Anda di halaman 1dari 62

Laporan Kasus Kelompok

Pendahuluan
• Spondilolistesis merupakan pergeseran kedepan korpus
vertebra dalam hubungannya dengan sacrum atau kadang
hubungan dengan vertebra lainny

• Hilangnya kontinuitas pars intervertebralis sehingga


menjadi kuran kuat untuk menahan pergeseran tulang
belakang

• 5 jenis utama  displastik (kongenital), isthmic,


degeneratif, trauma dan patologis
Laporan kasus
Identitas Penderita
• Nama : Ny. Sutik
• Umur :51 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Beton RT8 RW3 Beton Menganti Gersik
• Agama : Islam
• Pekerjaan :-
• Suku Bangsa : Jawa
• Tanggal pemeriksaan: 25 Februari 2018
Anamnesis
• Keluhan Utama

Nyeri punggung

• Riwayat Penyakit Sekarang

• Pasien datang ke IGD RS. Muhammadiyah Lamongan dengan

keluhan nyeri punggung, nyeri punggung di rasakan sejak 2 tahun

SMRS, memberat 5 bulan SMRS, awalnya nyeri di rasakan pada

paha sebelah kiri kemudian nyeri juga di rasakan pada pinggang kiri

dan pinggang kanan, nyeri dirasakan terus menerus dan menjalar ke

kaki, nyeri dirasakan memberat saat di buat berjalan, pasien juga

mengeluhkan susah BAB , BAK normal, mual disangkal muntah


• Riwayat Penyakit Dahulu
HT - , DM - , asma - , alergi -
Riwayat trauma sebelumnya Jatuh dari motor 18 tahun yang
lalu, jatuh dari kursi dengan posisi duduk 2 tahun yang lalu.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Asma (-), DM dan HT disangkal
STATUS INTERNA SINGKAT
Keadaan Umum : Lemah

Vital Sign COR


GCS: 456 I : Ictus tidak tampak
P: Ictus tidak kuat angkat,
Tekanan Darah : 131/85mmHg thrill (-)
Nadi : 82x/menit P: batas jantung dbn
Suhu : 36C A: S1S2 tunggal, Gallop (-),
Murmur (-)
RR : 20x/menit
ABDOMEN
I: Flat, simetris
P: supel, nyeri tekan (-)
A-/I-/C-/D- H/L ttb
K/L : benjolan (-), pembesaran P: Tympani
KGB (-) pembesaran tyroid (-) A: Bising Usus (+)
normal

THORAK EKSTRIMITAS
I : Normochest, gerak dinding dada
simetris, Retraksi (-), takipneu CRT< 2 detik, akral hangat, kering,
P: Gerak dinding dada simetris merah
P: Sonor/sonor
A: Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Edema
pemeriksaan neurologis
• Reflek fisiologis
Meningeal Sign: • BPR : +2 / +2
• Kaku kuduk (-) • TPR : +2 / +2
• KPR : +2 / +2
• Brudzinski I,II (-) • APR : +1 / +1
• Kernig (-)

Motorik Reflek patologis


• Hoffman-tromner :-/-
• Kekuatan 5/ 5 • Babinski :-/-
3/ 3 • Chaddock :-/-
• Tonus otot N/N • Gordon :-/-
• Oppenheim :-/-
/
SISTEM SENSORIK
Lengan Tungkai Tubuh
Rasa Eksteroseptif: Ka Ki Ka Ki Ka Ki
 Rasa nyeri
superficial ++ ++ + + ++ +

 Rasa suhu
Tidak dievaluasi
(panas/dingin)
 Rasa raba ringan
++ ++ + + ++ ++

Rasa Propioseptif
 Rasa getar tde tde tde tde tde tde
 Rasa tekan + + + + + +
 Rasa nyeri tekan + + + + + +
SISTEM SARAF
OTONOM
• Miksi : dbn
• Defekasi : dbn
• Salivasi : dbn
• Sekresi keringat : dbn
• Gangguan vasomotor :-
• Orthostatic hipotensi :-
Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap
• GDA : 113
• HbsAg : Negative
• HIV Metode 1 : Negative
• Lekosit : 9,9 (4.0-11.0)
• Neutropil : 75,0 (49.0-67.0)
• Limposit : 16,0 (25.0-33.0)
• Monosit : 4,8 (3.0-7.0)
• Eosinopil : 2,7 (1.0-2.0)
• Basofil : 1,5 (0.0-1.0)
• Eritrosit : 4.10 (3.8-5.3)
• Hb : 10,4 (13.0-18.0)
• Hematokrit : 31,3 (35-47)
• MCV : 76,30 (87-100)
• MCH : 25,40 (28-36)
• MCHC : 33,20 (31-37)
• RDW : 11 (10-16.5)
• Trombosit : 301 (150-450)
• MPV : 5 (5-10)
• LED 1 : 55 (0-1)
• LED 2 : 73 (1-7)
• EKG
• MRE
• Foto Thorax
DIAGNOSIS

Diagnosa
klinis
•Low back pain, paraestesia

Diagnosa
topis
•Vertebrae lumbal 4-5

Diagnosa
etiologis
•Spondilolistesis L4-5
Diagnosis Banding

• Spondilosis
• HNP
Penatalaksanaan

• MRS
• Inf RL 1500cc /24jam
• Inf futrolit 1500cc/24jam
• Ceftriaxone 2x2g iv
• Piracetam 2x500mg iv ( Pre OP)
• Citicolin 3x500mg
• Na Metamizole 3x mg
• Stabilisasi spinal (laminektomi)
Monitoring :
• Keluhan pasien
• Tanda tanda vital
• Neurologis
• Edukasi
Banyak istirahat
Makan makanan yang bergizi tinggi
Kurangi angkat beban berat

• Prognosis
Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
SPONDILOLISTESIS
• Definisi
• Kata spondylolisthesis berasal dari bahsa Yunani yang
terdiri atas kata “spondylo” yang berarti tulang
belakang (vertebra) dan “listhesis” yang berarti
bergeser.
• Spondilolistesis adalah suatu pergeseran korpus
vertebrae (biasanya kedepan) terhadap korpus
vertebra yang terletak dibawahnya. Umumnya terjadi
pada pertemuan lumbosacral (lumbosacral joints)
dimana L5 bergeser
Epidemiologi
• Spondilolistesis mengenai 5-6 % populasi pria, dan 2-3 %
wanita.
• Karena gejala yang diakibatkan olehnya bervariasi, kelainan
tersebut sering ditandai dengan nyeri pada bagian belakang
(low back pain), nyeri pada paha dan tungkai.
• Sering penderita mengalami perasaan tidak nyaman dalam
bentuk spasme otot, kelemahan dan ketegangan otot betis.
• Banyak penelitian menyebutkan bahwa terdapat predisposisi
kongenital dalam terjadinya spondilolistesis dengan prevalensi
sekitar 69 % pada anggota keluarga yang terkena.
• Lebih lanjut, kelainan ini juga berhubungan dengan
meningkatnya insidensi spina bifida sacralis
Etiologi

MULTIFAKTOR
Klasifikasi
• spondilolistesis displastik
II A
• Istmhik atau spondilolitik
II B

• spondilolistesis degenerative II C

• spondilolistesis traumatic

• spondilolistesis patologik
Patofisiologi
Spondilolistesis displastik
• kelainan kongenital  malformasi
lumbosacral joints dengan permukaan sendi
yang kecil dan inkompeten.
• Spondilolistesis displastik terjadi akibat defek
arkus neural, seringnya pada sacrum bagian
atas atau L5
Spondilolistesis isthmic
 paling sering. Spondilolistesis isthmic (juga sering disebut
spondilolistesis spondilolitik) merupakan kondisi yang paling
sering dijjumpai dengan angka prevalensi 5-7 %.
 Fredericson et al menunjukkan bahwa defek spondilolistesis
biasanya didapatkan pada usia 6-16 tahun, dan pergeseran
tersebut sering lebih cepat. Ketika pergeseran terjadi, jarang
berkembang progresif, meskipun suatu penelitian tidak
mendapatkan hubungan antara progresifitas pergeseran dengan
terjadinya gangguan diskus intervertebralis pada usia
pertengahan.
 Telah dianggap bahwa kebanyakan spondilolistesis isthmic tidak
bergejala, akan tetapi insidensi timbulnya gejala tidak diketahui.
• Tipe degenerative,
 instabilitas intersegmental terjadi akibat penyakit
diskus degenerative atau facet arthropaty.
 Proses tersebut dikenal dengan spondilosis
 Pergeseran tersebut terjadi akibat spondilosis
progresif pada 3 kompleks persendian tersebut
 Cabang saraf L5 biasanya terkena akibat stenosis
resesus lateralis sebagai akibat hipertrofi ligament
atau permukaan sendi
• Tipe traumatic,
– banyak bagian arkus neural yang terkena /
mengalami fraktur, sehingga menyebabkan
subluksasi vertebra yang tidak stabil
• Spondilolistesis patologis
penyakit yang mengenai tulang, atau berasal dari
metastasis atau penyakit metabolic tulang, 
mineralisasi abnormal, remodeling abnormal serta
penipisan bagian posterior sehingga  pergeseran
(slippage).

 Kelainan ini dilaporkan terjadi pada penyakit


Pagets, tuberculosis tulang, Giant cell Tumor dan
metastasis tumor.
Gambaran Klinis
• Terbatasnya pergerakan tulang belakang
• Tidak dapat memfleksikan panggul dengan
lutut yang berekstensi penuh
• Hiperlordosis lumbal dan thorakolumbal
• Hiperkifosis lumbosacral junction
• Kesulitan berjalan
• Pemendekan badan jika terjadi pergeseran
komplit (spondiloptosis)
Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan
Penunjang
Penatalaksanaan

Konservatif

Operatif
Konservatif
• Modifikasi gaya hidup
• Penyangga external ( breacing)
• Medikamentosa (Analgesik, NSID , steroid)
• fisioterapi
Komplikasi

• Progresifitas dari pergeseran dengan peningkatan tekanan ataupun


penarikan pada saraf spinal

komplikasi

• Pada pasien yang membutuhkan penanganan dengan pembedahan


untuk menstabilkan spondilolistesis, dapat terjadi komplikasi seperti
1. nerve root injury (<1%)
2. kebocoran LCS (2-10 %)
3. kegagalan melakukan fusi (5-25 %)
4. infeksi dan perdarahan dari prosedur pembedahan (1-5 %).
Prognosis

• Pasien dengan fraktur akut dan pergeseran tulang yang


minimal kemungkinan akan kembali normal apabila fraktur
tersebut membaik.
• Pasien dengan perubahan vertebra yang progresif dan
degenerative kemungkinan akan mengalami gejala yang
sifatnya intermiten.
• Resiko untuk terjadinya spondilolistesis degenerative
meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan pergeseran
vertebra yang progresif terjadi pada 30% pasien.
• Bila pergeseran vertebra semakin progresif, foramen neural
akan semakin dekat dan menyebabkan penekanan pada saraf,
hal ini akan membutuhkan dekompres.
PEMBAHASAN
- nyeri punggung, pinggang kanan kiri nyeri 2 tahun SMRS,
memberat 5 bulan SMRS,
- nyeri terus menerus dan menjalar ke kaki, memberat saat
di buat berjalan, Berdasarkan anamnesis,
- Riwayat trauma : jatuh dari motor 18 tahun yang lalu, jatuh pemeriksaan fisik dan
dari kursi dengan posisi duduk 2 tahun yang lalu, pemeriksaan penunjang
- Berjalan terasa sedikit sulit dan menggunakan alat bantu maka Ny. S dapat didiagnosis
berjalan sejak 5 bulan terakhir. Spondilolistesis sebagaimana
- Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak dalam teori bahwa etiologi
sakit, kesadaran compos mentis. spondylolistesis adalah
- Pada pemeriksaan vital sign didapatkan tekanan darah multifaktorial. Predisposisi
131/85mmHg, nadi 82x/menit/reguler, angkat kuat, suhu kongenital, postur, gravitasi,
36oC, dan pernafasan 20x/menit. Kepala, leher, thorax,
tekanan rotasional dan stres/
abdomen dan extremitas dalam batas normal.
tekanan konsentrasi tinggi
- pada pemeriksaan penunjang CT scan vertebre didapatkan
pada sumbu tubuh berperan
Pseudospondylolisthesis L4 terhadap L5 ke anterior grade 1
dan Spondylosis dengan dekstroscoliosis lumbalis. penting dalam terjadinya
pergeseran tersebut.
Pasien mengeluhkan nyeri Hal ini sesuai dengan teori bahwa
punggung dan menjalar ke gambaran klinis spondilolistesis sangat
kaki, kadang terasa bervariasi dan bergantung pada tipe
kesemutan sampai betis, pergeseran dan usia pasien. Selama
dan terasa tebal pada masa awal kehidupan, gambaran
pungung kaki. Keluhan klinisnya berupa low back pain yang
dirasa makin berat saat biasanya menyebar ke paha bagian
berjalan. dalam dan bokong, terutama selama
aktivitas tinggi. Gejala jarang
berhubungan dengan derajat
pergeseran (slippage), meskipun sangat
berkaitan dengan instabilitas segmental
yang terjadi. Tanda neurologis
berhubungan dengan derajat
pergeseran dan mengenai system
sensoris, motoric dan perubahan reflex
akibat dari pergeseran serabut saraf.
Pasien berusia 50 tahun dimana dapat mulai
terjadi proses degenerasi sel.

Pada Tipe degenerative, instabilitas intersegmental


terjadi akibat penyakit diskus degenerative atau facet
arthropaty. Proses tersebut dikenal dengan spondilosis.
Pergeseran tersebut terjadi akibat spondilosis progresif
pada 3 kompleks persendian tersebut. Umumnya terjadi
pada L4-5, dan wanita usia tua yang umumnya terkena.
Cabang saraf L5 biasanya terkena akibat stenosis resesus
lateralis sebagai akibat hipertrofi ligament atau
permukaan sendi.
Pasien memiliki riwayat trauma 18 tahun yang lalu
dan 2 tahun yang lalu, dan gejala mulai muncul sejak
2 tahun yang lalu. Hal ini dapat menjadi salah satu
penyebab munculnya gejala yang dialami pasien.

Dalam teori, spondylolisthesis pada pasien ini


termasuk pada tipe traumatic dimana terdapat
bagian arkus neural yang terkena / mengalami
fraktur, sehingga menyebabkan subluksasi vertebra
yang tidak stabil.
Hal ini sesuai dalam teori bahwa
pemilihan terapi pada pasien
tergantung dari usia pasien, tipe
Pasien 5 bulan
subluksasi dan gejala yang dialami
terakhir sudah
oleh pasien. Tujuan dari terapi
berobat dan
adalah menghilangkan nyeri yang
dirasa belum
dirasakan pasien dan memperkuat
ada perbaikan
serta stabilisasi vertebra. Terapi
dengan obat-
pembedahan hanya
obatan, dan
direkomendasikan bagi pasien yang
memutuskan
sangat simtomatis yang tidak
untuk operasi.
berespon dengan perawatan non-
bedah dan dimana gejalanya
menyebabkan suatu disabilitas.
KESIMPULAN
Spondilolistesis adalah suatu pergeseran korpus
vertebrae (biasanya kedepan) terhadap korpus
vertebra yang terletak dibawahnya.

Peningkatan aktivitas fisik pada masa remaja


dan dewasa sehari-hari mengakibatkan
spondilolistesis sering dijumpai pada remaja
dan dewasa.

Spondilolistesis dikelompokkan ke dalam lima tipe


utama dimana masing-masing mempunyai patologi
yang berbeda. Tipe tersebut antara lain tipe
displastik, isthmic, degenerativ dan traumatic
Faktor biomekanik sangat penting perannya dalam
perkembangan spondilolisis menjadi spondilolistesis.
Tekanan / kekuatan gravitasional dan postural akan
menyebabkan tekanan yang besar pada pars
interartikularis, degenerative, traumatic dan patologik.
Terapi pada spondilolistesis dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu operative dan non
operative. Pemilihan terapi pada pasien
tergantung dari usia pasien, tipe subluksasi dan
gejala yang dialami oleh pasien. Tujuan dari
terapi adalah menghilangkan nyeri yang
dirasakan pasien dan memperkuat serta
stabilisasi vertebra.
Pada pasien yang membutuhkan penanganan dengan
pembedahan untuk menstabilkan spondilolistesis,
dapat terjadi komplikasi seperti nerve root injury
(<1%), kebocoran LCS (2-10 %), kegagalan melakukan
fusi (5-25 %), infeksi dan perdarahan dari prosedur
pembedahan (1-5 %).

Pasien dengan fraktur akut dan pergeseran tulang yang


minimal kemungkinan akan kembali normal apabila
fraktur tersebut membaik. Pasien dengan perubahan
vertebra yang progresif dan degenerative kemungkinan
akan mengalami gejala yang sifatnya intermiten.
Daftar Pustaka
• Sjamsuhidajat R, Jong WD. Sistem Muskuloskeletal. In : Buku
Ajar Ilmu Bedah. 4nd ed. Jakarta : EGC; 20017. p. 835.
• Lippincott Williams and Wilkins; Essential Clinical
Anatomym Revised international ed. edition (1 Mar. 2014)
• Vokshoor A, Keenan MAE. Spondylolisthesis, Spondylolysis,
and Spondylosis. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1266860-overview.
Accessed on November, 23 rd 2013.
• Christopher K. Kepler, Alan S. Hilibrand, MD, Amir
Sayadipour, MD ‘’ Clinical and radiographic degenerative
spondylolisthesis (CARDS) classification’’ August 1,
2015Volume 15, Issue 8, Pages 1804–1811 available at:
www.thespinejournalonline.com/article/S1529-
9430(14)00353-2/abstract acessed march 4 2018
• Farzad Omidi-Kashani, Mohamad Hossein Ebrahimzadeh, and Saman
Salari ‘’ Lumbar Spondylolysis and Spondylolytic Spondylolisthesis: Who
Should Be Have Surgery? An Algorithmic Approach ‘’ Asian Spine J. 2014
Dec; 8(6): 856–863. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4278996/ Accessed march
4 2018
• Leonid Kalichman and David J. Hunter ‘’Diagnosis and conservativen
management of degenerative lumbar spondylolisthesis’’ Eur Spine J. 2008
Mar; 17(3): 327–335. Available at:
https://journals.lww.com/jbjsjournal/.../Spondylolisthesis_and_Spondylolys
is.25.aspx aceesed on march 4 2018
• Zoher Ghogawala, M.D., James Dziura, Ph.D., William E. Butler, M.D., et
al ‘’ Laminectomy plus Fusion versus Laminectomy Alone for Lumbar
Spondylolisthesis’’ April 14, 2016 N Engl J Med 2016; 374:1424-1434
available at : www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1508788 acessed on
march 4 2018,

Anda mungkin juga menyukai