• Abses perianal disebabkan oleh radang ruang pararektum akibat infeksi kuman usus.
Umumnya, pintu infeksi terdapat dikelenjar rektum di kripta antar kolumna rektum.
Penyebab lain ialah infeksi dari kulit anus, hematom, fisura anus, dan skleroterapi.
• Puncak terjadinya abses anorektal adalah pada decade ketiga dan keempat kehidupan. Pria
lebih sering terkena daripada wanita, dimana kondisi ini lebih didominasi oleh pria dengan
perbandingan 2:1 hingga 3:1
Anatomi
Vaskularisasi kanalis analis dan rectum
Definisi
yang sederhana dan merupakan manifestasi akut dimana pada keadaan ini
menghasilkan bahan purulen dari kelenjar kripta pada anus ataupun rektum.
Epidemiologi
– Puncak terjadinya abses anorektal adalah pada dekade ketiga dan keempat kehidupan.
– Berdasarkan data statistik internasional dan amerika serikat, sekitar 30% dari pasien dengan
abses perianal/anorektal melaporkan riwayat abses serupa baik yang diterapi melalui
intervensi bedah atapun sembuh secara spontan.
– Insiden pembentukan abses tampaknya lebih tinggi pada musim semi dan musim panas,
sedangkan dari segi dengan usia dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan yang jelas
pada kejadian abses perianal
Etiologi
• Pemeriksaan laboratorium
• Nyeri di sekitar anus, kulit • Gejala lokal tergantung letaknya
• DR
perianal, terutama bila duduk • Pada abses yang superfisial • Pemeriksaan radiologi
• USG
atau berjalan (perianal) tampak bengkak,
• CT-SCAN
• Gejala sistemik : demam indurasi, kemerahan, panas, • MRI
dan nyeri
• Tidak ada gangguan defekasi
• Pada abses yang profunda
• Mungkin nyeri perut bawah
dengan colok dubur/vaginal
pada abses yang letaknya
atau bimanual, letak abses
profunda
dapat ditentukan.
Pemeriksaan radiologi
Gambaran USG pada abses perianal MRI pada abses perianal Gambaran CT scan pada abses
perianal
Tatalaksana
dari abses anorektal cukup rendah. perianal yang dilakukan insisi drainase atau
drainase spontan akan berkembang menjadi
Berdasarkan data menunjukkan bahwa
fistula anal kronik. Setelah pembentukan
pembentukan abses terulang sekitar
fistula, beberapa komplikasi dapat
10% pada pasien, dan menjadi kronik
berkembang setelah operasi.
yakni fistula anorektal sebanyak 50%.
Laporan kasus
Identitas pasien
– Nama : Tn. R.U
– Jenis kelamin : laki-laki
– Tanggal lahir/Usia : 05 Mei 1955/ 61 tahun
– Alamat : Ds. Wani Dua, Kec. Tanantovea
– Pekerjaan : Wiraswasta
– Agama : Islam
– Masuk R.S : 1 November 2016
– Tanggal pemeriksaan : 19 Desember 2016
– Ruangan : Seroja
Anamnesis
– Keluhan utama : luka pada bokong
– Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan terdapat luka pada bokong yang sudah dialami kurang
lebih 3 minggu sebelum pasien masuk rumah sakit. Awalnya luka berupa benjolan seperti jerawat
yang berukuran kurang lebih 1 x 1 cm, lama-kelamaan benjolan tersebut membesar, berisi nanah
lalu pecah dan kemudian menjadi luka yang luas. Pasien mengatakan benjolan terkadang
mengeluarkan darah dan nanah. Saat ini luka terasa gatal, nyeri, panas, dan tampak merah
kehitaman. Pasien merasa tidak nyaman untuk duduk, sehingga pasien hanya bisa berbaring. Saat
BAB pasien merasa nyeri, dan BAB tidak ada darah. Untuk BAK biasa. Pasien sempat mengalami
demam 2 hari sebelum masuk R.S. Pasien juga mengatakan badannya terasa lemas dan tidak napsu
makan selama dirawat di rumah sakit.
Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu: – Riwayat alergi :
Pasien sebelumnya pernah mengalami bisul Pasien tidak memiliki riwayat alergi
pada area bokong sekitar 2 tahun lalu, namun
tidak separah saat ini.
– Riwayat pengobatan :
Pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus yang
diketahui sekitar 20 tahun dan pasien Pasien biasanya mengkonsumsi obat
terkadang mengontrol di puskesmas. metformin
Urinalisis
– Leukosi : (+1) (-) negative
– Eritrosit : (+3) negative
– Sedimen :
Leukosit : (+) penuh
Eritrosit : (+) penuh
Resume
Pasien laki-laki 61 tahun masuk dengan keluhan luka pada bagian bokong yang dialami sekitar 3
minggu sebelum masuk R.S. Awalnya luka tersebut berupa benjolan yang berukuran 1 x 1 cm,
kemudian luka semakin luas dan berisi nanah serta tampak kemerahan. Saat ini luka terasa nyeri,
gatal, dan panas. Pasien tidak bisa duduk. Saat BAB pasien merasa nyeri. BAK biasa. Pasien
memiliki riawayat diabetes mellitus sudah dialami sekitar 20 tahun dan terkadang mengontrol
dipuskesmas dengan mengkonsumsi metformin. Pada pemeriksaan fisik : 120/70 mmHg, Nadi :
86x/menit, suhu : 36,8°C, pernapasan : 20x/menit. Status lokalisasi : tampak ulser berukuran 15 x
15 x 10cm, eritema (+), terdapat pus. Palpasi nyeri tekan (+), teraba hangat. Pada pemeriksaan
laboratorium : WBC: 30,5 x 103/mm3, (13/12/2016) : 169 mg/dl.
Diagnosis kerja : abses prianal + ISK
Penatalaksanaan :
Farmakologi :
– RL 20 Tpm Non-farmakologi :
– Cefobactam 1 – Mengontrol diet
gr/12j/iv – Debridement
– Ketorolac amp/12j/iv
– Ranitidine amp/12j/iv
– Metronidazol drips
– Novorapid 6-6-6
Baring pasien dengan posisi litotomi, dibawah anastesi total intravena anatesion
(TIVA)
Melakukan disinfektan pada lapangan operasi
Persempit lapangan operasi dengan duk steril
Melakukan debridement pada luka operasi
Bersihkan luka operasi dan tutup luka dengan kasa lembab
Operasi selesai
Follow up
29 desember 2016 30 desember 2016 31 desember 2016
– S : nyeri pada bokong (+), – S : nyeri pada bokong (+) S : K.U baik