Anda di halaman 1dari 24

TETANUS

Tutorial B4:
Hana Agustina 1510211032
Imarta Retri Putri 1510211035
Kinanti Safira Fajrin 1510211073
Arifa Shaliha 1510211078
Wahyu Tri Anggono 1510211093
Dea Sudiyantika Putri 1510211096
Noreka Azizah Hayuningtyas 1510211118
Abdul Gani Mubarak S. 1510211140
Halimah Anggi Rahmani 1510211142
Novia Ayu Rahma S. 1510211152
DEFINISI
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh
neurotoksin yang dihasilkan oleh clostridium tetani ditandai
dengan spasme otot yang periodik dan berat.

Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastik


yang disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin merupakan
neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani

Spora Clostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh


melalui luka pada kulit oleh karena terpotong , tertusuk
ataupun luka bakar serta pada infeksi tali pusat (Tetanus
Neonatorum ).

http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking2.pdf
EPIDEMIOLOGI
• Bila tidak memiliki imunisasi aktif, pasien berusia
berapapun dapat mengalami tetanus melalui
terkontaminasi tanah

• Di negara berkembang, tetanus tetap menjadi penyebab


kematian yang penting

Lectture notes: penyakit infeksi eds. 6, Erlangga Medical Series


ETIOLOGI
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif; Cloastridium
tetani Bakteri ini berspora, dijumpai pada tinja binatang
terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah
yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut.

http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking2.pdf
http://calgaryguide.ucalgary.ca/tetanus/
JENIS TETANUS (berdasarkan manifestasi klinis)

Tetanus umum /
Generalisata
Tetanus Lokal Gx: trismus, irritable, kekakuan leher, susah menelan,

1 Gejala: kekakuan dan spasme yang


menetap disertai rasa sakit pada otot
disekitar luka.
kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa sakit dan
kecemasan yang hebat, kejang yg dapat terjadi dengan
rangsangan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan
kesadaran yang tetap baik.
Tetanus local dapat berkembang menjadi
tetanus umum.

3 4
Tetanus
Neonatorum
Tetanus pada bayi baru lahir,
akibat adanya infeksi tali pusat.
Gx: ketidakmampuan untuk
minum ASI, kelemahan, irritable,
kekakuan dan spasme
Tetanus Sefalik

2
Bentuk tetanus local yang mengenai wajah
dengan masa inkubasi 1-2 hari, disebabkan oleh
luka pada daerah kepala atau otitis media kronis.
Gx: trismus, disfagia, rhesus sardonukus,
disfungsi n. kranial

PPK Faskes Primer, IDI


KLASIFIKASI
Kriteria Pattel Joag Klasifikasi Albleet’s

PPK Faskes Primer, IDI


DIAGNOSIS
1. Anamnesis  ditemukan manifestasi klinis (kekakuan otot,
trismus, kejang), ada luka yang mendahuluinya, tanyakan
riwayat imunisasi!

2. Px. Fisik  trismus (+), kekakuan leher kekakuan dada dan


perut (opistotonus), kejang, rhesus sardonikus (+), disfungsi
beberapa nevus

3. Px. Penunjang  tidak ada px. penunjang yang spesifik


4. Diagnosis Klinis  ditegakkan berdasarkan temuan klinis
dan riwayat imunisasi. Dan tingkat keparahan tetanus bisa
dilihat berdasarkan kriteria Pattel Joag atau klasifikasi
Albleet’s
TATA LAKSANA (NON FARMAKO)
1. Luka dibersihkan dan dilakukan debrideman
2. TT (Tetanus Toxoid) harus diberikan jika riwayat booster
terakhir lebih dari 10 tahun, riwayat imunisasi tidak
diketahui atau pasien belum pernah melakukan imunisasi
TT. Pemberian TT dilakukan bersamaan dengan
pemberian antitoksin tp pd sisi yang berbeda dengan alat
suntik yg berbeda. Dosis inisial: 0,5 ml toksoid IM
diberikan 24 jam pertama. Pemberian TT dilanjutkan
sampai imunisasi dasar thdp tetanus selesai

3. Pengawasan agar tidak ada gangguan respirasi

PPK Faskes Primer, IDI


TATA LAKSANA (NON FARMAKO)
4. Ruang isolasi untuk menghindari rangsang luar spt suara,
cahaya ruangan redup

5. diet cukup kalori dan protein 3500-4500 kal/hari dan


protein 100-150 mg

6. Bentuk makanan tergantung kemampuan untuk pasien


membuka mulut dan menelan

7. Bila ada trismus makanan dapat diberikan personde atau


parenteral

PPK Faskes Primer, IDI


TATA LAKSANA (NON FARMAKO)

8. Oksigen melalui pernapasan buatan atau trakeostomi


bila perlu

9. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

10. KIE keluarga  Motivasi untuk dilakukan vaksinasi dan


penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum)

PPK Faskes Primer, IDI


TATA LAKSANA (FARMAKO)
1. Antikonvulsan diberikan dg cara titrasi (sesuai kebutuhan dan
respon klinis)

• Karena pasien kejang diazepam dosis 0,5 mg/kgBB/x IV


perlahan-lahan dg dosis optimum 10 mg/x diulang setiap kali
kejang

• Diikuti pemberian diazepam peroral (sonde lambung) dosis 0,5


mg/kgBB/x. Diberikan 6x dalam sehari. Dosis max: 240 mg/hari

• Bila masih kejang (tetanus berat) dilanjutkan dg bantuan ventilasi


mekanik, dosis diazepam dpt ditingkatkan sampai 480 mg/hari

• Bila ada gg saraf otonom dapat diberikan MgSO4

PPK Faskes Primer, IDI


TATA LAKSANA (FARMAKO)
2. Diberikan ATS (Anti Tetanus Serum)  dosis: 50.000
IU secara IM diikuti dengan 50.000 Unit dengan IV
lambat tetapi didahuli dengan skin test. Jika
pembedahan eksisi luka memungkinkan, sebagian
antitoksin diberikan di sekitar luka

3. Antibiotikdrug of choice: procain penisilin 1,2 jt Unit


IM/IV setiap 6 jam slm 10 hari. Jika alergi
penisilintetrasiklin 500 mg PO/IV tiap 6 jam slm 10
hari.

PPK Faskes Primer, IDI


PATOFISIOLOGI
Clostridium tetani
Luka
(spora)

Port d’entree

Bntuk vegetatif

Menghasilkan
Tetap pada luka
toksin

Bereplikasi
tetanolysin tetanospasmin

asimptomatis
tetanospasmin

Subunit A Subunit B

Subunit B Tidak
menimbulkan
inflamasi
Berikatan dengan reseptor asam
sialat dan glikoprotein di
permukaan saraf motorik Suhu normal

Berjalan
sepanjang akson

Keluar ke sinaps
Keluar ke sinaps

Masuk ke
interneuron
inhibitor

Subunit A

Degradasi
sinaptobrevin

Tidak terjadi eksositosis


neurotransmitter inhibitor

Tidak inhibisi neuron


motorik
Tidak inhibisi neuron
motorik

Spastik Hiperaktivitas secara


spasme
paralisis otomatis sebagai respon
terhadap stimulus normal

Kejang timbul saat


ramai dan terang

Otot
Saraf kranial opistotonus Otot dada
abdomen

Perut RR
N. V N. IX dan X papan meningkat
N. VII
(trigeminus) (glosofarigeus)

Rhisus
Trismus Disfagia sardonicus
Tetanus toxin
uptake and
action

Fishman, 2009
REFERENSI

• http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking2.pdf

• Lectture notes: penyakit infeksi eds. 6, Erlangga Medical Series

• Panduan Praktik Klinis Faskes Primer, IDI

• Tetanus Toxin, Paul S. Fishman, 2009


Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai