REVOLUSI KUANTITATIF KELOMPOK 5 : ALI MUH.MASKUR EFRAIM TANDI BUA ANANDA PUTRI AMALIA FITRA ASGIANTI LASAHARI SRI REJEKI KARAENG PUJI MUHAMMAD FADLAN MARDAN • Istilah geografi berasal dari bahasa Yunani : yaitu geo yang berarti bumi dan graphien yang berarti tulisan. Jadi secara bahasa geografi adalah tulisan atau ilmu yang mempelajari tentang bumi. Geografi Sehabis Perang Dunia II Geography comprises the study of the earth`s surface as the human race ( geografi mencakup pengkajian terhadap permukaan bumi sebagai tempat tinggal umat manusia. Perbedaan para geograf sendiri mencakup tiga hal : 1. Sejauh mana itu geografi merupakan ilmu yang mempelajari spatial distribution ( penyebaran keruangan) dan spatial relation ( relasi keruangan). 2. Sejauh mana geografi bertugas menelaah interaksi manusia dengan lingkungannya. 3. Sejauh mana kajiannya terhadap region ( wilayah) merupakan fokus geografi. Adanya tiga pendekatan (apparoach) yang kini terhadap dalam geografi yakni: pendekatan spatial, ekologis dan regional kompleks.
Beberapa indikasi diberikannya pribritas oleh geografi dalam
mengutamakan dalam aspek-aspek human, maka dampak terhadap perang dunia munculnya hal-hal: regional geography, spatial science, behavioural geography, humanist geography dan radical geography. Apakah Geografi Baru Itu ? Geograf Prancis P. Claval dalam bukunya Essay Surl`evolution De La Geografiie ( Studi tentang evolusi geografi) memperkenalkan istilah geografi prospektif. Geografi prospektif masuk geografi baru dan untuk itu sejak tahun 1962 telah dilancarkan revolusi kuantitatif dalam geografi. Ini menyangkut pokok bahasan serta metodenya dan ini meniru apa yang terdapat dalam ilmu eonomi dan teori keruangan. Juga digali dari ilmu-ilmu sosial yang modern seperti sosiologi dan psikologi sosial. Disamping itu matematika diberi peranan penting dalam geografi. Geografi baru ingin memperhatikan aspek-aspek sosial murni daripada sekedar memonitori relasi diantara manusia dan lingkungannya. Kritik Sementara Terhadap Munculnya Geografi Baru Menurut claval, Baik yang pro geografi baru maupun anti terhadap itu,dapat saja salah. Kenyataan menurut ia sehingga saat sekarang geografi belum pernah tercaplok lenyap oleh ilmu lain. Tetapi nasihatnya, apa-apa yang dioper oleh geografi dari ilmu ekonomi (maksudnya teori-teorinya) masih terlalu simpel (sederhana) untuk diterapkan pada situasi dan masalah-masalah geografi yang kompleks. Kesimpulan dari buku Claval sebagai berikut: Geografi baru bagaimanapun, menuntut suatu sikap yang jeli dan waspada dari para geograf dan di samping menuntut kesupelannya di dalam memakai hipotesis-hipotesis yang dapat pula menarik perhatian para geograf aliran klasik. Hubungan Planologi Dengan Geografi Terapan
Sebenarnya ada hubungan erat antara planoologi dan geografi terapan
(appled geography). Menurut sejarahnya yang berjasa dalam hal itu adalah patrick geddes dari inggris, yang hidupnya seabad dengan Friedrich Ratzel tokoh antropogeografi dari jerman yang beraliran naturdeterministis. Geddes termasuk orang yang all round (biasa segalanya): ia itu seorang geograf, sekaligus juga botanikus dan sosiolog (Bandingkan dengan ratzel yang pernah belajar biologi , kemudian menjadi penjelajah, merangkap jurnal untuk akhirnya menjadi geograf ulung). Geddes dan dua mahasiswanya membedakan antara dua istilah yakni: geografi dan geoteknik. Yang terdahulu bercorak deskriptif sedang yang kemudian, terapan. Dalam buku mackaye berjudul From Geographi to Geotechnic, geoteknik itu suatu ilmu terapan yang di arahkan kepada usaha menjadikan bumi ini lebih mampu menghidupi manusia. Jadi cocok dengan geografi yang mengkaji bumi sebagai ruang huni manusia dan manusia sebagai penghuni bumi. Geddes merelasikan tiga hal, folk, place and work. Disitu dianalisiskannya relasi diantara tempat tempat di permukaan bumi dan manusia yang bertempat tinggal di situ dan melaksanakan kerjanya demi kelestaria hidupnya. Ia ingin menemukan mekanisme yang terdapat dalam relasi manusia-alam, agar dengan demikian dapat diramalkan isi masa depan. Makna Ideologi dan Nomotetis
Dalam periode 1950-1960-an telah terjadi suatu transformasi yang
yan radial pada semangat serta tujuan ilmu geografi. Ada dua ciri khas yang melekati pendekatan baru itu yang dinamakan pula pendekatan Mengaplikasikan metode statistik-matematik dalam penelitian geografis dan disamping itu juga berusaha keras untuk menggabungkan menjadi satu beberapa teori formal (resmi) tentang pengaturan atau penataan ruang (spatial organization). Bertindak revolusioner dalam arti secara konsekuen (konsisten) melibatkan diri dengan paham positivisme di dalam rangka menemukan hukum-hukum geografis sehingga mampu meramalkan sesuatu. Para geograf Bunge dan Haggett sehubungan itu meyakinkan rekan-rekan geograf demikian: “one can do little with uniqness except contemplates its uniqness” (orang tidak dapat berbuat banyak dengan keunikan, kecuali merenungkannya). Geografi Sebagai Ilmu Sintesis Filsuf Immanuel Kant (1724-1804) guru besar geografi di Konigsbeerg mengkategorisasikan dunia ilmu, sebagai berikut: Ilmu sistematis ( misalnya botani, geologi, sosiologi) Ilmu Kronologis ( misalnya sejarah, pra sejarah, sejarah geologi) Ilmu Khorologis (misalnya geografi, kosmografi) Schaefer mengemukakan pendiriannya bahwa berhak menyebut dirinya sebagai ilmu sintesis dan karena itu telah regional mewujudkan mahkota penelitian geografis Paradigma Dan Model Dalam Geografi Istilah paradigma berasal dari KUHN (1962)yang mengajukan argumentasi demikian:ilmu yang normal tanpa henti-hentinya di sumberi oleh endapan- endapan komulatif dari berbagai sistem teoritis dan bahan-bahan emperis,sampai suatu saat ilmu yang bersangkutan macet karna terhalang oleh sekelompok anomali (penyimpangan) yang tidak dapat disisihkan.
Adapun model didefinisikan sebagian “idealialized and structured
representation of the real”(suatu pencerminan dari kenyataan yang idealistis dan struktur).adapun pendorong lahirnya teori analogis dalam geografi yang memandang model:
Sebagai suatu pendekatan yang relatif dengan cara membatasi atau
mengurangi detail-detail yang tidak perlu Sebagai hal yang mengizinkan kita menangkap dan mengerti aspek-aspek dari dunia nyata,yang sifatnya menarik,penad(relevan)dan asasi (fundamental) Sebagai sesuatu yang muncul dalam bentuk yang berlaku umum Probabilisme Sebagai Penengah Antara Determinisme Geografis Dan Posibilisme
Dalam geografi munculnya paham probablisme mewujudkan suatu
modifikasi terhadap pandangan probabilisme mengenai relasi antara manusia dan lingkungan,probabilisme ini di lancarkan oleh geograf spate(1957) ia mengatakan bahwa setiap tahap perkembangan terhadap berbagai plihan kegiatan manusia (baik yang menyangkut permukiman maupun tanaman komoditi),tetapi beberapa dari posibilitas itu lebih probable dari pada yang lain. Determinisme adalah suatu doktrin filsafat yang isinya:manusia banyak dibentuk oleh lingkungan,sehingga lingkungan itulah yang menentukan (determine) pola hidup manusia. Probablisme disebut pula kadang-kadang neo determinisme,karena memang merupakan suatu varian darinya.menurut probablisme,alam atau milieu fisis memang mendorong dimungkinkannya (probable) terbentuk perilaku tertentu (khas) dari manusia. Humanist geography adalah suatu paradigma dari human geography yang memberikan tekanan pada peranan aktif dari pihak manusia (terutama dalam relasinya denagn lingkungan) mengenai kesadaran manusianya terhadap tempat dan ruangan. Geografi humanis dikataan juga sebagai semacam reaksi terhadap jenis human geografi sejak tahun 1950-an yang tata kerjanya agak mekanistis sebagai akibat dari landasan revolusi kuantitatif. Geografi Perilaku (Behavioral Geography) Geografi ini menonjolkan suatu pendekatan dalam human geography yang pada pokoknya bertalian dengan bagaimana manusia mengamati, merespon, dan melawan dengan (bertubrukan) lingkungannya. Geografi perilaku adalah pendekatan untuk geografi manusia yang meneliti perilaku manusia menggunakan pendekatan terpilah. Geografi perilaku fokus pada kognitif yang mendasari penalaran spasial, pengambilan keputusan dan perilaku.