Anda di halaman 1dari 22

HERAWATI

LARUTAN STANDAR
(TITRANT)

SAMPEL dan
INDIKATOR
SYARAT TITRASI TERJADI
(PRINSIP REAKSI )

LARUTAN UJI
(TITRAT)

VA.NA = VB.NB

HERAWATI 3/3/21 2
SENYAWA KOMPLEKS

KATION ANION

Mn+ :Ligand

Ikatan kovalen koordinasi

Reaksi umum : Mn+ + :L (M : L)n+


(kompleks)

3/3/21 3
I. TITRASI dengan PENGOMPLEKS ANORGANIK
Reaksi pembentukkan komplek berlangsung
bertahap; Contoh : Cu(NH3)42+ (4 tahap)
II. TITRASI dengan PENGOMPLEKS POLIDENTAT
(KELATOMETRI) khususnya dengan EDTA
Reaksi : Mn+ + H2Y2- (MY)n-4 + 2H+
“Selama titrasi berlangsung pH berpengaruh)

3/3/21 4
ž Tujuan : menetapkan kadar suatu analit dalam
sampel berdasarkan pembentukkan senyawa
kompleks antara titran dan titrat.
ž Prinsip : didasarkan pada pembentukan senyawa
kompleks yang larut.
ž Larutan standar : ligan, atau kation
ž Indikator : indikator logam (erio-t, calmagite,
murexide, dan lain-lain)
ž Titik akhir titrasi : ditandai dengan perubahan
warna larutan.
(V x N)titrant = (V x N)titrat = (V x N)analit

3/3/21 5
1. EDTA dalam ligan heksadentat yang mempunyai 6 buah atom
donor pasangan elektron; yaitu melalui kedua atom N dan
keempat atom O dari OH. EDTA merupakan garam Na-EDTA yang
mudah larut dalam air.
2. EDTA dapat membentuk kompleks dengan ion logam dengan
perbandingan (1:1) artinya ; 1 molekul EDTA dengan 1 ion logam,
sehingga reaksi berjalan cepat dan 1 tahap.
3. Konstanta kestabilan kelat kompleksnya umumnya besar, sehingga
reaksi sempurna (kecuali dengan logam alkali)
4. Bahan baku primer untuk standardisasi EDTA mudah diperoleh
(CaCO3).
5. Asam EDTA dalam larutan mempunyai 5 spesiasi :
H4Y H3Y- H2Y2- HY3- Y4-

3/3/21 6
ž Pada pH rendah kesetimbangan bergeser ke kiri sehingga jumlah
terbesar EDTA akan berbentuk H4Y
ž Pada pH tinggi sebagian EDTA akan terdapat sebagai spesiasi Y4-

ž Berapapun pH larutan EDTA dan spesiasi manapun yang dominan


ataupun tidak dominan, jumlah total mol kelima spesiasi EDTA
tersebut akan selalu sama dengan mol bentuk yang dilarutkan atau
yang terbentk dalam reaksi :
Mn+ + H2Y2- (MY)n-4 + 2H+
Kesempurnaan reaksi tergantung pada pH titrat :
ž Semakin tinggi pH semakin baik, tetapi ada batas tertentu. Pada pH
yang lbh rendah dari batas tersebut maka titrasi tidak layak.
ž Titrat pada titrasi EDTA harus diberi buffer pH agar memenuhi pH
tersebut. Buffer juga diperlukan untuk menyerap ion-ion hidrogen
yang dihasilkan dalam reaksi titrasi. Jika ion hidrogen yang
dihasilkan dalam reaksi makin banyak, maka mengganggu jalannya
reaksi.
ž Supaya titrasi berjalan sempurna harus diperhatikan pH minimum.
pH minimum berbeda-beda untuk setiap kation yang dititrasi.
ž Jika pH terlalu tinggi, ion logam terhidrolisa dan membentuk
endapan logan tersebut

3/3/21 7
ž Syarat – syarat pemakaian indikator ion logam dalam
mendeteksi titik akhir titrasi :
1. Dalam titrasi kompleksiometri dengan EDTA, tidak terjadi
perubahan warna karena perubahan pH
2. Reaksi warna harus selektif atau spesifik
3. Kompleks indikator logam harus stabil, jika tidak stabil,
maka akan terjadi disosiasi menyebabkan perubahan warna
yang tidak tajam;
4. Harus ada perbedaan yang jelas antara warna indikator dan
warna kompleks indikator-logam
5. Indikator harus peka terhadap ion logam

M – In M – EDTA
Contoh indikator :
erio-t (H3In), calmagite, murexide dan lain-lain

3/3/21 8
Contoh: indikator logam yang banyak digunakan : Erio-T (H3In)

H3In H2In- HIn2- In3-


(merah) (biru) (jingga)
pH= 6,3 pH = 11,6
pH 6,3 – 11,5 HIn2- merupakan spesiasi yang paling dominan
berwarna biru. Maka bila menggunakan Erio –T sebagai
indikator harus menggunakan buffer dengan nilai pH diantara
kedua nilai tersebut, agar terjadi perubahan warna yang jelas
dari merah ke biru.

Jika pH kurang dari 6,3 atau lebih dari 11,5, indikator bebas dan
kelatnya hampir tidak berbeda warna atau bahkan sama.

Erio-tTjuga bersifat indikator asam-basa berubah warna bila pH


lingkungan berubah, karena pada pH berbeda, spesiasi yang
dominan juga berbeda.
Logam yang banyak dititar dengan erio-T : Ca, Mg, Ni, Zn

3/3/21 9
ž Erio –T cocok untuk titrasi Mg2+ pada pH 10, tapi tidak cocok
untuk Ca2+. Karena untuk titrasi Ca2+, titik akhir timbul
terlalu awal. Untuk mengatasinya, pada larutan Ca2+
ditambahkan Mg2+ karena kelat MgIn- lebih kuat daripada
CaIn-. Maka indikator akan diikat oleh Mg2+ harus
diperhitungkan, dikurangkan dari hasil titrasi.
ž Mg dapat juga diberikan dalam bentuk larutan Mg-EDTA ke
dalam larutan yang dititrasi. Dalam hal ini tidak perlu dicari
berapa EDTA yang terpakai oleh Mg karena tidak ada Mg yang
terpakai sama sekali.

ž Rekasi yang terjadi :


1. Indikator + logam membentuk kelat (Min)
2. EDTA + logam : titrasi, membentuk kelat (MY)
3. EDTA + kelat indikator logam : membebaskan indikator,
terjadi perubahan warna indikator bebas.

3/3/21 10
1. Penetapan Kesadahan Air (CaCO3)
2. Penetapan Ion Logam Mg, Ni, Fe, Zn, dan lain-
lain dalam sampel air, limbah, tanah, dan lain-
lain

3/3/21 11
ž Tujuan : Standarisasi konsentrasi EDTA dengan baku primer CaCO3
ž Reaksi : sebelum Ca2+ direaksikan dengan EDTA ditambah buffer pH 10 yang mengandung ion
Mg2+ dan indikator erio-T (HIn2-)
Sebelum titrasi:
Ca2+ + HIn2- CaIn- + H+
(Indikator)biru merah
Mg2+ + HIn2- MgIn- + H+ (lebih dominan)
biru merah
Karena CaIn- lebih lemah daripada MgIn- sehingga indikator diikat oleh MgIn- maka EDTA (H2Y2-)
bereaksi dengan Ca2+
Selama titrasi :
Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+
analit titrant
Saat titik akhir titrasi :
MgIn- + H2Y2- MgY2- + HIn2- + H+
Biru (pada Titik Akhir Titrasi)
Perhitungan :
M EDTA (H2Y2-) = mg CaCO3
(mL EDTA x BM CaCO3)

HERAWATI 3/3/21 12
ž Tujuan : menetapkan kesadahan jumlah dalam sampel air secara kompleksiometri
dengan EDTA (H2Y2-) menggunakan indikator Erio-T (HIn-2)
ž Reaksi :
Sebelum titrasi:
Ca2+ + HIn2- CaIn- + H+
(Indikator) biru merah
Mg2+ + HIn2- MgIn- + H+ (lebih dominan)
biru merah
Karena CaIn- lebih lemah daripada MgIn- sehingga indikator diikat oleh MgIn- maka EDTA (H2Y2-)
bereaksi dengan Ca2+
Selama titrasi :
Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+
analit titrant
Saat titik akhir titrasi :
MgIn- + H2Y2- MgY2- + HIn2- + H+
Biru (pada Titik Akhir Titrasi)

ž Perhitungan : Ca (mg/L) = (mL EDTA x M EDTA X BA Ca)/L sampel


Ca (%) = {(mL EDTA x M EDTA X BA Ca)} x 10-3) x 100 %
mL sampel

HERAWATI 3/3/21 13
1. Titrasi Langsung
2. Titrasi Tidak Langsung
3. Titrasi Kembali
4. Titrasi Pergeseran
5. Titrasi Alkalimetri

3/3/21 14
ž Kalsium karbonat murni ditimbang 0,2428 g, dimasukkan ke
labu takar 200 mL, dilarutkan dengan penambahan asam
klorida secukupnya dan diimpitkan dengan aquades sampai
tanda tera dan dihomogenkan. Kemudian larutan tersebut
dipipet 50 mL dimasukkan ke erlenmeyer dan ditambahkan 10
mL buffer pH 10 yang mengandung ion Mg, ditambahkan
indikator Erio-T, lalu dititar dengan EDTA ternyata
membutuhkan 42,75 mL EDTA.
1. dibuat larutan 0,01M EDTA sebanyak 1 L (BM 372,2 g/mol),
berapa yang ditimbang EDTA tersebut??
2. Tuliskan reaksi yang terjadi secara stoikiometri lengkap!!!
3. Hitung molaritas larutan EDTA berdasarkan data kuantitatif
yang ada!!
4. EDTA yang telah diketahui konsentrasinya pada soal (3),
digunakan sebagai titrant untuk titrasi 200 mL sampel air
yang mengandung ion kalsium dengan indikator erio-T dan
buffer pH 10 yang mengandung ion magnesium. Titik akhir
titrasi membutuhkan 16,35 mL EDTA. Hitung kadar ion
kalsium sebagai kalsium karbonat dalam satuang (mg/L)!!!
3/3/21 15
ž Sampel air 100 mL mengandung ion kalsisum dan
magnesium dititar dengan 15,25 mL EDTA 0,0106 M dalam
suatu buffer amoniak pH 10. sampel air lain 100 mL
(mengandung ion kalsisum dan magnesium) dititar dengan
natrium hidroksida untuk mengendapkan ion magnesium
membentuk magnesiumhidroksida, dan kemudian dititar
pada pH 13 dengan 10,45 mL EDTA yang sama. Hitung
kadar masing-masing kalsium dan magnesium sebagai
kalsium karbonat dan magnesium karbonat dalam satuan
mg/L (ppm)

3/3/21 16
Penimbangan atau
Pemipetan
Contoh/Sampel 1. Pilih pelarut sampel
yang sesuai
2. Teknik melarutkan analit
3. Mengatur kondisi larutan,
misalnya pH, temperatur
Pelarutan 4. Pemilihan indikator yang sesuai
Sampel

Titrasi 1. Pengamatan Titik Akhir Titrasi harus benar


2. Pembacaan Buret (sesuaikan
dengan tipe buret yang digunakan)

Perhitungan Kadar Analit :


(V x N)Titrant = (V x N)Titrat = (V x N)analit)

3/3/21 17
ž MENIMBANG
1. Kebersihan
2. Waterpass
3. On kan neraca
4. Zero point
5. Memasukkan wadah
6. Memasukkan zat
7. Kondisi neraca (jendela neraca)
8. Stabilitas neraca
9. Pembacaan penimbangan (pencatatan)
10. Zero point
11. Off neraca
12. Mengeluarkan

3/3/21 18
ž MELARUTKAN ZAT
1. Pencucian labu takar & corong
2. Penggunaan pengaduk & corong
3. Membilas leher labu dengan aquades
4. Pelarutan awal
5. Leher labu dilap
6. Penetapan tanda tera
7. Pengenalan Kondisi kritis
8. Pengocokkan (12 kali)

3/3/21 19
ž MEMIPET
1. Disiplin
2. Kebersihan
3. Pencucian pipet dengan air
4. Pembilasan pipet (tidak naik turun)
5. Pembilasan pipet (2x)
6. Dilap sebelum ditera
7. Penepatan tanda tera (miniskus)
8. Posisi pipet vertikal membentuk sudut 45o
9. Ditunggu 15 hitungan

3/3/21 20
ž TITRASI
1. Pengetahuan jenis buret & peruntukkannya
2. Pencucian buret dengan air
3. Pembilasan buret (2x)
4. Memasukkan larutan memakai corong
5. Pengelapan bagian atas buret
6. Penepatan tanda tera
7. Gelembung di cerat
8. Alas putih
9. Penurunan cairan
10. Pengamatan titik akhir
11. Pembacaan skala

3/3/21 21
TERIMA KASIH

3/3/21 22

Anda mungkin juga menyukai