Anda di halaman 1dari 39

PMK NOMOR 176/PMK.

04/2013
(PERUBAHAN PMK NOMOR 254/PMK.04/2013
TENTANG KITE PEMBEBASAN)

Direktorat Fasilitas Kepabeanan-DJBC, Desember 2013


LATAR BELAKANG
Stimulus Sebagai salah satu upaya untuk mendorong ekspor, mengurangi
Fiskal defisit neraca perdagangan, memperkuat daya saing perusahaan,
dan meningkatkan investasi perlu diberikan insentif fiskal berupa
fasilitas PPN tidak dipungut untuk barang impor yang hasil
produksinya diekspor
Simplifikasi Penyederhanaan persyaratan, prosedur pelayanan, dan perizinan
dalam mendapatkan fasilitas dipandang perlu untuk meningkatkan
investasi yang berorientasi ekspor
Fairness Untuk meningkatkan investasi yang berorientasi ekspor, maka
pemberian fasilitas didasarkan pada kemampuan perusahaan
dalam pengelolaan sistem pengendalian intern dan sistem
pencatatan persediaan bahan baku dan hasil produksinya
Harmonisasi Dalam upaya mendukung ketersediaan bahan baku bagi
perusahaan KITE, perlu dioptimalkan fungsi dan harmonisasi
fasilitas yang lain seperti Kawasan Berikat dan Gudang Berikat
Otomasi Penggunaan teknologi informasi diperlukan untuk mendukung
business process KITE, antara lain pemenuhan persyaratan cukup
disampaikan dengan media softcopy
Pokok-Pokok Perubahan
1. Ketentuan Umum
2. Penerbitan NIPER
3. Skep Pembebasan
4. Periode Pembebasan
5. Impor
6. Jaminan
7. Pemeriksaan Pabean
8. Pembongkaran/Penimbunan
9. Penyerahan Konversi
10.Subkontrak
11.Ekspor Tidak Langsung (Ekspor Barang Gabungan)
12.Force Majeure
13.Laporan Pertanggungjawaban
14.Monitoring dan Evaluasi
15.Pembekuan dan Pencabutan NIPER
16.Sanksi
17.Ketentuan Lain-Lain
18.Ketentuan Peralihan
KETENTUAN UMUM (1)
Hal PMK 254 PMK 176

Insentif fiskal Pasal 1 angka (3) Pembebasan bea masuk dan/atau PPN
Pembebasan bea masuk atas Impor barang atau PPN dan PPnBM tidak dipungut atas
dan bahan untuk diolah, dirakit, atau Impor Bahan Baku untuk diolah, dirakit,
dipasang pada barang lain dengan tujuan atau dipasang pada barang lain dengan
untuk diekspor. tujuan untuk diekspor

Penegasan Pasal 1 angka (4) Perusahaan adalah badan usaha yang


lingkup kegiatan Perusahaan yang mendapatkan Pembebasan melakukan kegiatan pengolahan,
usaha Perusahaan adalah badan usaha yang mendapatkan perakitan, dan/atau pemasangan Bahan
Pembebasan. Baku yang mendapatkan Pembebasan.
Bahan Baku yang • Pasal 1 angka (6) • Pasal 1 angka (6)
bisa mendapat Bahan Baku adalah barang dan/atau Bahan Baku adalah barang dan/atau
Pembebasan bahan yang diimpor untuk diolah, bahan termasuk bahan penolong,
dirakit, atau dipasang pada barang lain yang diimpor untuk diolah, dirakit,
dengan mendapatkan Pembebasan. atau dipasang pada barang lain untuk
• Pasal 2 ayat (6) menjadi barang hasil produksi yang
Tidak diberikan Pembebasan: mempunyai nilai tambah dengan
 Bahan Baku yang habis terpakai mendapatkan Pembebasan.
dalam proses produksi; dan/atau
 bahan penolong yang dipergunakan • Pasal 2 ayat (6) dihapus.
dalam proses produksi yang tidak
menjadi bagian integral dari hasil
produksi.
KETENTUAN UMUM (2)
Hal PMK 254 PMK 176
Definisi Tidak diatur Pasal 1 angka (7)
“Bahan Baku Bahan Baku Yang Rusak adalah bahan baku yang
Yang Rusak” mengalami kerusakan dan/atau penurunan mutu dan
tidak dapat diproses atau apabila diproses akan
menghasilkan Hasil Produksi yang tidak memenuhi
kualitas/standar.

Definisi Tidak diatur Pasal 1 angka (9)


“Hasil Hasil Produksi Yang Rusak adalah hasil produksi yang
Produksi mengalami kerusakan dan/atau penurunan
Yang Rusak” kualitas/standar mutu yang secara teknis tidak dapat
diperbaiki menyamai kualitas/standar Hasil Produksi.
KETENTUAN UMUM (3)
Hal PMK 254 PMK 176

Pendefinisian • Pasal 2 ayat (2) • Pasal 1 angka (10)


ulang kegiatan Pengertian diolah adalah serangkaian kegiatan Diolah adalah serangkaian kegiatan yang
“Diolah” yang terdiri lebih dari satu tahapan kegiatan terdiri lebih dari satu tahapan kegiatan
yang bertujuan untuk mengubah sifat dan fungsi
yang bertujuan untuk mengubah sifat
awal suatu Bahan Baku, sehingga menjadi barang
Hasil Produksi yang mempunyai nilai tambah. dan/atau fungsi awal suatu Bahan Baku,
sehingga menjadi barang Hasil Produksi
• Pasal 2 ayat (5) yang mempunyai nilai tambah.
Tidak termasuk dalam pengertian diolah adalah
kegiatan yang semata-mata hanya melakukan • Pasal 2 ayat (5) dihapus.
pemotongan, penyortiran, pengepakan,
dan/atau kegiatan sejenis lainnya.

Pendefinisian Pasal 2 ayat (3) Pasal 1 angka (11)


ulang kegiatan Pengertian dirakit adalah kegiatan berupa Dirakit adalah kegiatan berupa merangkai
“Dirakit” merangkai beberapa komponen bahan dan/atau dan/atau menyatukan beberapa barang
barang sehingga menghasilkan Hasil Produksi dan/atau bahan sehingga menghasilkan
atau alat/barang yang memiliki fungsi yang Hasil Produksi atau alat/barang yang
berbeda dengan Bahan Baku dan/atau barang memiliki fungsi yang berbeda dengan Bahan
komponen awal. Baku dan/atau barang komponen awal.
KETENTUAN UMUM (4)
Hal PMK 254 PMK 176
Perlakuan perpajakan Tidak diatur Pasal 2 ayat (1a)
atas pengeluaran dan Atas pengeluaran Bahan Baku dalam
pemasukan barang rangka subkontrak oleh Perusahaan
dalam rangka kepada badan usaha penerima
subkontrak subkontrak dan pemasukan kembali hasil
pekerjaan subkontrak ke Perusahaan,
tidak dikenakan PPN atau PPN dan
PPnBM.
PENERBITAN NIPER (1)
Simplifikasi persyaratan pemberian NIPER
PMK 254 PMK 176 (Pasal 3 ayat (2))
Persyaratan Pembuktian
• reputasi yang sangat baik; memiliki SPI yang baik • laporan hasil audit oleh auditor
• tidak pernah menyalahgunakan independen dengan opini tidak
fasilitas kepabeanan dlm 1 tahun disclaimer atau adverse; atau
terakhir • paparan SPI untuk badan usaha
• tidak pernah melakukan kesalahan yang baru berdiri.
jumlah dan/atau jenis barang dlm 1
memiliki IT Inventory memiliki print screen & buku manual
tahun terakhir
keterkaitan dg dokumen kepabeanan
• tidak ada tunggakan utang BM&PDRI
dan accessible
• melakukan pengolahan, perakitan,
dan/atau pemasangan yang hasil memiliki nature of business berupa IUI serta perubahannya
produksinya untuk diekspor badan usaha industri manufaktur
• memiliki atau menguasai lokasi
memiliki atau menguasai lokasi bukti kepemilikan atau penguasaan
• menyelenggarakan pembukuan
untuk kegiatan produksi, tempat lokasi
berdasarkan PABU
penimbunan Bahan Baku, dan
• mempunyai laporan keuangan yang
tempat penimbunan Hasil Produksi
diaudit oleh KAP dengan opini tidak
disclaimer atau adverse memiliki NIK
• mendayagunakan IT Inventory untuk
pengelolaan atas pemakaian Bahan memiliki rencana produksi yang jelas adanya alur produksi, rencana
Baku dalam proses produksi badan Impor, rencana Ekspor, daftar
usaha yang bersangkutan yang dapat Bahan Baku, daftar Hasil Produksi,
diakses untuk kepentingan pemeriksaan dan daftar badan usaha penerima
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. subkontrak, dalam hal terdapat
proses produksi yang akan
disubkontrakkan
PENERBITAN NIPER (2)
Hal PMK 254 PMK 176

Penyampaian Pasal 3 ayat (3) • Pasal 3 ayat (3)


permohonan NIPER diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah atau diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah atau
Pembebasan KPU, dengan melampirkan dokumen yang KPU, dengan melampirkan pembuktian kriteria
dipersyaratkan. dan persyaratan dalam bentuk soft copy
berupa hasil scan dari dokumen asli dalam
MPDE.
• Pasal 3 ayat (3a)
Dalam hal diperlukan, Kepala Kantor Wilayah
atau KPU dapat meminta hard copy.
Permohonan NIPER Pasal 3 ayat (4) Dalam hal badan usaha mempunyai lebih dari 1
untuk badan usaha Dalam hal badan usaha mempunyai lebih lokasi pabrik, permohonan ditujukan kepada
yang mempunyai dari 1 lokasi pabrik, permohonan ditujukan Kepala Kantor Wilayah atau KPU yang mengawasi
lebih dari 1 lokasi kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU lokasi pabrik yang mempunyai volume kegiatan
pabrik yang mengawasi lokasi pabrik yang Impor Bahan Baku terbesar.
mempunyai volume kegiatan Impor
terbesar.
Janji layanan Pasal 3 ayat (6) paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap
terhitung sejak permohonan diterima secara
lengkap

Kewajiban Tidak diatur. Pasal 3 ayat (9)


memasang papan Perusahaan wajib memasang papan nama yang
nama sekurang-kurangnya berisi data nama perusahaan
dan nomor NIPER Pembebasan pada setiap lokasi
penimbunan dan setiap lokasi pabrik.
SKEP PEMBEBASAN
PMK 254 PMK 176
Pasal 6
Diatur ketentuan mengenai kewajiban Permohonan SKEP Pembebasan
mengajukan SKEP Pembebasan dihapus dan persyaratan
setelah Perusahaan mendapatkan penyampaian informasi mengenai
NIPER Pembebasan. alur produksi, rencana Impor, dan
rencana Ekspor yang sebelumnya
disampaikan pada saat pengajuan
permohonan Pembebasan,
dipindahkan menjadi salah satu
persyaratan NIPER dan akan
dicantumkan dalam Lampiran Data
Keputusan NIPER.
PERIODE PEMBEBASAN
Hal PMK 254 PMK 176

Jangka Waktu Pasal 7 ayat (2) • paling lama 12 bulan sejak tanggal
Periode • paling lama 12 bulan sejak tanggal pendaftaran PIB dengan
Pembebasan pendaftaran PIB; atau memperhatikan masa produksi
• melebihi jangka waktu 12 bulan dalam Perusahaan; atau
hal Perusahaan memiliki masa produksi • melebihi jangka waktu 12 bulan
lebih dari 12 bulan, setelah mendapat dalam hal Perusahaan memiliki masa
izin dari Kepala Kantor Wilayah atau produksi lebih dari 12 bulan.
KPU.

Perpanjangan Tidak ada ruang untuk dapat Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4)
Periode diperpanjang, apapun kondisinya • Periode pembebasan dapat
Pembebasan diperpanjang dg kriteria:
1. terdapat penundaan ekspor;
2. terdapat pembatalan ekspor;
3. terdapat kondisi force majeur.
• Permohonan perpanjangan hanya
dapat diajukan kepada
Kakanwil/KPU sebelum periode
Pembebasan berakhir.
IMPOR
PMK 254 PMK 176
Pasal 8 ayat (1)
Perusahaan dapat melakukan Impor Bahan Baku dari:
• Luar daerah pabean • Luar daerah pabean
• Gudang Berikat
• Kawasan Berikat
• Kawasan Bebas, dan/atau
• KEK
Pasal 9
• Perusahaan harus mengajukan PIB • Perusahaan harus mengajukan PIB
dengan mencantumkan nomor skep dengan mencantumkan NIPER
Pembebasan pada kolom pemenuhan Pembebasan pada kolom pemenuhan
persyaratan fasilitas Impor persyaratan fasilitas Impor
• Jika tidak mencantumkan, atas Impor
barang dan/atau bahan di PIB tersebut
tidak mendapat Pembebasan
JAMINAN
Hal PMK 254 PMK 176
Besaran Pasal 10 ayat (2) Pasal 10 ayat (2)
jaminan Jaminan yang diserahkan sebesar Jaminan yang diserahkan sebesar
bea masuk atas Bahan Baku bea masuk dan PPN atau PPN dan
sebagaimana diberitahukan dalam PPnBM atas Bahan Baku
pemberitahuan pabean impor. sebagaimana diberitahukan dalam
pemberitahuan pabean Impor.
Penyerahan Tidak diatur Pasal 10 ayat (3a)
jaminan dalam Perusahaan dapat menyerahkan
bentuk jaminan dalam bentuk corporate
corporate guarantee dengan ketentuan:
guarantee a. berstatus AEO, MITA Prioritas,
MITA Non Prioritas; atau
b. berkategori risiko rendah
dengan kondisi keuangan yang
baik, antara lain ditunjukkan
dengan nilai perbandingan total
aset dengan total liabilitas di
atas 110%.
PEMERIKSAAN PABEAN
Hal PMK 254 PMK 176
Penyesuaian nilai Pasal 11 ayat (3) Dilakukan sepanjang dapat
jaminan Dilakukan sepanjang dapat diyakini bahwa jenis barang sesuai
(dalam hal ditemukan diyakini bahwa jenis barang dengan yang tercantum dalam
adanya yang diimpor sesuai dengan NIPER Pembebasan.
ketidaksesuaian tarif yang tercantum dalam
dan/atau nilai keputusan mengenai
pabean) Pembebasan.
Perlakuan terhadap Pasal 11 ayat (4) Atas kelebihan jumlah dan/atau
Bahan Baku dalam Atas seluruh Impor atas PIB jenis barang Impor tidak dapat
hal ditemukan yang diajukan tidak dapat diberikan Pembebasan dan
adanya diberikan Pembebasan dan dilakukan penelitian atau
ketidaksesuaian dilakukan penelitian atau penyelidikan lebih lanjut.
jumlah dan/atau jenis penyelidikan lebih lanjut.
barang berdasarkan
hasil Pemeriksaan
Pabean
PEMBONGKARAN/PENIMBUNAN
PMK 254 PMK 176
Pasal 12 ayat (2)
Pembongkaran dan/atau penimbunan di lokasi selain yang tercantum dalam NIPER
berdasarkan permohonan Perusahaan a. mengajukan permohonan dan
dengan mendapatkan persetujuan dari mendapatkan persetujuan dari
Kepala Kantor Wilayah atau KPU. Kepala Kantor Wilayah atau KPU; atau
b. Untuk Perusahaan AEO, MITA
Prioritas, dan MITA Non Prioritas,
cukup dengan menyampaikan
pemberitahuan sebelum kegiatan
pembongkaran dan/atau
penimbunan dilakukan kepada
Kepala Kantor Wilayah atau KPU.
Pasal 12 ayat (2a)
Janji Layanan
• Tidak diatur • Paling lama 5 (lima) hari kerja
terhitung sejak permohonan diterima
secara lengkap
PENYERAHAN KONVERSI
PMK 254 PMK 176
Pasal 13 ayat (1)
Konversi diserahkan saat pengajuan SKEP Konversi diserahkan sebelum proses
Pembebasan produksi dimulai

Pasal 13 ayat (1a) dan (1b)

Dalam hal: Dalam hal terdapat perubahan konversi


a. Perusahaan memproduksi Hasil atas Hasil Produksi sebelumnya, harus
Produksi baru; dan/atau mengajukan perubahan Konversi kepada
b. Perusahaan melakukan perubahan Kepala Kantor Wilayah atau KPU paling
konversi atas Hasil Produksi lambat sebelum melakukan ekspor
sebelumnya.
harus menyerahkan konversi sebelum
mulai memproduksi
SUBKONTRAK
PMK 254 PMK 176
(Pasal 13 dan Pasal 14) (Pasal 13 dan Pasal 14)
• dapat mensubkontrakkan sebagian dari • dapat mensubkontrakkan sebagian dari
kegiatan pengolahan, perakitan, pemasangan kegiatan pengolahan, perakitan, dan/atau
Bahan Baku kepada badan usaha industri pemasangan Bahan Baku kepada badan
yang tercantum dalam data NIPER usaha industri yang tercantum dalam data
Pembebasan sepanjang bukan merupakan NIPER Pembebasan.
kegiatan utama dan bukan pemeriksaan • Jika tidak tercantum, harus izin Kakanwil 
awal, penyortiran, pengepakan, dan/atau diberikan dalam jangka waktu paling lama 10
pemeriksaan akhir hari kerja
• Jika tidak tercantum, harus izin Kakanwil 
diberikan dalam jangka waktu paling lama 15
hari kerja

Relaksasi kebijakan subkontrak


Tidak diatur Perusahaan dapat mensubkontrakkan seluruh
kegiatan atas kelebihan kontrak yang tidak
dapat dikerjakan karena keterbatasan
kapasitas produksi, dengan ketentuan
berstatus perusahaan terbuka, AEO, MITA
Prioritas dan/atau MITA Non Prioritas.
Sanksi tidak memenuhi ketentuan subkontrak
dikenai sanksi administrasi berupa denda dibekukan selama 3 bulan
EKSPOR TIDAK LANGSUNG
(MELALUI MEKANISME EKSPOR BARANG GABUNGAN)
PMK 254 PMK 176

• Tidak diatur Pasal 15 ayat (2)


Hasil Produksi dapat diserahkan kepada perusahaan
lain dalam rangka ekspor barang gabungan dan
dapat dijadikan sebagai penyelesaian atas Bahan
Baku, dengan ketentuan :
• Diserahkan kepada perusahaan yang juga
mendapat fasilitas Pembebasan/Pengembalian;
• Hasil Produksi hanya untuk digabungkan dengan
Hasil Produksi Perusahaan lain serta wajib
diekspor dalam satu kesatuan unit; dan
• Pelaksanaan ekspor gabungan mengacu peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai
tata laksana kepabeanan di bidang ekspor.
FORCE MAJEURE
PMK 254 PMK 176

• Tidak diatur Pasal 16A


Perusahaan dibebaskan dari
kewajiban bea masuk, PPN atau PPN
dan PPnBM dan/atau sanksi
administrasi atas Bahan Baku, barang
dalam proses, dan Hasil Produksi yang
belum dipertanggungjawabkan, dalam
hal terjadi keadaan force majeure,
dengan persetujuan Kepala Kantor
Wilayah atau KPU atas nama Menteri.
LAPORAN PTGG JAWABAN (1)
PMK 254 PMK 176
Kewajiban menyerahkan laporan pertanggungjawaban
Penyerahan secara berkala paling lama 6 bulan Pasal 17 ayat (1)
sekali selama dalam periode Pembebasan Penyerahan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari sejak berakhirnya periode pembebasan
Harus dilampiri dengan: Pasal 17 ayat (2), (3), dan (4)
• dokumen PIB yang telah mendapatkan Harus dilampiri dengan:
persetujuan keluar pejabat bea dan cukai; • dokumen PIB yang telah mendapatkan
• dokumen PEB yang telah mendapat persetujuan persetujuan keluar pejabat bea dan cukai (tidak
Ekspor; berlaku jika melalui kantor pabean yang telah
• salinan bukti penerimaan transaksi Ekspor PDE);
berupa buku piutang, letter of credit, rekening • dokumen PEB yang telah mendapat persetujuan
koran, telegraphic transfer dan/atau dokumen Ekspor (tidak berlaku jika melalui kantor
yang membuktikan adanya transaksi Ekspor; pabean yang telah PDE);
• laporan pemeriksaan Ekspor; dan • dokumen yang membuktikan adanya transaksi
• daftar konversi dari pemakaian Bahan Baku Ekspor; dan
yang dimintakan Pembebasan • laporan pemeriksaan Ekspor
(ketentuan LPE tidak berlaku bagi perusahaan
terbuka, AEO, MITA Prioritas, dan MITA Non
Prioritas)
• Perusahaan yang tidak menyerahkan konversi, • Dihapus.
Bahan Baku yang digunakan oleh Perusahaan
untuk memproduksi Hasil Produksi, tidak diberi
Pembebasan
LAPORAN PTGG JAWABAN (2)
Hal PMK 254 PMK 176

terdapat selisih Tidak diatur Pasal 17 ayat (7)


jumlah pemakaian Dalam hal terdapat selisih jumlah
Bahan Baku pemakaian Bahan Baku berdasarkan hasil
berdasarkan hasil pengujian kesesuaian konversi, maka atas
pengujian selisih tersebut tidak diberikan
kesesuaian konversi Pembebasan dan dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sesuai
ketentuan kepabeanan dan perpajakan.
Sisa proses produksi Sisa proses produksi (waste/scrap) Pasal 17 ayat (8)
(waste/scrap) dari Hasil Produksi dikenakan bea Sisa proses produksi (waste/scrap) yang
masuk sebesar: dijual ke TLDDP berlaku ketentuan:
• 5% dikalikan harga jual, apabila • Dikenakan Bea Masuk sebesar:
tarif MFN Bahan Bakunya 5% a. 5% dikalikan harga jual, apabila tarif
atau lebih; atau MFN Bahan Bakunya 5% atau lebih;
• tarif yang berlaku dikalikan atau
harga jual, apabila tarif MFN b. tarif yang berlaku dikalikan harga jual,
Bahan Bakunya kurang dari 5% apabila tarif MFN Bahan Bakunya
kurang dari 5%
• Dikenakan PDRI berdasarkan harga jual;
• Wajib membuat faktur pajak dan
memungut PPN atau PPN dan PPnBM
sesuai ketentuan perpajakan
LAPORAN PTGG JAWABAN (3)
PMK 254 PMK 176
Terhadap Hasil Produksi, termasuk Hasil Pasal 17 ayat (9)
Produksi rusak atau reject, yang tidak Atas Bahan Baku dan Hasil Produksi yang
diekspor atau tidak dilaporkan sampai tidak dilaporkan sampai dengan periode
dengan periode Pembebasan selesai, dan Pembebasan selesai, tidak diberikan
terhadap Bahan Baku , termasuk Bahan Pembebasan dan dikenakan sanksi
Baku rusak atau reject, yang sampai administrasi berupa denda sesuai
periode Pembebasan selesai tidak diolah, peraturan perundang-undangan di
tidak dirakit, tidak dipasang, tidak bidang kepabeanan dan perpajakan.
diekspor, atau tidak dilaporkan dalam
laporan pertanggungjawaban berlaku
ketentuan :
• jaminan dicairkan sebesar bea masuk
atas Bahan Baku yang terkandung
dalam Hasil Produksi dimaksud;
• Perusahaan dikenai sanksi administrasi
berupa denda
LAPORAN PTGG JAWABAN (4)
PMK 254 PMK 176
Perlakuan terhadap Hasil Produksi dan Bahan Baku rusak atau reject
Tidak diatur secara detail Pasal 17 ayat (10), (11), (12), (13), (18)
• Atas Hasil Produksi rusak atau reject,
harus dimusnahkan atau dirusak dan
hasil perusakannya diperlakukan
sebagai waste/scrap.
• Atas Bahan Baku rusak atau reject,
yang sehingga tidak dapat diolah,
dirakit, dipasang, harus dimusnahkan
atau dirusak (hasil perusakannya
diperlakukan sebagai waste/scrap)
atau diekspor (jaminan dikembalikan
sebesar bea masuk dan PPN atau PPN
dan PPnBM atas bahan baku
dimaksud).
• Penyelesaian atas Hasil Produksi rusak
atau reject, dan Bahan Baku rusak atau
reject dapat digunakan sebagai
laporan pertanggungjawaban atas
Bahan Baku
LAPORAN PTGG JAWABAN (5)
PMK 254 PMK 176
Hasil Laporan Pertanggungjawaban
Dalam hal laporan Pasal 17 ayat (15)
pertanggungjawaban disetujui, Dalam hal laporan pertanggungjawaban disetujui,
jaminan dikembalikan sebesar bea jaminan dikembalikan sebesar bea masuk dan/atau
masuk dari Bahan Baku yang hasil PPN atau PPN dan PPnBM dari Bahan Baku yang hasil
produksinya diekspor produksinya diekspor
Dalam hal laporan • Pasal 17ayat (16)
pertanggungjawaban tidak diserahkan Dalam hal laporan pertanggungjawaban tidak
dalam jangka waktu periode diserahkan dalam jangka waktu periode
pembebasan atau ditolak sebagian pembebasan atau ditolak seluruhnya, tidak
atau seluruhnya, berlaku ketentuan : diberikan Pembebasan dan dikenakan sanksi
• jaminan dicairkan sebesar bea administrasi berupa denda sesuai ketentuan
masuk atas Bahan Baku yang belum kepabeanan dan perpajakan.
dipertanggungjawabkan atau ditolak • Pasal 17 ayat (17)
pertanggungjawabannya, dan Dalam hal laporan pertanggungjawaban ditolak
• Perusahaan dikenai sanksi sebagian, atas Bahan Baku yang ditolak tersebut
administrasi berupa denda tidak diberikan Pembebasan dan dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sesuai ketentuan
kepabeanan dan perpajakan
MONITORING DAN EVALUASI
PMK 254 PMK 176
Pelaksanaan Monev
Pasal 18 ayat (1), ayat (2a)
Tidak diatur • monitoring dan evaluasi dilakukan secara
periodik paling sedikit sekali dalam 1 (satu)
tahun sejak tanggal surat keputusan penerbitan
NIPER Pembebasan
• Jangka waktu dan pelaksanaan monitoring dan
evaluasi terhadap perusahaan terbuka, AEO,
MITA Prioritas, dan MITA non Prioritas
dilakukan secara selektif berdasarkan
manajemen risiko.
Hasil Monev
Pasal 18 ayat (2b)
Tidak diatur Dapat disampaikan kepada unit audit dan unit
pengawasan sebagai bahan informasi awal.
PEMBEKUAN NIPER
PMK 254 PMK 176
Pasal 20 ayat (1)
NIPER Pembebasan dibekukan NIPER Pembebasan dibekukan dalam hal Perusahaan:
dalam hal Perusahaan: • tidak mengajukan permohonan perubahan data NIPER
• tidak mengajukan permohonan Pembebasan;
perubahan data NIPER • tidak melunasi utang bea masuk, PDRI, dan/atau sanksi
Pembebasan; administrasi berupa denda sampai dengan jatuh tempo;
• tidak melunasi utang bea masuk, • tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban;
PDRI, dan/atau sanksi administrasi • tidak menyerahkan dokumen yang diperlukan dalam
berupa denda sampai dengan pelaksanaan monitoring dan evaluasi;
jatuh tempo; • diduga melakukan tindak pidana di bidang kepabeanan
• tidak menyampaikan laporan dan cukai dengan bukti permulaan yang cukup;
pertanggungjawaban; • tidak memasang papan nama berisi data nama
• tidak menyerahkan dokumen yang perusahaan dan nomor NIPER Pembebasan pada lokasi
diperlukan dalam pelaksanaan penimbunan dan lokasi pabrik;
monitoring dan evaluasi; • tidak memenuhi ketentuan subkontrak (berlaku selama
• diduga melakukan tindak pidana 3 bulan);
di bidang kepabeanan dan cukai • tidak melakukan Impor atau Ekspor dengan fasilitas
dengan bukti permulaan yang Pembebasan secara berturut-turut dalam jangka
cukup waktu periode pembebasan
PEMBERLAKUAN KEMBALI NIPER
PMK 254 PMK 176
Pasal 21
NIPER Pembebasan yang NIPER Pembebasan yang dibekukan dapat
dibekukan dapat diberlakukan diberlakukan kembali, dalam hal Perusahaan:
kembali, dalam hal • telah mengajukan permohonan perubahan pada
Perusahaan: data NIPER Pembebasan
• telah melakukan perubahan • telah melunasi seluruh utang bea masuk, PDRI,
pada data NIPER dan/atau denda
Pembebasan • telah menyampaikan laporan pertanggungjawaban
• telah melunasi seluruh utang • telah menyerahkan dokumen yang diperlukan
bea masuk, PDRI, dan/atau dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi
denda • tidak terbukti melakukan tindak pidana
• telah menyampaikan laporan kepabeanan dan cukai
pertanggungjawaban; • telah memasang papan nama berisi data nama
• telah menyerahkan dokumen perusahaan dan nomor NIPER Pembebasan pada
yang diperlukan dalam lokasi penimbunan dan lokasi pabrik.
pelaksanaan monitoring dan • telah berakhir masa pembekuan subkontrak;
evaluasi • telah melakukan Impor atau Ekspor dengan
• tidak terbukti melakukan fasilitas Pembebasan dalam jangka waktu
tindak pidana kepabeanan periode pembebasan
dan cukai
PENCABUTAN NIPER (1)
PMK 254 PMK 176
NIPER Pembebasan dicabut dalam hal NIPER Pembebasan dicabut dalam hal
Perusahaan: Perusahaan:
• tidak mengajukan permohonan perubahan • tidak mengajukan permohonan perubahan
data NIPER Pembebasan dalam jangka waktu data NIPER Pembebasan dalam jangka waktu
30 hari sejak tanggal pembekuan NIPER 30 hari sejak tanggal pembekuan NIPER
Pembebasan; Pembebasan;
• tidak melunasi seluruh utang bea masuk, • tidak melunasi seluruh utang bea masuk,
PDRI, dan/atau denda sampai dengan PDRI, dan/atau denda sampai dengan
diterbitkannya surat paksa; diterbitkannya surat paksa;
• tidak melakukan Impor atau Ekspor dengan • melakukan pembongkaran dan/atau
fasilitas Pembebasan secara berturut-turut penimbunan Bahan Baku di luar lokasi yang
dalam jangka waktu 1 tahun; tercantum dalam NIPER Pembebasan atau
• melakukan pembongkaran dan/atau melakukan pembongkaran dan/atau
penimbunan Bahan Baku di luar lokasi yang penimbunan Bahan Baku di lokasi yang
tercantum dalam NIPER Pembebasan dan tidak diberikan persetujuan oleh Kepala
tidak diberikan persetujuan oleh Kakanwil; Kantor Wilayah atau KPU atau tidak
• tidak melakukan sendiri kegiatan diberitahukan kepada Kepala Kantor
pengolahan, perakitan, dan/atau Wilayah atau KPU;
pemasangan; • terbukti telah melakukan tindak pidana di
• melakukan subkontrak tanpa memenuhi bidang kepabeanan berdasarkan putusan
kriteria dan persyaratan; pengadilan
PENCABUTAN NIPER (2)
PMK 254 PMK 176
• bertindak tidak jujur dalam usahanya, • berubah status menjadi Pengusaha
antara lain membuat konversi yang Kawasan Berikat atau Pengusaha di
tidak benar dan mengakibatkan Kawasan Berikat;
kerugian negara. • dinyatakan pailit berdasarkan putusan
• terbukti telah melakukan tindak pidana pengadilan;
di bidang kepabeanan berdasarkan • tidak menyimpan dan memelihara
putusan pengadilan; dengan baik pada tempat usahanya
• berubah status menjadi Kawasan laporan keuangan, buku, catatan dan
Berikat dokumen yang menjadi bukti dasar
• dinyatakan pailit berdasarkan putusan pembukuan, surat yang berkaitan
pengadilan; dengan kegiatan usaha termasuk data
• tidak menyelenggarakan pembukuan elektronik, serta surat yang berkaitan
berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dengan kegiatan di bidang kepabeanan
yang berlaku umum di Indonesia; selama 10 (sepuluh) tahun;
• mempunyai laporan keuangan yang
dinyatakan oleh KAP dengan opini
disclaimer atau adverse;
PENCABUTAN NIPER (3)
PMK 254 PMK 176
• tidak menyimpan dan memelihara • tidak menyerahkan laporan keuangan,
dengan baik buku dan catatan serta buku, catatan dan dokumen yang
dokumen yang berkaitan dengan menjadi bukti dasar pembukuan, surat
kegiatan usahanya selama 10 tahun; yang berkaitan dengan kegiatan usaha
• tidak menyerahkan buku, catatan, termasuk data elektronik, serta surat
dan/atau dokumen yang berkaitan yang berkaitan dengan kegiatan di
dengan kegiatan usahanya berdasarkan bidang kepabeanan berdasarkan
Laporan Hasil Audit Kepabeanan Laporan Hasil Audit Kepabeanan
dan/atau Cukai; dan/atau Cukai;
• tidak memenuhi persyaratan • tidak lagi memenuhi persyaratan untuk
mempunyai reputasi yang sangat baik; memperoleh NIPER Pembebasan
• tidak memenuhi persyaratan untuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
memperoleh NIPER Pembebasan ayat (2);
berdasarkan hasil evaluasi dan • mengajukan permohonan untuk
monitoring atau hasil audit dilakukan pencabutan NIPER
kepabeanan dan/atau cukai; dan/atau Pembebasan
• mengajukan permohonan untuk
dilakukan pencabutan NIPER
Pembebasan
PENCABUTAN NIPER (4)
PMK 254 PMK 176
Akibat Pencabutan
Pasal 22 ayat (2)
wajib melunasi seluruh tagihan yang wajib melunasi seluruh tagihan yang
terutang sesuai peraturan perundang- terutang sesuai peraturan perundang-
undangan di bidang kepabeanan undangan di bidang kepabeanan dan
perpajakan.

Pencabutan karena berubah status menjadi KB


Pasal 22 ayat (3)

Bahan Baku yang belum diselesaikan Bahan Baku yang belum diselesaikan
kewajiban kepabeanannya, sepanjang kewajiban kepabeanannya, sepanjang
masih dalam periode Pembebasan, dapat masih dalam periode Pembebasan, dapat
dijadikan saldo awal KB dan diperlakukan dijadikan saldo awal Kawasan Berikat dan
sebagai barang Impor dengan mendapat diperlakukan sebagai barang Impor
penangguhan Bea Masuk dengan mendapat penangguhan Bea
Masuk dan tidak dipungut PPN atau PPN
dan PPnBM.
SANKSI
PMK 254 PMK 176
Perusahaan dikenai denda sebesar paling sedikit Dihapus.
100% dan paling banyak 500% dari bea masuk yang Ketentuan terkait sanksi langsung
seharusnya dibayar, dalam hal Perusahaan: tercantum di masing-masing Pasal yaitu:
• tidak membongkar dan/atau menimbun Bahan •Pasal 17 ayat (7)
Baku di lokasi yang tercantum dalam NIPER •Pasal 17 ayat (9)
Pembebasan atau di lokasi lain yang telah •Pasal 17 ayat (16)
mendapat persetujuan Kakanwil •Pasal 17 ayat (17)
• tidak melakukan sendiri seluruh pengolahan,
perakitan, dan/atau pemasangan
• tidak mengekspor Hasil Produksi dan/atau tidak
melaporkan pertanggungjawaban Ekspor sampai
dengan periode pembebasan termasuk
perpanjangan;
• tidak mengolah Bahan Baku dengan mendapatkan
Pembebasan sesuai ketentuan;
• sampai dengan batas periode Pembebasan, laporan
pertanggungjawaban Ekspor tidak disampaikan
atau ditolak
• tidak memenuhi ketentuan subkontrak
• ditemukan selisih fisik Bahan Baku melebihi laporan
Bahan Baku yang sudah dipertanggungjawabkan
berdasarkan hasil audit
KETENTUAN LAIN-LAIN
Hal PMK 254 PMK 176
Koordinasi antara DJBC Tidak diatur Pasal 25A
dengan DJP terkait akses IT Inventory dapat diakses
terhadap IT Inventory yang bagi kepentingan
dimiliki oleh Perusahaan pemeriksaan oleh DJP
dengan terlebih dahulu
berkoordinasi dengan DJBC
Pemanfaatan fasilitas Pasal 26 ayat (1) Perusahaan yang telah
kepabeanan berupa Perusahaan yang telah menerima fasilitas
fasilitas Pembebasan dan menerima fasilitas Pembebasan, dapat
Kawasan Berikat oleh 1 Pembebasan, tidak dapat memanfaatkan fasilitas
(satu) entitas. memanfaatkan fasilitas kawasan berikat,
kawasan berikat. sepanjang lokasinya
berbeda.
KETENTUAN PERALIHAN
• Perusahaan yang telah memiliki NIPER Pembebasan berdasarkan PMK 254,
harus melakukan perubahan data NIPER Pembebasan paling lambat 12
bulan sejak berlakunya PMK 176. Apabila belum mengajukan dalam jangka
waktu tersebut, NIPER Pembebasan dibekukan.
• Terhadap impor yang dilakukan berdasarkan PMK 254 dan belum
diselesaikan laporan pertanggungjawabannya, maka laporan
pertanggungjawaban diselesaikan berdasarkan PMK 254.
• Terhadap ekspor Hasil Produksi yang berasal dari Bahan Baku berdasarkan
PMK 254, dan dari Bahan Baku berdasarkan PMK 176, laporan
pertanggungjawaban diselesaikan berdasarkan PMK 176.
• Terhadap laporan pertanggungjawaban yang masih dalam proses
pemeriksaan pada saat Peraturan Menteri ini diberlakukan, diselesaikan
PMK 254.
• Terhadap SKEP Pembebasan yang masih berlaku pada saat Peraturan
Menteri ini diberlakukan, dinyatakan tetap berlaku dan atas PPN atau PPN
dan PPnBM terutang tidak dipungut.
• Pasal 17 ayat (2) PMK 147 tentang KB dan Pasal 13 ayat (3) PMK 143
tentang GB dinyatakan tidak berlaku.
PEMBERLAKUAN
PMK 176 mulai berlaku setelah 60 (enam puluh) hari terhitung
sejak tanggal diundangkan.
Hasil Pengukuran Kinerja oleh ITJEN pada 3 KANWIL (Desember 2013)
No. Kegiatan Bobot Skor Kanwil DJBC Skor
A B C rata-
rata
1. Fasilitas Pembebasan BM
a. NIPER Pembebasan 30% 30% 21% 25% 25%
b. Permohonan Pembebasan 20% 17% 7% 16% 13%
c. Jaminan 10% 10% 10% 10% 10%
d. Laporan Pertanggungjawaban 20% 17% 19% 18% 18%
e. Monitoring dan Evaluasi 10% 5% 0% 4% 3%
f. Sanksi 10% 6% 10% 10% 9%
Pembebasan BM 100% 85% 67% 83% 78%
2. Fasilitas Pengembalian BM
a. NIPER Pengembalian 30% 30% 25% 27% 27%
b. Konversi 20% 20% NA 20% 20%
c. Permohonan Pengembalian 30% 30% NA 27% 29%
d. Monitoring dan Evaluasi 10% 2% NA 1% 1%
e. Sanksi 10% NA NA NA 0%
Pengembalian BM 100% 91% 82% 83% 85%
Hal-Hal yang Perlu Didiskusikan
Sehubungan dengan Hasil Audit Kinerja oleh ITJEN:
1. Penyusunan pedoman mengenai langkah/prosedur yang harus dilakukan pada saat
pelaksanaan monitoring dan evaluasi
2. Penyusunan pedoman mengenai penilaian SPI
3. Penyusunan pedoman mengenai IT Inventory
4. Penyusunan SOP layanan dan pengawasan fasilitas Pembebasan dan fasilitas
Pengembalian
5. Penyempurnaan sistem komputer pelayanan fasilitas Pembebasan dan fasilitas
Pengembalian
6. Penyelesaian Laporan Pertanggungjawaban (BCL.KT01) Pembebasan Bea Masuk
yang masih dalam proses pada Kanwil DJBC Jakarta dan Kanwil DJBC Banten
7. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Bea Masuk (BCL.KT 02) yang belum
diselesaikan pada Kanwil DJBC Jakarta dan Kanwil DJBC Banten
8. Usulan adanya IKU untuk setiap Kanwil, yang dapat memastikan bahwa petugas
yang menangani layanan fasilitas Pembebasan/Pengembalian telah bekerja sesuai
dengan target yang ditetapkan
9. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
PENDING MATTERS
Permasalahan Kanwil DJBC Jakarta Kanwil DJBC Banten
Laporan Pertanggungjawaban Dari periode 01 Januari 2004 Dari periode tahunan 01
(BCL.KT01) Pembebasan Bea sampai dengan 31 Juli 2013, Januari 2004 sampai dengan
Masuk yang masih dalam terdapat 667 register 31 Juli 2013, terdapat 353
proses BCL.KT01 dengan nilai register BCL.KT01 dengan nilai
Rp.751.190.588.866,- belum Rp.670.729.735.603,-belum
selesai diproses oleh Kanwil selesai diproses oleh Kanwil
DJBC Jakarta, meskipun telah DJBC Banten meskipun telah
mendapat nomor register mendapat register selama 70
selama 90 s.d. 3.465 hari s.d. 3.184 hari
Permohonan Pengembalian Dari periode tahunan 01 sampai dengan Juni 2013,
Bea Masuk (BCL.KT 02) yang Januari 2004 sampai dengan terdapat 89 register BCL.KT-02
belum diselesaikan Juli 2013, terdapat 373 dengan nilai
register BCL.KT02 dengan nilai Rp13.455.625.029,- belum
Rp107.767.495.542,- belum selesai diproses oleh Kanwil
selesai diproses oleh Kanwil DJBC Banten meskipun telah
DJBC Jakarta meskipun telah mendapat register selama 97
mendapat register selama 90 s.d 3.235 hari
s.d 3.459 hari
TERIMA KASIH
Contact us:
kitetpb@customs.go.id
Direktorat Fasilitas Kepabeanan-DJBC, Desember
2013

Anda mungkin juga menyukai