Anda di halaman 1dari 36

ASD

dan Penatalaksanaan Rehabilitasi


Medik
Ika Rosdiana, SpKFR
FK Unissula – RSI Sultan Agung
Semarang 2015
ASD Autism Spectrum Disorder
Merupakan salah satu kelompok dari gangguan
anak yg ditandai munculnya gangguan
keterlambatan dalam bidang kogntif, komunikasi,
ketertarikan pada interaksi soasia dan perilaku

Davidson, 2006 psikiater Harvard


Perilaku aneh aneh dgn lingkungan
dan cenderung menyendiri seakan
akan hidup dalam dunia berbeda
ASD
• Sebagian besar hasil penelitian
menunjukkan bahwa, anak dan
orang dewasa dengan ASD,
menunjukkan perilaku-perilaku
yang tidak biasa
terhadap suatu respon sensorik
(O’Neil dan Jones, 1997 dalam Bundy, Lane dan Murray,
2002).
• Mereka mengalami kesulitan untuk mengolah input
sensorik yang masuk, misalnya bila dipanggil namanya
mereka tidak merespon, diajak bicara, tidak menanggapi
(Ayres, 1979).
Impuls sensorik
Informasi sensorik
(Sensory information) berasal dari:
• Mata (Visual)
Terletak pada retina.
Fungsinya menyampaikan semua informasi visual tentang
benda dan menusia.
• Telinga (Auditory)
Fungsinya meneruskan informasi suara. Ayres (1972)
menyebutkan adanya hubungan antara sistem auditory ini
dengan perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory
mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya
juga akan terganggu
Impuls sensorik
• Hidung (Olfactory)
Disebut juga indera pembau,
terletak pada selaput lendir
hidung,
fungsinya meneruskan informasi mengenai bau-bauan
(bunga, parfum, bau makanan)
• Lidah (Gustatory)
Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah,
fungsinya meneruskan informasi tentang rasa (manis,
asam, pahit,dan lain-lain) dan tekstur di mulut (kasar,
halus, dan lain-lain)
Impuls sensorik
• Kulit (Tactile)
Taktil adalah indera peraba.
Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput lendir.
Bayi yang baru lahir, menerima informasi untuk
pertama kalinya melalui indera peraba ini.
Trott, Laurel dan Windeck (1993), menjelaskan bahwa:
Sistem taktil ini mempunyai dua sifat, yaitu
diskriminatif dan protektif.
Diskriminatif adalah kemampuan membedakan rasa
(kasar, halus, dingin, panas), sedangkan sifat protektif
adalah kemampuan untuk menghindar atau menjaga
dari input sensorik yang berbahaya.
Impuls sensorik

Otot dan persendian (Proprioceptive)


Ayres (1979) menyebutkan bahwa proprioseptif merupakan
sensasi yang berasal dari dalam tubuh manusia, yaitu
terdapat pada sendi, otot, ligamen dan reseptor yang
berhubungan dengan tulang.
Input proprioseptif ini menyampaikan informasi ke otak
tentang kapan dan bagaimana otot berkontraksi (contracting)
atau meregang (stretching), serta bagaimana sendi
dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending), ditaril
(being pull) atau ditekan (compressed).
Melalui informasi ini, individu dapat mengetahui dan
mengenal bagian tubuhnya dan bagaimana bagian tubuh
tersebut bergerak (dalam Ayres, 1972)
Impuls sensorik
• Keseimbangan / balance (Vestibular) Ayres (1979)
menyebut sistem vestibular ini sebagai “business center”,
karena semua sistem sensorik berkaitan dengan sistem ini.
• Sistem vestibular ini terletak pada labyrinth di dalam
telinga bagian tengah.
Fungsinya meneruskan informasi mengenai gerakan dan
gravitasi.
Sistem ini sangat mempengaruhi gerakan kepala dalam
hubungannya dengan gravitasi dan gerakan cepat atau
lambat (Accelerated or decelerated movement), gerakan
bola mata (okulomotor), tingkat kewaspadaan (level of
arousal) dan emosi.
Gangguan sensory integrasi
• Kesulitan untuk mengolah input sensorik yang masuk
ataupun reaksi yang berlebihan terhadap suatu
stimulus, merupakan beberapa ciri-ciri dari gangguan
sensory integration.
• Apabila seorang anak dapat memproses input sensorik
dengan baik, maka ia akan berperilaku secara adaptif.
Akan tetapi bila seorang anak tidak dapat memproses
input sensorik dengan baik, maka perilaku yang muncul
tidak sesuai
• Anak akan berespon secara berlebihan pada suatu
input yang sebenarnya tidak membahayakan atau anak
mengabaikan input yang masuk (perilaku maladaptive)
etiologi
Menurut teori Psikososial
• Autism dianggap sebagai akibat dari hubungan orang tua dengan anak yang dingin
• dan tidak akrab atau sebaliknya
Teori Biologis
• a. Faktor genetik
• Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih tinggi dibanding
• populasi keluarga normal.
• b. Pranatal, Natal, Post-Natal
• Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi terlambat, gangguan
• pernapasan, anemia.
Neuro-Anatomi
• Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama dalam kandugan yang mungkin
• disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan, atau infeksi.
Manifestasi klinis
1. Komunikasi, dimana kualitas komunikasi tidak
normal
ditunjukkan dengan:
Terlambat bicara
Tidak ada usaha untuk berkomunikasi dengan
lingkungan sekitar
Tidak mampu memulai suatu pembicaraan
Cenderung monoton
Menggunakan bahasa tak lazim dan sering di
ulang ulang/ stereotipik
Manifestasi klinis
2. Interaksi sosial terganggu
Gagal tatap muka
Wajah tak berekspresi
Tidak mudah mencari teman dalam berbagi
kesenangan
Tidak mampu berempati dan mencoba
membaca emosi dengan baik
Manifestasi klinis
3. Ketertarikan yang sangat terbatas dan banyak
pegulangan terus menerus/ stereotipik
Ritual khusus
Satu pola perilaku tak normal
Gerakan gerakan motorik yg di ulang ulang
Manifestasi klinis
4. Gangguan sensoris
Sensitif terhadap sentuhan (tak suka dipeluk)
Langsung tutup telinga bila mendengar suara
keras
Senang mencium cium, menjilat jilat, gigit gigit
benda
Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan takut
Manifestasi klinis
5. Pola bermain
Tidak suka bermain dengan anak sebaya
Tidak bermain sesuai dengan fungsi mainan
Menyenangi benda yang berputar (kipas
angin, jam dll)
Sangat lekat dengan benda benda tertentu &
dipegang terus menerus
Manifestasi klinis
6. Emosi
Sering marah marah tanpa alasan
Sering tertawa tanpa alasan
Sering menangis tanpa alasan
“Temper tantrum”, mengamuk tak terkendali
Menyerang dan merusak, menyakiti diri
sendiri, tak mempunyai empati, tak mengerti
perasaan orang lain
Klasifikasi

1. Berdasarkan saat munculnya kelainan


Autisme infantil : sejak lahir
Autisme fiksasi : muncul pada usia 2-3 tahun
Klasifikasi

2. Berdasarkan intelektual/ IQ
IQ < 50 Autisme + RM (60% anak autis)
IQ 50-70 Autisme + RM Ringan (20% anak
autis)
IQ >70 Autisme tanpa RM (20% anak autis)
Klasifikasi
3. Berdasarkan interaksi sosial
Kelompok yg menyendiri: menarik diri, acuh
tak acuh, perilaku tdk hangat
Kelompok pasif: dapat melakukan pendekatan
sosial & bermain jika pola permainan
disesuaikan dengan dirinya
Kelompok yang aktif tapi aneh, spontan
mendekati anak lain tapi interaksinya tidak
sesuai.
Klasifikasi
4. Berdasarkan prediksi kemandirian
Prognosis buruk dapat mandiri (2/3 anak
autis)
Prognosis sedang memiliki kemajuan dibidang
sosial dan pendidikan (1/4 anak autis)
Prognosis baik, kehidupan sosial yang normal
(1/10 anak autis)
Penatalaksanaan Rehabilitasi Medik
Terapi okupasi dengan pendekatan SI menggunakan
pendekatan bermain dengan anak, karena dunia
bermain adalah dunia terdekat untuk dapat
menggambarkan perilaku anak. Di dalam ruang
terapi, disediakan berbagai macam input untuk
dapat diolah , input yang tersedia: input
proprioseptif berupa perlengkapan main, yaitu
luncuran, “prosotan”, input vestibular, berupa
berbagai macam bentuk ayunan, trampolin. Input
taktil (kulit) diwakili oleh bermacam-macam
tektrus permukaan lantai, kain, dll.
Penatalaksanaan Rehabilitasi Medik
Ciri dari terapi Sensory Integration adalah

Anak merasakan dan terlibat dengan input yang ada di


sekitarnya (sensory enriched)
Fungsi dari terapis adalah sebagai fasilitator dan anak
yang menentukan arah / keinginannya. Prinsip ini yang
membedakan terapi sensory integration dengan
pendekatan terapi kaum behavioris (Applied Behavior
Analysis / ABA) . Pada terapi ABA, kurikulum terapi
ditetapkan oleh terapis (teacher-directed and
controlled), anak digambarkan sebagai sosok yang
pasif (Murphy, 1997)
Penatalaksanaan Rehabilitasi Medik

Tidak boleh memaksakan kehendak, karena fungsi


terapis hanya sebagai fasilitator, anak yang
menentukan
Just the right challenge: tingkat kesulitan harus
selangkah lebih maju dibandingkan kemampuan
anak sekarang. Tantangan yang diberikan tidak
terlalu sulit tapi juga memiliki kemungkinan gagal
FUN, arti kata FUN ini adalah permainan harus
menyenangkan dari sudut pandang anak, bukan
dari sudut pandang terapis
Wilbarger Protocol

Apply heavy, consistent pressure, on the arms, hands, back, legs and feet
in an up and down motion using the special surgical brush provided.
Always keep in physical contact with the child.
The brush should be held horizontally to provide input on the arms and
legs. You can brush over the clothes of a sensitive child who isn’t
comfortable with the brush directly against their skin. When brushing
over the clothes, hold the brush vertically for stronger input.
Repeat the procedure every 90 minutes to two hours (six times per day).
The input provided by this protocol to the nervous system lasts
approximately two hours. Repetition on this schedule keeps the input to
the nervous system consistent.
The order of the body parts brushed does not matter. Following with joint
compression is essential.
Tujuan terapi

Terapi okupasi dengan pendekatan SI dapat


memperbaiki fungsi otak pada anak dengan
ASD, sehingga perilaku anak menjadi lebih
adaptif.
Tujuan terapi

 Setelah terapi ini dilakukan, anak dapat memproses


berbagai informasi sensorik dengan lebih baik
 Anak mampu menyimak dan mulai merespon usaha
orang tua atau pengasuh untuk melakukan interaksi
sosial. Hal ini dapat membantu perkembangan emosi
dan kognitifnya.
 Masalah regulasi, seperti pola tidur, makan, biasanya
berkurang pada bulan-bulan pertama terapi. Perbaikan
fungsi ini biasanya diikuti dengan perbaikan kesehatan
anak secara keseluruhan.
Tujuan terapi

 Ekspresi wajah mulai bervariasi


 Kemajuan dalam keinginan untuk melakukan interaksi (joint
attention)
 Anak- anak yang memiliki kecenderungan high arousal
(mudah marah, mudah frustasi, cemas, emosi tinggi
disebabkan karena stimulus tertentu), setelah mengikuti
terapi, dapat mengontrol emosinya dengan lebih baik
 Perbaikan kemampuan motorik anak (motorik kasar,
motorik halus, oral motor)
 Perbaikan dalam keterampilan praksis. Hal ini akan
membantu anak dalam mengorganisasikan perilaku yang
lebih bermakna (mengurangi perilaku stereotipik)
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai