HOOC-CH2 CH2-COOH
• K STABILITAS KOMPLEKS:
[My](n-4)+
• K= K semakin besar,
n+ 4- Kompleks semakin
[M ] [ Y ] stabil
Contoh :
H+ H+ H+ H+
• Y4- → HY3- → H2Y2- → H3Y- → H4Y
• Pengurangan pH menyebkan konsentrasi Y4-
berkurang banyak
• Sehingga ion logam lebih sulit diubah secara
kuantitatif dalam kompleksnya
• Pada umumnya perlu pH besar (alkali) agar
konsentrasi Y4- besar molalitas besar
• Konsentrasi Y4- yang besar diperlukan untuk
pembentukan kompleks dengan EDTA supaya
menghasilkan K stabilitas kecil seperti Mg; Ca
• Untuk menghasilkan Kstabilitas yang kecil
perlu pH rendah,
• karena jumlah [Y4-] yang diperlukan sedikit
misal Cu; Zn
• Adalah zat warna yang dapat membentuk
komples dengan ion logam yang berwarna
pada daerah pH tertentu
• Misal:
– Eriochrom black T ( untuk p.k Mg)
– Calcein (untuk p.k Ca)
– Xylenol orange (untuk p.k Bi)
– Murexide (untuk pk Ca)
• Reaksi perubahan EBT pada berbagai pH:
pH pH
• H2In- HIn2- In3-
• Merah Biru Oranye
• pH 5,3-7,3 10,5-12,5
• Pada pH 7-10, indikator dalam bentuk HIn2-
(biru), dengan ion logam membeentuk
kompleks beerwarna merah
Reaksi:
• MgIn- Mg2+
•
+
H2Y2-
MgY MgY
+
H2In-
H2Y2-
1. TITRASI LANGSUNG
• Ion logam yang ditentukan diatur pHnya dengan bufer
salmiak pH=10
• Ditambah indikator EBT & masking agent
• Dititrasi langsung dengan EDTA
• Perubahan warna pada titik akhir titrasi disebabkan karena
indikator terusir dari kompleks logam-indikator
• Titrasi dilakukan sampai perubahan warna sempurna
2. Titrasi Kembali (tidak Langsung)
• Pada larutan ion logam ditambah EDTA berlebih
• Diatur pH larutan dengan bufer
• Kelebihan EDTA ditetrasi kembali dengan larutan baku
ion logam
• Cara ini digunakan bila :
– Dalam larutan terdapat ion lain selain ion logam yang
ditentukan, yang dapat mengendapkan ion logam yang
ditentukan misal: OH-, fosfat
• Tidak ada indikator yang cocok untuk logam yang
ditentukan
• Reaksi ion logam- EDTA lambat
3. TITRASI SUBSTITUSI