Anda di halaman 1dari 24

NEURITIS OPTIKUS

definisi
• peradangan atau demielinisasi saraf optik akibat
berbagai macam penyakit.
• suatu inflamasi saraf optik yang biasanya idiopatik
dan dapat disertai dengan multiple sklerosis pada
beberapa kasus.
epidemiologi
• Insidensi neuritis optikus dalam populasi per tahun
diperkirakan 5 per 100.000 sedangkan
prevalensinya 115 per 100.000.
• Sebagian besar mengenai usia 20 sampai dengan
40 tahun.
• Wanita lebih umum terkena dari pada pria.
klasifikasi
• Neuritis optik adalah radang nervus optikus yang
dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk :
• intraokular, yang mengenai bagian saraf bola mata
• retrobulbar, yang mengenai bagian saraf di belakang
bola mata
etiologi
• Demielinatif1
• Idiopatik
• Sklerosis multiple
• Neuromielitis optika (penyakit Delvic)
• Diperantarai imun
• Neuritis optik pascainfeksi virus (morbili, mumps, cacar air,
influenza, mononukleosis infeksiosa)
• Neuritis optik pascaimunisasi
• Ensefalomielitis diseminata akut
• Polineuropati idiopatik akut (sindrom Guillain-Barre)
• Lupus eritematosus sistemik
• Penyakit leber
• Infeksi langsung
• Herpes zoster, sifilis, tuberkulosis, crytococcosis,
cytomegalovirus
• Neuropati optik granulomatosa
• Sarkoidosis
• Idiopatik
• Intoksikasi racun eksogen
• tobacco, etil alkohol, metil alkohol
• Penyakit peradangan sekitar
• Peradangan intraocular
• Penyakit orbita
• Penyakit sinus, termasuk mukormikosis
• Penyakit intracranial: meningitis, ensefalitis
• penyakit metabolic
• diabetes, anemia, kehamilan, avitaminosis
Tanda dan gejala
• Gambaran akut
• Monokular
• Hilang penglihatan tiba-tiba selama beberapa jam
sampai hari
• Nyeri pada mata
• Defek pupil aferen dengan tanda pupil Marcus Gun
• Gangguan lapang pandang
• Gambaran kronik
• Kehilangan penglihatan secara persisten (mengalami
perbaikan penglihatan dalam 1 tahun)
• Defek pupil aferen relatif tetap bertahan pada 25%
pasien dua tahun setelah gejala awal
• Desaturasi warna, terutama pada warna merahorange
Diagnosis
• Anamnesis
• Penglihatan yang kabur (visus turun) mendadak
• Adanya bintik buta
• Perbedaan subjektif pada terangnya cahaya
• Persepsi warna yang terganggu
• Rasa sakit pada mata yang terganggu dan lebih sering pada
tipe neuritis retrobulbar daripada tipe papilitis.
• Gejala berlangsung sementara pada salah satu mata (pada
pasien dewasa). Sedangkan pada pasien anak, biasanya
mengenai kedua mata. Terdapat riwayat demam atau
imunisasi sebelumnya pada anak akan mendukung
diagnosis.
• Pemeriksaan penunjang
• Funduskopi
• Pemeriksaan funduskopi pada papilitis terlihat gambaran
hiperemia dan edema diskus optik sehingga membuat batas
diskus tidak jelas.
• 60% pasien dengan neuritis retrobulbar memiliki gambaran
funduskopi yang normal. Namun apabila prosesnya sangat
destruktif, dapat berakhir sebagai optik atrofi dan papil
menjadi pucat, tak berbatas tegas, dan matanya buta.
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan (20/30),
sedang (20/60),maupun berat (20/70).
• Pemeriksaan lapang pandang, biasanya berupa skotoma
sentral atau sentrosekal. Namun setelah 7 bulan, 51 %
kasus memiliki lapanganpandang yang normal.
• Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks
cahaya langsung yangmenurun atau hilang.
• Penglihatan warna berkurang.
• Adaptasi gelap mungkin menurun.
Edema nervus optikus pada neuritis optikus
• MRI (magnetic resonance imaging) MRI
diperlukan untuk melihat nervus optikus dan
korteks serebri. Hal inidilakukan terutama pada
kasus-kasus yang diduga terdapat sklerosis
multipel.
• Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah
• Slit lamp
• Visually evoked response (VER) terganggu dan
menunjukan penurunan amplitude dan
perlambatan waktu transmisi.
Neuritis Optik Papiledema Neuropati Optik
Iskemik
Gejala Visus Visus sentral hilang Visus tidak hilang; Defek akut lapang
cepat, progresif, kegelapan yang pandang; ketajaman
jarang ketajaman transien bervariasi – turun
dipelihara akut
Lain Bola mata pegal; Sakit kepala, mual, Biasanya nihil;
sakit bila muntah, tanda fokal
digerakkan; sakit alis neurologis lain
atau orbita
Sakit bergerak Ada Tidak ada Tidak ada
Bilateral Jarang pada orang Selalu bilateral Khas unilateral pada
dewasa; sering pada stadium akut
anak-anak
Gejala Tidak ada isokoria; Tidak ada isokoria; Tidak ada isokoria;
Pupil Reaksi sinar Reaksi normal Reaksi sinar
menurun pada sisi menurun pada sisi
neuritis infark disk
Penglihatan warna Turun Normal
Ketajaman visus Biasanya menurun Normal Bervariasi
Lapang pandang Skotoma sentral Membesar; ada blind Skotoma sentral
spot
Sel badan kaca Ada Tidak ada Tidak ada
Penatalaksanaan
• tanpa riwayat Multiple Sclerosis atau Neuritis optikus
:
• hasil MRI bila terdapat minimum 1 lesi demielinasi tipikal
regimen selama 2 minggu :
• 3 hari pertama beri Methylprednisolone
1kg/kg/hari i.v
• 11 hari setelahnya dilanjutkan dengan
Prednisolone 1mg/kg/hari oral
• Tapering off dengan cara 20 mg prednisone oral
untuk hari pertama (hari ke 15 sejak pemberian
obat) dan 10 mg prednisone oral pada hari ke-2
sampai ke-4
• hasil MRI bila 2 atau lebih lesi demielinasi
• Merujukan pasien ke spesialis neurologi untuk
terapi interferon -1intramuskular seminggu
sekali selama 28 hari.

• tidak ada lesi demielinasi dari hasil MRI


• Risiko terjadi MS rendah, kemungkinan terjadi
sekitar 22% setelah 10tahun kemudian
• Intravena steroid dapat digunakan untuk
mempercepatkan pemulihan visual
• MRI lagi dalam 1 tahun kemudian
• Dengan riwayat Multiple Sclerosis dan Neuritis
Optikus
• Observasi
• Periksa ulang pasien pada minggu ke 4-6 setelah muncul
gejala
PROGNOSIS
• banyak pasien neuritis optik, fungsi visual mulai membaik 1
minggu sampai 3 minggu setelah onset penyakit walau
tanpa pengobatan.

• Penglihatan akhir pada pasien yang mengalami neuritis


optik dengan sklerosis multiple lebih buruk dibanding
dengan pasien neuritis optik idiopatik.

• Tiap kekambuhan akan menyebabkan pemulihan yang tidak


sempurna dan memperburuk penglihatan
Daftar Pustaka
• Vaughan & Asbury. 2002. Oftalmologi Umum, Edisi 17.
Jakarta: Widya Medika.
• Ilyas, Sidharta. 2012. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Edisi 4.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
• Misbach, Jusuf. 1999. Neuro-Oftalmologi Pemeriksaan Klinis
dan Interpretasi. Jakarta Balai Penerbit FKUI.
• Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia : “Neuritis Optik”
dalam Ilmu Penyakit Mata, Airlangga Universitas Press,
1984.
• A.K. Khurana. 2007.Comprehenship Opthalmology 4th
Edition dalam Chapter 12-New Age International.
• American Academy of Opthalmology. Section 5 Neuro-
Opthalmology. San Fransisco : LEO. 2008-2009. Page 25-26.

Anda mungkin juga menyukai