Anda di halaman 1dari 71

TES DAN INTERPRETASI

CAIRAN ASITES
PENDAHULUAN
Asites :
 Akumulasi cairan yang berlebihan di ruang
intraperitoneal (rongga serosa) oleh berbagai
sebab.
 Normal ruang intra peritoneal hanya berisi 1-10
ml cairan untuk membasahi lapisan atau tunika
serosa.
 Keseimbangan cairan intraperitoneal tergantung
tekanan koloid osmotik dalam kapiler,
permeabilitas dinding kapiler dan tekanan
hidrostatik.
Patogenesis terbentuknya asites :
Peninggian permeabilitas kapiler karena
inflamasi, yang disertai kenaikan kadar protein
darah lebih dari 3mg/dl.
Penurunan tekanan koloid osmotik, karena
gangguan sintesis albumin, penurunan kadar
protein darah kurang dari 2,5mg/dl.
Peninggian tekanan hidrostatik karena peninggian
tekanan vena misalnya pada payah jantung
kongestif atau pada sirosis hepatis.
Hambatan aliran limfe karena tumor, inflamasi,
fibrosis, dll
Perforasi organ atau ruptur pembuluh darah oleh
trauma, misalnya perforasi usus.
METODE :
Pengambilan sampel cairan asites dilakukan
dengan punksi abdominal/peritoneal :
Indikasi punksi abdominal :
Indikasi Terapeutik : Untuk mengurangi
tekanan intra abdominal.
Indikasi Diagnostik : Untuk menentukan
diagnosis dan penanganan.
Persiapan pasien :
– Jelaskan tujuan tes dan cara pengambilan
sampel. Penjelasan yang tepat mengenai tujuan
dan cara kerja membantu menimbulkan sikap
koperatif dari penderita dan memudahkan
dalam melakukan tindakan.
– Buat surat persetujuan tindakan.
– Monitor tanda vital (tensi,nadi) penderita
sebelum, selama dan sesudah pengambilan
sampel.
TES MAKROSKOPI
1. Volume
2. Warna dan Kejernihan
3. Berat jenis
4. Bekuan
1. Volume
Pra analitik :
Persiapan sampel : tidak ada persiapan
khusus
Prinsip tes : makin besar volume cairan
asites menunjukkan besarnya
penekan-an organ intraperitoneal
5,6,7,8
Alat : Gelas ukur .
Analitik :
Cara kerja : melihat besarnya
volume cairan asites pada gelas ukur
5,6,7,8
Pasca analitik :
Interpretasi :
Volume cairan menunjukkan
beratnya penyakit dan besarnya
penekanan intra abdominal 5,6,7,8
2. Warna dan kejernihan
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada persiapan
khusus
Prinsip tes : setiap kelainan memberi
warna dan kejernihan yang berbeda.
Alat : tabung yang jernih.
Analitik
Cara kerja : lihat warna dan kejernihan
sampel 5,6,7,8
Pasca analitik
Interpretasi :
– Warna transudat biasanya kekuning-
kuningan dan jernih sedang eksudat dapat
berbeda-beda
– Bilirubin memberi warna kuning
– Darah berwarna merah atau coklat
– Pus memberi warna putih-kuning dan keruh
– Chylus putih seperti susu dan keruh
3. Berat jenis (BJ)
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada
persiapan khusus
Prinsip tes : menentukan jenis cairan
Alat : Urinometer bila cairannya
banyak, bila sedikit dipakai
refraktometer
Analitik
Cara kerja :
BJ yang diukur dengan menggunakan hidrometer
atau urinometer, hasil pembacaan pada
urinometer dikoreksi dengan temperatur ruangan
seperti pada urinalisa

Suhu kamar – suhu tera x 0,001 + BJ pd hidrometer


BJ = -------------------------------------------------------------
3

Suhu kamar : Suhu ruangan saat pemeriksaan.


Suhu tera : suhu yang tertulis pada alat
~ Pengukuran BJ dengan refraktometer
Cara Kerja :
Bersihkan permukaan prisma refraktometer
dengan kain yang lembab, kemudian dengan
kain kering. Tutup dengan penutupnya, pegang
secara horisontal. Teteskan 1 tetes cairan
asites pada lekukan penutup prisma. Arahkan
alat ke arah sumber sinar. Fokuskan eye piece,
langsung baca skala dimana terlihat batas
antara gelap dan terang .
Pasca analitik :
Interpretasi :
BJ cairan ascites (transudat) umumnya 
1,018. Bila >1,018 menunjukkan adanya
proses inflamasi (eksudat) .
4. Bekuan
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus
Prinsip tes : fibrinogen menyebabkan sampel
membeku.
Alat : tabung yang jernih.
Analitik
Cara kerja : biarkan sampel selama 1 jam, kemudian
lihat apakah ada bekuan atau tidak.
Pasca analitik
Interpretasi :
Bekuan ( + ) : eksudat : ada proses peradangan
Bekuan ( - ) : transudat
B. TES KIMIA
Tujuan tes: Membedakan transudat dan eksudat
Pemeriksaan Kimia mencakup :
Tes Rivalta (Tes Seromusin/tes protein kualitatif)
Tes protein kuantitatif
Tes glukosa kuantitatif
Tes LDH (Laktat Dehidrogenase) kuantitatif
1. Tes Rivalta (tes seromusin/tes
protein kualitatif)
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes:
Penambahan asam asetat glacial pada
cairan akan menimbulkan terjadinya
penggumpalan protein, yang terlihat
sebagai kekeruhan .
Alat dan bahan :
gelas ukur
pipet tetes
asam asetat glacial
aquades.
Analitik
Cara kerja :
– Campurkan asam asetat glasial 2 tetes
dalam aquades 100 ml.
– Teteskan setetes cairan asites pada
permukaan larutan tersebut.
Pasca analitik
Interpretasi :
- Positif (terbentuk awan putih kebiruan) 
eksudat
- Negatif (tidak terbentuk awan putih) 
transudat 6,7,8 .
Tes Protein (Kuantitatif)
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Metode semi otomatis
Prinsip tes : Protein dengan ion Cuprum (Cu)
dalam larutan alkalis akan
membentuk kompleks senyawa
yang berwarna ungu kebiruan.
Absorban warna yang dihasilkan
dibaca pada panjang gelombang 540
nm.5,7
Alat dan bahan metode semiotomatik:
Fotometer
Pipet ukur 5 ml
Pipet mikro 50 ul,250ul
Inkubator 37C
Pipet volumetrik 50 ml
Reagen : NaOH 6 mol/liter
Reagen Biuret
Larutan NaCl-Na azide
Larutan standar Protein 100g/l
Reagen blanko biuret
Analitik
Cara kerja Semiotomatik
Pipetkan kedalam tabung-tabung sbb:

Larutan Blanko reagen Blanko standar standar sampel Blanko


sampel

Reagen biuret 2,5 ml - 2,5 ml 2,5 ml -


Reagen blanko - 2,5 ml - - 2,5 ml
Biuret
Protein Standar - 50 ul 50 ul - -
100g/l
Sampel pasien - - - 50ul 50 ul
Akuades 50 ul - - - -
Perhitungan Semiotomatik :
Kadar Protein : T x 100 g/l
S
T = Absorban sampel - absorban
blanko sampel – absorban
blanko reagen
S = Absorban standar – absorban
blanko
standar – absorban blanko reagen
b. Cara otomatis
Pra analitik
Persiapan sampel : tidak ada
persiapan khusus.
Prinsip tes:
Protein + Cu+ Cu-
Protein kompleks
Pembacaan dilakukan dengan
fotometer
Alat dan bahan cara otomatis :
Pipet mikro 500 ul
Tabung mikro
Rak tabung, rak reagen
Alat otomatis Cobas Mira
Reagen 1: Reagen Blank
Reagen 2 : Reagen Biuret
Analitik
Cara kerja :
Masukkan 500 ul sampel cairan asites
ke dalam tabung mikro.
Letakkan tabung mikro pada rak tabung.
Siapkan reagen pada rak reagen
masukkan dalam alat otomatis Cobas
Mira.
Buat program untuk pemeriksaan
protein. Selanjutnya pemeriksaan
berjalan secara otomatis.
Pasca analitik :
Interpretasi :
Kadar protein < 3 mg/dl : transudat
Kadar protein > 3 mg/dl : eksudat.
3. Tes glukosa kuantitatif
Pra analitik
– Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus
6,7,9
– Metode : Heksokinase.
Akibat penambahan reagen terhadap sampel
yang mengandung glukosa
Prinsip tes :

HK
Glukosa + ATP G-6-P + ADP
Heksokinase mengkatalisasi fosforilase glukosa
menjadi glukosa-6 -fosfatase oleh ATP
G-6-PDH
G-6-P + NADP gluconate-6-P + NADPH
+H
Konsentrasi glukosa diukur dengan fotometer.
Alat dan bahan:
Pipet mikro 500 ul
Tabung mikro
Rak tabung
Reagen 1 : Buffer/ATP/NADP
Reagen 2 : HK/G-6-PDH
Alat otomatis Cobas Mira.
Analitik
Cara Kerja :
Masukkan 500 ul sampel cairan asites ke
dalam tabung mikro.
Letakkan tabung mikro pada rak tabung.
Siapkan reagen pada rak reagen masukkan
dalam alat otomatis Cobas Mira.
Buat program untuk pemeriksaan.
Selanjutnya pemeriksaan berjalan secara
otomatis.
Pasca analitik:
Interpretasi :
Kadar glukosa = glukosa plasma:
transudat
Kadar glukosa > glukosa plasma :
eksudat
4. Tes LDH kuantitatif
Pra Analitik
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes :
Kinetik UV Pyruvate + NADH + H+ LDH L-
Laktat + NAD+
NADH akan mengoksidasi secara langsung
dengan bantuan aktivasi LDH dan diukur
dengan fotometer.
Alat dan bahan:
– Pipet mikro 500l
– Tabung mikro
– Rak tabung
– Alat otomatis Cobas Mira
– Reagen 1 : Buffer/ATP/NADP
– Reagen 2 : HK/G-6-PDH
Analitik
Cara kerja :
Masukkan 500l sampel cairan asites ke
dalam tabung mikro.
Letakkan tabung mikro pada rak tabung.
Siapkan reagen pada rak reagen masukkan
dalam alat otomatis Cobas Mira.
Kalau terjadi kesukaran dalam membedakan
eksudat dan transudat maka biasanya
dilakukan tes LDH.10
Pasca analitik
Interpretasi :
Bila kadar LDH kurang dari 200IU/l
adalah transudat
Kadar LDH sama atau lebih dari 200IU/l
adalah eksudat.
TES KIMIA TAMBAHAN UNTUK
CAIRAN ASITES :
Enzim amilase
Alkali fosfatase
Laktat
Ureum kreatinin
Amonia
Bilirubin
1. Tes enzim amilase
Pemeriksaan rutin
Dilakukan bila ada dugaan asites yang
disebabkan pankreatitis, pseudokistik
pankreas dan perforasi pankreas atau
gastroduodenal.
Nilai normal enzim amilase pada cairan asites
sama dengan nilai normal pada plasma
darah.
Bila terdapat peningkatan enzim amilase lebih
tiga kali enzim amilase plasma menunjukkan
adanya keadaan patologis diatas.
2. Tes Alkali fosfatase
Dilakukan bila ada dugaan ruptur gaster,
nilai alkali fosfatase >10 IU/l. 5
3. Tes Laktat
Dilakukan bila ada dugaan peritonitis
bakterial. Nilai laktat pada peritonitis
bakterial 4,44mmol/l. 5
4. Tes Ureum Kreatinin
Dilakukan bila ada dugaan asites yang
disebabkan oleh ruptur traktur urinarius,
misalnya pada ruptur buli-buli. Pada ruptur
buli-buli didapatkan nilai ureum kreatinin
cairan asites lebih dari ureum kreatinin
serum.
5. Tes Amonia
Dilakukan bila ada dugaan asites yang
disebabkan oleh perforasi ulkus peptik,
ruptur appendiks, strangulasi usus dan
ruptur buli-buli. Nilai amonia cairan
asites pada keadaan tersebut lebih dari
amonia serum.
6. Tes Bilirubin
Dilakukan bila ada dugaan asites yang
disebabkan oleh oleh ruptur vesica
fellea, nilai bilirubin lebih dari 6,0mg/dl.
C. TES MIKROSKOPI
1. Hitung Jumlah sel
Tujuan : Membedakan transudat dan
eksudat.
Hitung jumlah lekosit dilakukan bila
diduga cairan asites tersebut
bersifat eksudatif .
Pra Analitik :
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : menghitung jumlah sel lekosit
pada cairan asites
Alat dan bahan :
Larutan Turk
kamar hitung Improved New Bauer
pipet mikro ukuran 20ul, 200ul
mikroskop.
Analitik :
Cara kerja :
Encerkan cairan asites dengan larutan Turk
dengan pengenceran 10 kali.
Hasil pengenceran diteteskan pada kamar
hitung, kemudian dibaca di bawah mikroskop
pada empat kotak lekosit, hasil perhitungan
dikali 25/mm3 .
Pasca analitik :
Interpretasi :
Lebih dari 80% transudat dan kurang dari 20
% eksudat menunjukkan jumlah lekosit <
1000/mm 3
Jumlah lekosit > 10.000/mm 3 dijumpai
pada pankreatitis.
Jumlah lekosit 25-100.000/mm3 dijumpai
pada peritonitis bacterial
Jumlah lekosit 5-10.000/mm3 dijumpai pada
peritonitis TB
2. Hitung Jumlah Eritrosit:
Pra analitik
– Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
– Prinsip:
Hitung jumlah eritrosit dilakukan bila cairan asites
berwarna kemerahan.Untuk membedakan darah
tersebut akibat punksi perco-baan, maka asites
yang diambil untuk pemeriksaan mikroskopik
terutama untuk pemeriksaan hitung eritrosit tidak
diambil dari cairan yang pertama kali keluar dari
drainase tetapi sebaiknya diambil saat
pertengahan drainase.
Alat dan bahan :
larutan Hayem
kamar hitung Improved New
Bauer
pipet mikro ukuran 20ul, 200ul
mikroskop.
Analitik
Cara kerja :
Encerkan cairan asites dengan larutan
Hayem dengan pengenceran 200 kali.
Hasil pengenceran diteteskan pada kamar
hitung, kemudian dibaca di bawah
mikroskop pada lima kotak eritrosit, hasil
perhitungan dikali 10.000/mm3.
Pasca analitik
Interpretasi :
~ jumlah eritrosit >100.000/mm3
menunjukkan adanya trauma atau
keganasan.
~ Bila jumlah eritrosit <100.000/mm3
kemungkinan eritrosit berasal akibat
punksi percobaan.
3. Hitung Jenis
Pra analitik
Persiapan sampel : sampel disentrifus kemudian
yang diambil adalah sedimennya.
Prinsip tes: Perbedaan morfologi lekosit dan
daya serap masing-masing jenis lekosit
terhadap zat warna. Untuk membedakan jenis
inflamasi akut atau kronis maka dilakukan
pemeriksaan hitung jenis sel. Untuk
membedakan jenis inflamasi akut atau kronis
maka dilakukan pemeriksaan hitung jenis sel .
Alat dan bahan :
alat sentrifus
kaca objek,
metil alkohol (fiksasi),
pewarnaan Giemsa,
pengukur waktu.
Analitik
Cara kerja :
Sedimen cairan asites dibuat hapusan
kemudian biarkan kering.
Fiksasi dengan metil alkohol dan setelah
kering diwarnai dengan Giemsa selama
20 menit.
Kemudian bilas dengan air mengalir.
Hasilnya dibaca di bawah mikroskop.6,7,8
Pasca analitik
Interpretasi :
Hitung 100 sel lekosit, bila PMN
(polimorfonuklear) >50%  inflamasi akut
Limfosit >50%  inflamasi kronis.
D. TES MIKROBIOLOGI
a. Pewarnaan Gram
Pra analitik
Persiapan sampel : sampel ditempatkan dalam
tabung yang steril (tabung kaca dengan sterilisasi
autoklaf, tabung plastik dengan ultraviolet, dapat
diperoleh di bagian mikrobiologi) tanpa
antikoagulan.
Prinsip tes: bakteri akan menyerap zat warna
tertentu yaitu kristal violet. Dengan penguatan
lugol, bakteri Gram positif akan tetap mengikat
warna ungu meskipun ada penambahan alkohol
dan fuschin/safranin, sedangkan bakteri Gram
negatif akan melepaskan warna ungu dengan
adanya penam-bahan alkohol akan mengikat
safranin atau fuchsin menjadi warna merah.
Alat dan bahan :
– Gelas objek
– Minyak emersi
– Mikroskop
– Rak pewarnaan
– Bunsen
– Reagen
Cat Gram A :
Kristal violet (warna ungu) ……… 2 gram
Alkohol 96%………………… 20 cc
Amonium oxalat 1 % dalam aqua 80 cc
Cat Gram B:
Jodium (warna coklat) …………… 1 gram
Kalium jodida………………. …….. .2 gram
Aquades ……………………. …… 300 cc
Cat Gram C :
Aceton (tdk berwarna) ……………30 cc
Alkohol ……………………………70 cc
Cat Gram D :
Safranin ………………………….1 gram
Alkohol 96% ……………………10 cc
Aquades ………………………….90 cc
Analitik
Cara kerja :
Buatlah sediaan di atas kaca objek, keringkan
pada suhu kamar dan panaskan di atas api 3
– 4 menit. Dinginkan.
Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan.
Preparat yang telah siap dicat digenangi
dengan cat Gram A selama 1- 3 menit.
Kuman Gram (+) dan Gram (-) akan berwarna
ungu, kemudian cat dibuat dan tanpa dicuci.
Kemudian digenangi cat Gram B selama ½ -
1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir.
Tetesi / dicelup cat Gram C sampai warna
dilunturkan
Kemudian ditetesi dengan cat Gram D selama 1–2
menit.
Gram D merupakan warna kontras maka bakteri
Gram (+) yang telah mengikat cat gram A tidak
mampu mengikat Gram D, sehingga bakteri tetap
berwarna ungu, sedangkan bakteri Gram (-) yang
telah dilunturkan oleh cat Gram C (bakteri tidak
berwarna), akan mengikat warna cat Gram D
sehingga bakteri akan berwarna merah.
Cuci dengan air dan keringkan di udara. Setelah
kering lihat di bawah mikroskop pembesaran 100 x
menggunakan minyak emersi.
Pasca analitik
Interpretasi :
Gram positif (+) : bakteri akan berwarna
ungu, bentuknya jelas (batang atau kokus)
Gram negatif (-) : bakteri akan berwarna
merah, bentuknya jelas (batang atau
kokus )
b. Pewarnaan Ziehl Neelsen

Pra analitik
Persiapan sampel : sampel ditempatkan
dalam tabung yang steril (tabung kaca
dengan sterilisasi autoklaf, tabung
plastik dengan ultraviolet, dapat
diperoleh di bagian mikrobiologi) tanpa
antikoagulan.
Prinsip tes : bakteri akan mengikat
warna merah sesuai sifatnya.
Alat dan bahan :
Gelas objek
Minyak emersi
Mikroskop
Rak pewarnaan
Bunsen
Sengkelit
Kaca objek
Reagen :
- Ziehl Neelsen A
- Ziehl Neelsen B
- Ziehl Neelsen C
Analitik
Cara kerja :
Buatlah sediaan di atas kaca objek, keringkan pada
suhu kamar dan panaskan di atas api 3– 4 menit.
Dinginkan. Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan.
Preparat yang telah siap, dicat dan digenangi dengan
cat ZN – A, kemudian dipanasi dengan lampu
sampai menguap tetapi tidak mendidih. Bakteri yang
tahan asam dan yang tidak tahan asam akan
berwarna merah. Tunggu selama 5 menit kemudian
dicuci dengan air
Kemudian preparat ditetesi dengan cat ZN – B.
Bakteri yang tahan asam akan tetap berwarna
merah, sedang yang tidak tahan asam menjadi tidak
berwarna.
Setelah itu preparat segera diangkat dan
dicuci dengan air.
Genangi preparat dengan ZN – C selama 2
menit, bakteri yang tahan asam tidak akan
mengikat warna ZN – C, tetapi yang tidak
tahan asam akan mengikat warna biru.
Cuci preparat dengan air dan dikeringkan
dalam temperatur kamar.
Keringkan dan lihat di bawah mikroskop
dengan pembesaran 100x meng-gunakan
minyak emersi.
Pasca analitik:
Interpretasi:
- Basil tahan asam  Basil terlihat
berwarna merah.
- Basil tidak tahan asam  Basil berwarna
biru.
E. PETANDA TUMOR
Carcinoembryonic Antigen (CEA)
~ Metode Semi otomatis
Pra analitik
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.
Persiapan sampel : sampel yang digunakan adalah
serum atau plasma, hindari sampel yang
hemolisis.
Prinsip tes : Enzyme immunoassay berdasarkan
prinsip Sandwich
Alat dan bahan :
– Alat Cobas EIA
– Fotometer (panjang gelombang 450nm)
– alat pencuci ( washer )
– pengeram ( inkubator)
– rak dan tabung reaksi yang dilengkapi
adhesive foil
– pipet mikro 50ul
– bead dispenser
Bahan :
manik-manik ( bead )
larutan TMB Substrate : 8 TMB
(Tetramethylbenzidine )
larutan TMB Buffer : 10 substrate buffer
Stopping solution : Sulphuric acid 5 %
Larutan standar 3 a – 3 f, kontrol.
Analitik

Cara kerja :
a. Otomatis (Cobas Core®)
Pada prinsipnya pemeriksaan CEA cara
otomatis sama dengan cara semioto-matis.
Perbedaannya antara lain :
1. Semua tahap reaksi pada pemeriksaan serta
pengukuran dilakukan oleh alat Cobas Core
secara otomatis
2. Pada tahap reaksi enzimatik tidak dibutuhkan
stopping solution
3. Alat Cobas Core akan mengeluarkan hasil
berupa lembar print out.
b. Semiotomatis
Reaksi imunologi :
pipet sesuai skema di bawah ini (volume dalam μL)
Spesimen Tabung reaksi
/sampel S1 S2 S3 S4 S5 S6 C P RB

Standar 3a 50
Standar 3b 50
Standar 3c 50
Standar 3d 50
Standar 3e 50
Standar 3 f 50
Kontrol 50
Sampel pasien 50
Anti CEA 200 200 200 200 200 200 200 200
Conyugate
Tutup tabung reaksi dan inkubasi pada inkubator Cobas EIA
37 0 C
30 menit kemudian kocok. Hindari dari cahaya terang
Angkat tutup tabung dan cuci dengan menggunakan Cobas
EIA Washer
Reaksi enzimatik :
10 menit sebelum akhir reaksi imunologik, siapkan larutan kerja
substrate
tambahkan 250 μL larutan kerja substrat pada semua tabung reaksi,
termasuk RB dan inkubasi selama 15 menit pada 37 0 C pada
inkubator Cobas EIA .
Selanjutnya kocok dan jauhkan dari cahaya terang.
Tambahkan stopping solution 1 ml pada semua tabung reaksi, campur
dengan baik.
Setelah 1 jam, baca absorban dari standar, kontrol dan sampel pasien,
serta reagen blank pada fotometer 450 nm.
~ Nilai rujukan CEA14 : < 2,5 ng/ml
~ Nilai range alat Cobas Core : 0 – 50 ng/ml
Pasca analitik
Interptretasi :
– Jika nilai > 50 ng/ml, sampel harus diencerkan 1:10
dan 1:100, sebagai berikut :
Pengenceran 1 : 10  20 μl sampel + 180 μl
diluent I Cobas Core
Pengenceran 1 : 100 20 μl dari pengenceran
I:10 + 180 μl diluent I Cobas Core
– Pada penyakit neoplasma, dijumpai kadar CEA
hingga 5 ng/ml.
– Pada keganasan umumnya dijumpai kadar CEA
lebih 10 ng/ml.
– Pemantauan kadar CEA untuk mengetahui respons
terhadap terapi dan progresivitas tumor.
– Nilai >20 ng/ml preoperasi berprognosis
kurang baik, oleh karena menun-jukkan
tingkat keganasan yang tinggi dan
adanya metastase.
– Dalam klinik untuk mendiagnosis, nilai CEA
ditunjang dengan tes lain dan keterangan
klinis pasien
Ciri transudat dan eksudat sbb :
Transudat Eksudat

Warna kuning muda muda purulen,


Bau Tidak berbau mengandung darah
Kejernihan encer, jernih Chyloid (bervariasi).
Berat jenis kurang dari 1,018 (1,005- lebih atau sama dengan 1,018
Bekuan 1015) Bekuan spontan oleh adanya
Protein tidak ada Fibrinogen
Glukosa kurang dari 3mg/dl sama atau lebih dari 3mg/dl
LDH + sama dengan plasma kurang dari glukosa plasma
Tes Rivalta kurang dari 200IU/l sama atau lebih dari 200IU/l
Sel-sel negatif Positif
kurang dari1000/mm3 >1000/mm3(netrofil pada infeksi
Bakteriologik akut, limfosit pada infeksi kronik)
(mikroskopik/ negatif positif
kultur)

Anda mungkin juga menyukai