatan yg optimal
20
STRATEGI KEBIJAKAN:
Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
ISU STRATEGIS
STRATEGI
Blm berjalannya
YanFarygefektif &
kemandirian di efisien, termasuk
bidang obat, FOKUS
BBO dan OT POR, sbg salah
Indonesia melali satu pilar YanKes
pemanfaatan utk mencapai
keanekaragama MDGs
n hayati. PROGRAM
peningkatan peningkatan
keamanan, khasiat dan ketersediaan,
mutu Sed.Farmasi, pemerataan dan
AlKes dan makanan yg keterjangkauan obat, LANGKAH-LANGKAH
beredar serta serta efisiensi
melindungi masya- pembiayaan obat mll
rakat dr penggunaan penerapan “health/
yg salah dan medicine account”
penyalahguna-an obat dan Farmakoekonomi MDGs
NATIONAL COVERAGE
21
STRATEGI KEBIJAKAN:
Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Meningkatkan Meningkatkan

FOKUS, a.l.
STRATEGI

ketersediaan, Penggunaan
pemerataan, dan Obat Rasional
keterjangkauan (POR)
obat dan alkes Meningkatkan
serta menjamin pelayanan
keamanan,khasi kefarmasian
at,kemanfaatan yang bermutu
dan mutu
sediaan farmasi,
alkes dan
makanan 22

22
22
STRATEGI KEBIJAKAN:
Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan

PROGRAM LANGKAH
PENINGKATAN PENERAPAN POR Evaluasi, revisi dan
implementasi pedoman POR
Utk mengefektifkan & menurunkan
biaya pengobatan (terutama KIA, Penggerakan POR di
Malaria, TB, HIV) fasyankes dasar dan rujukan

Revitalisasi yanfarklin di RS
dan Komunitas
REVITALISASI PELAKSANAAN
PELAYANAN FARMASI KLINIK Peningkatan peran tenaga
kefarmasian di fasyankes

23
LATAR BELAKANG PELAKSANAAN
PROGRAM POR*

Lebih dari 50% obat-


obatan di dunia
diresepkan dan Terbalik dengan kondisi
diberikan secara tidak tersebut, 1/3 penduduk
tepat, tidak efektif, dan dunia kesulitan
tidak efisien mendapatkan akses
memperoleh obat esensial

cost effective medical intervention, Kebijakan Obat Esensial


sesuai pedoman/standar (DOEN, Formularium,
pengg. obat generik, dll)
*WHO : rational use of medicine 24 24
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL*

pasien menerima pengobatan


Y DIAGNOSIS
sesuai dengan kebutuhan A TPENILAIAN KONDISI PASIEN
klinisnya N
M E INDIKASI
E
dalam dosis yang sesuai dengan D P JENIS OBAT
kebutuhan DOSIS
POR
A
CARA & LAMA PEMBERIAN

dalam periode waktu yang Y T INFORMASI


adequate A
HARGA TERJANGKAU
N
F KEPATUHAN PASIEN
dengan harga yang terjangkau A
WASPADA ESO
olehnya R
*WHO : rational use of medicine
25
INDIKATOR POR (WHO)
INDIKATOR PERESEPAN
POR
• RERATA JUMLAH ITEM OBAT DALAM RESEP
• % PERESEPAN DG NAMA GENERIK PERAN
• % PERESEPAN DG ANTIBIOTIK PRESCRIBER
• % PERESEPAN DG SUNTIKAN (yanmed)
• % PERESEPAN YG SESUAI DOEN
INDIKATOR PELAYANAN
• RERATA WAKTU KONSULTASI
PERAN
• RERATA WAKTU PENYERAHAN OBAT
DISPENSER
• % OBAT YG SESUNGGUHNYA DISERAHKAN
(yanfarklin)
• % OBAT YG DILABEL SECARA ADEKUAT
INDIKATOR FASILITAS
• PENGETAHUAN PASIEN TTG DOSIS YG BENAR
• KETERSEDIAAN DAFTAR OBAT ESENSIAL PENUNJANG
• KETERSEDIAAN KEY OBAT
INDIKATOR KINERJA POR: INDIKATOR PERESEPAN

• Batas • Batas
toleransi toleransi
20 % 8%
% AB % AB pd
ISPA Non Diare Non
Pneumoni Spesifik

Rerata
% Injeksi
jumlah
pada
item obat/
Myalgia
resep
• Batas • Batas
toleransi toleransi
2,6 item 1%
INDIKATOR PELAYANAN KEFARMASIAN
DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

Pelayanan kefarmasian di RS dan Puskesmas

Pemberian
Konseling
informasi obat

Q of L
RENCANA STRATEGIS 2010 – 2014
Pogram Peningkatan Pelayanan Kefarmasian

PROGRAM
PENINGKATAN PELAYANAN
KEFARMASIAN
LUARAN:
Meningkatnya penggunaan obat rasional melalui pelayanan kefarmasian yang
berkualitas untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal

INDIKATOR % Puskesmas % IFRS Persentase


Perawatan yg Pemerintah yg POR di sarana
melaksanakan melaksanakan pelayanan
pelayanan pelayanan kesehatan
kefarmasian kefarmasian dasar
sesuai standar : sesuai standar: pemerintah :

TARGET 2011 15 % 30 % 40 %
TARGET 2012
25 % 35 % 50 %
29
PROGRAM KERJA TAHUN 2012
Peningkatan Penerapan POR

• NSPK: Formularium Jamkesmas, Pedoman


Penggunaan Antibiotika, Pengembangan
Formularium Nasional
• Penggerakan POR dan Evaluasi
• Advokasi Implementasi Pedoman dan Standar
• Penyebaran Informasi/Promosi Penggunaan
Obat Rasional dan Obat Generik
• Pemberdayaan masyarakat (Mis. CBIA)
Evaluasi, Revisi, Implementasi
NSPK dan Penggerakan POR
30
PROGRAM KERJA TAHUN 2012
Revitalisasi Pelaksanaan YanFarKlin

• NSPK: Pengaturan Apotek, Standar


Pelayanan Kefarmasian di Klinik
• Percepatan Peningkatan Mutu Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas Perawatan
• Bimtek Pelayanan Kefarmasian di RS
• Koordinasi Lintas Sektor dalam rangka
Peningkatan Mutu Pelayanan Kefarmasian
Revitalisasi Pelayanan Farmasi Klinik
di Rumah Sakit dan Komunitas
31
PROGRAM KERJA TAHUN 2012
Revitalisasi Pelaksanaan YanFarKlin
lanjutan

• Pembekalan SDM IFRS dalam rangka


Akreditasi Standar SDM IFRS RS Versi
2012
• TOT Pelayanan Kefarmasian di ICU
• Pengembangan Konsep Joint Training
Apoteker, Dokter, Perawat dan TTK
Peningkatan Peran Tenaga
Kefarmasian di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
32
KENDALA DAN TANTANGAN
Masih terdapat penggunaan obat secara
tidak rasional yang disebabkan berbagai
faktor
Kurangnya sosialisasi POR secara
berkesinambungan kepd pemangku
kepentingan
Kurang tersedianya tenaga kefarmasian
khususnya Apoteker di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar
Belum diterapkankannya pelayanan
kefarmasian sesuai standar secara
menyeluruh di fasyankes
33
Penutup informasi dari yanfar
PROGRAM
TANTANGAN • PENINGKATAN
PROGRAM PENERAPAN •MENCAPAI
KEFARMASIAN & POR MDGs
ALKES A.L.: • REVITALISASI
PELAKSANAAN •MENDUKUNG
PENINGKATAN PELAYANAN UNIVERSAL
MUTU PENGGUNAAN FARMASI COVERAGE
OBAT & PERBEKES KLINIK

DUKUNGAN PEMANGKU
KEPENTINGAN (DINKES
PROV, KAB/KOTA)
KEADAAN UMUM :
GAMBARAN UMUM & Luas : 35.377.760 km2
Penduduk : 46.497.175 jt jiwa
FASILITAS KESEHATAN
Kab/Kota : 26
DI JAWA BARAT Kecamatan : 558
Jumlah desa : 5.778

FASILITAS KESEHATAN :
RS : 334
Puskesmas : 1.044
Apotik : 3.214
Toko Obat : 1.448

SDM FARMASI :
PUSKESMAS (1.044)
1. Apoteker : 133
2. TTK : 546

RUMAH SAKIT /RSUD (33)


1. Apoteker : 121
2. TTK : 556

TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian)


LATAR BELAKANG
• Lebih dari 50% obat-obatan di dunia diresepkan
dan diberikan secara tidak tepat, tidak efektif,
dan tidak efisien
• Terbalik dengan kondisi tersebut diatas, 1/3
penduduk dunia kesulitan mendapatkan akses
memperoleh obat esensial harus dilakukan
upaya untuk tercapainya “cost effective medical
intervention”
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL, WHY?

• Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi


belanja obat sebagai salah satu upaya cost
effective medical interventions
• Mempermudah akses masyarakat untuk
memperoleh obat dengan harga terjangkau
• Mencegah dampak penggunaan obat yang tidak
tepat yang dapat membahayakan pasien
• Meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien)
terhadap mutu pelayanan kesehatan
POR MEMENUHI PRINSIP

• TEPAT DIAGNOSIS DAN TEPAT INDIKASI


• SESUAI DENGAN INDIKASI PENYAKIT
• TEPAT PEMILIHAN OBAT
MEMBUTUHKAN
• TEPAT DOSIS
INFORMASI OBAT
• TEPAT CARA PEMBERIAN YANG BENAR DAN
• TEPAT INTERVAL WAKTU PEMBERIAN LENGKAP
• TEPAT LAMA PEMBERIAN
• WASPADA TERHADAP EFEK SAMPING OBAT
• TEPAT INFORMASI
• TEPAT PENILAIAN KONDISI PASIEN
• OBAT YANG DIBERIKAN HARUS EFEKTIF DAN AMAN DENGAN MUTU
TERJAMIN SERTA TERSEDIA SETIAP SAAT DENGAN HARGA TERJANGKAU
• TEPAT TINDAK LANJUT (FOLLOW UP)
• TEPAT PENYERAHAN OBAT (DISPENSING)
• PASIEN PATUH TERHADAP PERINTAH PENGOBATAN YANG DIBUTUHKAN

38
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

PENILAIAN
KONDISI
PASIEN

DIAGNOSIS INDIKASI HARGA


TERJANGKAU

TEPAT WASPADA KEPATUHAN


ESO PASIEN

INFORMASI JENIS OBAT

DOSIS, CARA &


LAMA PEMBERIAN
PENGGUNAAN OBAT DIKATAKAN
TIDAK RASIONAL, APABILA :

• Polypharmacy
• Penggunaan antibiotik secara tidak tepat
dosis dan indikasinya
• Penggunaan injeksi yang berlebihan
• Pemberian resep yang tidak sesuai dengan
indikasi klinis dan diagnosis
• Swamedikasi yang tidak tepat
STRATEGI PENINGKATAN POR

REGULASI/KEBIJAKAN

EDUKASI

MANAJERIAL

FINANSIAL

41
UPAYA UNTUK MENDORONG POR

1. STRATEGI REGULASI
• Menyusun pedoman/standar klinis
• Menyusun Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN)
• Menyusun peraturan/legislasi yang
tepat dan dilaksanakan secara
konsisten
UPAYA UNTUK MENDORONG POR
2. STRATEGI EDUKASI
• Informasi tentang obat yang diberikan
secara independen dan transparan.

• Pelatihan farmakoterapi berbasis


penyelesaian masalah (problem-based) bagi
mahasiswa FK dan Farmasi

• Pelatihan berkelanjutan sebagai persyaratan


kredit profesi.
Lanjutan strategi edukasi

• Pemberdayaan kepada Tenaga Kesehatan


dan Masyarakat tentang peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dalam
penggunaan obat denga n metode CBIA
(Cara Belajar Ibu Aktif).
UPAYA UNTUK MENDORONG POR

3. STRATEGI MANAJERIAL
• Membangun sistem : lintas program
dan lintas sektoral untuk
mengkoordinasikan kebijakan POR
• Membentuk komite farmasi dan terapi
di rumah sakit dan tingkat kabupaten
• Supervisi, audit dan umpan balik
• Mengurangi praktik pemberian insentif
berlebihan kepada petugas kesehatan
UPAYA UNTUK MENDORONG POR

4. STRATEGI FINANSIAL
• Analisis Biaya POR di Puskesmas
• Cost Effectivienes obat di Rumah Sakit
PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA (AB) YANG TIDAK RASIONAL

NASIONAL SARANA YANKES MASYARAKAT INDIVIDU

Pengaruh ind Kemudahan << pengetahuan


Jenis AB tidak mendapat AB masyarakat
dibatasi farm (promosi)

Lemah pengawasan <<


Pengawasan dist << pengetahuan & sangsi hkm
obat lemah ilmiah ttg AB info pd
masya
rakat
(-) law enforcement
thd pedoman
<< komitmen << info AB dari
pengobatan yg EBM dr manajemen nakes
CORE
Standar
pengobatan yg ada
Perilaku nakes utk PROBLEM
diakui pasien PENGGUNAAN
(-) dikenal Pengalaman
AB YG TIDAK empirik
Belum ada standar RASIONAL
Nakes mengikuti
pengbtn khusus AB
senior

Lemahnya
monitoring thd Pelatihan POR #
indikator mengubah perilaku

(-) kerjasama
lintas sektor Biaya kes Faktor
relatif tinggi ekonomi masy
PENGGUNAAN OBAT ESENSIAL(OE)
NASIONAL SARANA YANKES MASYARAKAT INDIVIDU

Konsepsi
KONAS OE jarang OE tidak lengkap
terbatas diresepkan nakes di IFRS & Aptk
pd birokrat

CORE PROBLEM : Kepercayaan (beliefs) :


OBAT ESENSIAL 1. Obat murah = tdk
Sosialisasi & implementasi (OE) KURANG bermutu
SPM belum optimal DIMANFAATKAN 2. Manfaat ONE lbh
(UNDER USED) baik

Sosialisasi &
implementasi
SPM belum
optimal Komiitmen Pemda tdk
berpihak pd pelayanan Obat NE dipromosi
(health care) tetapi pd dg gencar (detailing)
sumber PAD (revenue)
Bentuk dan kontribusi Informasi
Obat terhadap POR
1. Komunikasi/informasi ke media  cakupan luas,
meningkatkan pddkan, kesadaran thdp resiko
Penggunaan obat yg irrasional , resistensi obat, efek
samping obat masyarakat dsb.

2. Informasi melalui pedoman/standar


mis: standar pengobatan, formularium, dsb. Sebagai
acuan untuk memberikan resep bagi nakes kepada
pasien sesuai dgn kondisi klinisnya  Mencegah
terjadinya malpraktek

3. Pusat informasi obat dan buletin  sebagai counter


informasi bagi dokter thdp informasi dr pabrik obat.
Dapat dilakukan pemerintah atau Universitas atau
lembaga independen lainnya.
MANFAAT INFORMASI OBAT

TENAGA
KESEHATAN

INFORMASI PASIEN/
OBAT MASYARAKAT

PENGAMBIL
KEPUTUSAN
KESIMPULAN
• Informasi obat yang tepat sangat
diperlukan karena merupakan salah satu
bentuk kontribusi terwujudnya POR
• Adalah menjadi kewajiban bagi tenaga
kesehatan untuk menyediakan informasi
obat
• Informasi obat perlu ditingkatkan terus
secara lebih luas dan berkesinambungan
Pustaka :
- DRA. NASIRAH BAHAUDIN, APT, MM. ; IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGGUNAAN
OBAT RASIONAL (POR) DI INDONESIA,.(DIREKTUR BINA PENGGUNAAN OBAT
RASIONAL, DEPKES)
- IRWAN JULIANTO ; PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL
- ASEP CANDRA : WASPADAI PENGGUNAAN OBAT PENENANG TAK RASIONAL

Anda mungkin juga menyukai