Anda di halaman 1dari 31

INTOKSIKASI OPIAT

Dr. Faizal Drissa Hasibuan, SpPD


Bagian Penyakit Dalam
FK UNIV.YARSI Jakarta
2013
Pengertian Umum
Pada dasarnya keracunan Kedaruratan
tindakan harus harus segera dilakukan

Keracunan:= Akut / Khronis


= .Mikroorganisme – toxin
. Bahan kimia ( obat, insectiside,dll)
. Tumbuhan ( jamur, dll)
Keracunan bisa melalui : - mulut
- inhalasi
- kulit dll
Keracunan BAHAN KIMIA dapat terjadi oleh
karena : - Kecelakaan (overdosis obat / terapi)
- Suicide (bunuh diri)
Intoksikasi ini dpt terjadi
. Obat : - Psikoaktif treatment (kesadaran,emosi,
perilaku,polapikir yg sgt abnormal)
. Gol alkohol
. Gol Opioid, Kanabinoid
. Sedatif , dll
- Fisio-Medical treatment
. Obat DM,Heart Failure
. Insektiside
Bentuk bahan Kimia Gas, Cairan & padat
Pendekatan Perawatan/Terapi Keracunan
.Stabilkan K.U pasien (paru-jantung baik)
- bila perlu berikan bantuan pernapasan
.keluarkan racun dari tubuh (sal.cerna)
-bila tertelan … rangsang muntah, berikan
air dan susu atau Na bikarbonas
-bila mel.kulit,bersihkan dgn air 10-15 mnt
.berikan Antidotum (bila ada)*
.bawa ke ruangan/ lapangan dgn Udara yg
bersih (racun terhirup)
Keracunan Opiat
PENDAHULUAN

masaalah INTERNASIONAL &


NASIONAL
di Indonesia – penderita msh kriminal
di bbp Negara Lain sdh dianggap Pasien
sehingga dalam treatment diberikan obat
yg agonis ( legal)
Angka perkiraan pengguna narkoba di
Indonesia mencapai jutaan orang
Yg memakai suntik di RSKO (^01)  1 juta
- Pengguna jarum suntik yang berkunjung
68% dari total kunjungan
- 72,7% tidak selalu menggunakan jarum
suntik baru (satu spuit utk bbp orang)
- 53,3% pernah berbagi peralatan suntik
(kapas, sendok, air dsb)
Pengguna Opiat .. toleransi….. Addiksi /
Keracunan (biasanya sdh berthn/Kronis)
Keracunan Opiat adalah salah satu dari
keracunan Zat Psikoaktif ( gol. Alkohol,
Opiod,Kanabinoid,Sedatif,Kokain, Stimulan
tia-ectasy-inex, dll)

Tahun 2001 problem utama yang


menyebabkan mereka berobat ke RSKO
adalah Heroin (57%)
Gejala dan Dampak Opiat terhadap Organ tubuh

-CNS : analgetik & narkosis


-Mata : Miosis (pinpoint pupil)
-Respiratory centre : depressi pernapasan
-Saluran Cerna : As.lambung peristaltik Usus
Spasme kolon
-Saluran Empedu: kontriksi Spinchter Oddi dan
tekanan dlm sal empedu tinggi kolik bilier
-Kardiovaskuler : hipotensi
-Kulit : vasodilatasi keringat >>>
-Saluran Kemih : kontriksi V.Urinaria dysuria
-Metabolisme tubuh turun hipotermia
Gejala klinis keracunan Opiat

Akut :kulit gatal & panas, kesadaran turun,


mengantuk, nausea, vomitus, kejang,
waham, confusion, hipotensi,
bradicardia, bradipnoe, miosis
Kronis / Addiktif : ada 3 phase ;
- Episodic Intoxicatie = Euphoria
- Abstinance Syndrome ….. 4 tingkatan
- Relaps after cure
Gejala klinis Addiktif (abstinance sindrome)
- Grade 1: Yawning,perspiration,sleepy, hiper
lacrimasi, rhinorrhoe ……. 8 jam
- Grade 2: Anxiety,piloerection,tremor,otot
twitching,anoreksia,flushing, nyeri
otot dan tulang ……. 20-24 jam
- Grade 3: sgt cemas,nausea,insomnia, tachy
cardia,tachypnoe,demam ….. 24 –
48 jam
-Grade 4: demam>>,vomitus,diarre,kejang
otot sp meringkuk,ejaculasi sptn.
*Intoksikasi Opiat umumnya oleh
karena penngunaan Injectie/suntik
Mengapa seseorang menggunakan narkoba
dengan cara suntik…?
- Mengurangi biaya pembelian narkoba
- Menginginkan efek yang lebih kuat
- Tekanan kelompok
Penggunaan jarum suntik merupakan suatu
ritual dengan makna yang dalam (friendship)
Rata-rata mereka berganti cara setelah
menggunakan narkoba 2 tahun
Diagnose ---- model Th/

Tdk sulit o.k riwayat & klinis mudah dikenali


Sifat penyakit ini kronis kambuhan
Merupakan Brain Disease
Adanya “Addict Personality”
Dukungan yang minimal
Tahapan proses pemulihan yang panjang
Komplikasi fisik maupun psikologis akibat
penggunaan narkoba
 Menjadi pertimbangan dalam penentuan
modalitas terapi yang tepat
* Gambaran KOMPLIKASI
Dalam 1 tahun terakhir di RSKO :
- 68 pasien yang dirawat dengan rata-rata
hari rawat inap 3 – 14 hari
- 88% diperkirakan menderita oportunistik
infeksi akibat penyakit HIV/AIDS
- Meninggal : 19 orang
- Jenis IO : Tuberculosis pulmonum (40%),
Pneumonia (26%), Candidiasis Oral (12%)
and Toxoplasmosis (9%)
MODALITAS TERAPI NARKOBA (FOKUS
PENGGUNA HEROIN)
Secara umum tidak berbeda th/ pengguna
narkoba suntik dgn non suntik
Yang perlu menjadikan perhatian adalah
komplikasi/efek samping dari cara atau alat
suntik (infeksi, emboli, OD)
Dibedakan kasus emergensi dan non emergensi
Sangat kasuistik  sesuai target populasi
Tujuan utama sesuai dengan hirarki program
Harm Reduction  Drug Free
TERAPI:FARMAKOLOGIS &
NONFARMAKOLOGIS
TERAPI FARMAKOLOGIS
1 :Detoksifikasi :
a.Berhenti seketika (cold turkey’s)
b.Simptomatik
c.Subtitusi non opioid
d.Subtitusi golongan opioid
2. Terapi Rumatan (Maintenance)
a.Antagonist
b.Partial agonist
c.Agonist
DETOKSIFIKASI
Putus zat seketika :
- Tanpa menggunakan obat-obatan
- Dapat dilakukan pada mereka yang tidak
mempunyai komplikasi medis lain
- Berlangsung antara 3 – 5 hari
- Kurang manusiawi
- Dapat dilanjutkan dengan terapi
maintenance
Detoksifikasi (2)
Simptomatik :
- Memberikan terapi sesuai dengan keluhan
klinis pasien (misal ; analgesik, anti diare,
spasmolitik dll)
Subtitusi non opioid :
- Digunakan Clonidin (obat anti hipertensi)
dengan dosis 17microgram/kg.BB,
mempunyai titik tangkap pada reseptor
yang sama dengan opioid (alfa)
Detoksifikasi (3)
Subtitusi opioid :
- Menggunakan zat yang mempunyai
struktur kimia mirip dengan golongan
narkotika baik alamiah (codein, morfin)
maupun yang sintetik (Metadon,
Buprenorfin)
- Untuk porgram detosifikasi diberikan
dengan cara tapering of (penurunan dosis
bertahap)
TERAPI RUMATAN
Merupakan terapi jangka panjang > 6 bulan
Bertujuan untuk mengubah gaya hidup dan
perilaku klien  lebih produktif
Umumnya berupa terapi pengganti (subtitusi)
Jenis obat yang digunakan dapat berupa :
- Antagonis (Naltrekson)
- Partial agonist (Buprenorfin)
- Agonist (Metadon, LAAM, Oral Morfin)
TUJUAN TERAPI RUMATAN
DENGAN SUBTITUSI
Mengurangi risiko dan infeksi penularan
HIV
Menggiring penyalahguna dari ‘pasar
gelap’ menjadi pengguna narkoba legal
Mengurangi risiko overdosis
Menggiring penyalahguna narkoba suntik
untuk memakai narkoba bukan suntikan
Mengurangi pemakaian narkoba yang
membahayakan
Tujuan Terapi Subtitusi (2)
Menurunkan tindak kriminal yang biasa
dilakukan penyalahguna narkoba
Menjalin hubungan dengan pemakai
narkoba
Menyediakan bimbingan, rujukan, dan
perawatan
Menstabilkan kehidupan penyalahguna
NALTREKSON
Merupakan antagonis opioida dengan waktu
kerja panjang (kira-kira 24 jam)
Dosis diberikan 1x50-150mg/hari (24-72 jam)
dengan waktu pemberian yang sama
Menyekat efek euforia dari opioid (heroin) 
kurang disukai klien
Hasil tes urin opioid sebelum menggunakan
harus negatif
Tidak dapat diberikan kepada klien dengan
gangguan fungsi hati
BUPRENORFIN
Merupakan partial agonist (mempunyai sifat agonist dan
juga antagonist)
Dapat mencegah dan menghilangkan gejala putus zat
Mengurangi “sugesti” dan rasa sakit
Bisa digunakan sebagai short term, long term treatment
maupun transisi dari metadon ke naltrekson
Dosis tinggi efeknya lebih ringan dibanding golongan
agonist lain
Efek samping yang ditimbulkan : sulit b.a.b, pusing,
mulut kering, mual
Diberikan setelah 6 – 8 jam setelah pemakaian opioid
terakhir
Levo-Alfa-Aseto-Metadol
(LAAM)
Merupakan derivat metadon dengan efek
jangka panjang 72 – 96 jam
Dapat diberikan seminggu 2 kali
Diberikan pada penyalahguna yang sulit
mencapai klinik terdekat
Efektivitas terapi hampir sama dengan
metadon
ORAL MORFIN
Dapat digunakan untuk terapi jangka
panjang dengan dosis 70 mg/hari
Efektivitas sama dengan metadon atau
LAAM
Tersedia oral morfin dengan waktu paruh
panjang (slow release)
TERAPI RUMATAN METADON
(1)
Metadon merupakan obat sintetik yang
mempunyai efek jangka panjang
Digunakan sebagai terapi rumatan, khususnya
di USA sejak tahun 1960
Merupakan agonist opioid  efek sama dengan
golongan narkotika lain
Bila diberikan dengan dosis yang tepat untuk
terapi rumatan, metadon tidak menimbulkan
euforia, mengantuk atau efek analgesik
 Dosis yang adekuat sangat menentukan
Terapi Rumatan Metadon (2)
Tersedia dalam bentuk : tablet, bubuk dan liquid
Dosis dimulai dengan 20 – 30 mg (rendah)
sampai diperoleh toleransi, dosis rata-rata 60-80
mg atau beberapa kasus dengan dosis tinggi
100 mg atau lebih
Seleksi untuk treatment ini cukup ketat  pilihan
setelah terapi lain gagal
Interaksi dengan obat-obat tertentu dapat
menurunkan atau meningkatkan kadar metadon
dalam tubuh
Terapi Rumatan Metadon (3)
Lama program diharapkan berjalan dalam 2 tahun 
tergantung kebutuhan pasien
Metadon tidak mengontrol keinginan “high” dari klien
tetapi dengan dosis yang adekuat melindungi pasien
dari kebutuhan fisik opioid illegal
Dengan terapi rumatan ini klien akan memperoleh 3
hal utama :
1. Menghilangkan gejala putus opioid
2. Membuat pasien merasa nyaman dan lepas dari
sugesti/craving
3. Mem “block” efek dari opioid illegal
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Terapi rumatan tidak akan memberikan hasil
optimal tanpa terapi psikososial, antara lain:
- Konseling
- Psikoterapi
- Terapi keluarga
- Terapi perilaku
- Terapi kelompok
- Self Help Group
- After Care Program
REHABILITASI
Berbagai modalitas yang tersedia :
- Pendekatan spiritual
- Pendekatan psikososial
- Pendekatan Perilaku (Therapeutic Community)
Umumnya Program Rehabilitasi melakukan hal
dibawah ini (4 tujuan dasar) :
- Memaksimalkan kesehatan fisik dan mental
- Meningkatkan motivasi utk abstinent melalui
pendidikan
- Membantu klien membangun kembali kehidupannya
- Mengajarkan relapse prevention
PENUTUP
Modalitas terapi khususnya yang terkait dengan
pengguna narkoba suntik sangat individual
Tujuan utama umumnya adalah merubah
perilaku untuk tidak jadi pemakai opiat 
sehingga terjadi penurunan komplikasi dan
penularan HIV
Terapi yang diberikan harus dilakukan secara
komprtehensif agar tercapai hasil yang optimal

Anda mungkin juga menyukai