Anda di halaman 1dari 10

L OADING ...

Procyon
 Achmad Azzizurrachman 1413022001
 Ayu Safitri 1413022007
 Bernadeta Swahyuning Kasih
1413022011
 Intan Kamila Zahara 1413022035
 Pipit Apriyanah 1413022057
 Yeni Oktaviani 141302271
Pada mulanya atmosfer bumi mengandung CO2 berkadar tinggi sehingga
temperatur permukaan bumi juga tinggi. Pada waktu itu oksigen (O2) belum
terbentuk sehingga belum ada lapisan ozon (ozonosfer) di stratosfer, sehingga
sinar ultra violet dari matahari tidak mengalami atenuasi (absorpsi, refleksi dan
difusi) dan sampai pada permukaan bumi dengan intensitas radiasi yang sangat
kuat. Sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu mulai ada makhluk hidup yang berklorofil
yang memungkinkan proses fotosintesis. Karena fotosintesis memerlukan
karbon dioksida maka kadar karbon di atmosfer menjadi berkurang dan
sebaliknya kadar oksigen lambat laun bertambah. Melalui proses fotokimia dan
energi matahari (terutama UV) yang berenergi tinggi, temperatur permukaan
bumi turun, dan memungkinkan makhluk hidup berevolusi ke daratan.
Bahan Atmosfer
Atmosfer terisi partikel-partikel halus dan ringan dari tiga kelompok bahan
yakni: gas (udara kering dan uap air), cairan (butir-butir air atau awan), dan
aerosol (bahan padatan misalnya debu.

• Udara Kering, yaitu (gas tanpa air dan aerosol) mencakup 96% dari volume
atmosfer, yang terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok gas utama yang
meliputi 99,99% volume udara kering dan sisanya 0,01% berupa kelompok gas
penyerta

•Uap Air, Kandungan uap air di atmosfer mudah berubah menuurut arah
(horisontal dan vertical) maupun menurut waktu.

•Aerosol merupakan Berbagai partkel halus dari bahan padat di bumi


sebagian terangkat ke atmosfer dan membentuk aerosol. Bahan tersebut
diantaranya adalah garam laut, debu, abu, asap dan mikroorganisme (virus,
bakteri, spora).
Ionosfer
Pada atmosfer atas di ketinggian sekitar 60 km sampai di atas
500 km, beberapa molekul udara terionisasi radiasi ultraviolet
(UV) dari matahari yang menghasilkan gas terionisasi. Daerah ini
disebut ionosferi.

Ionisasi adalah proses dimana elektron-elektron yang bermuatan


listrik negative terkelupas dari atom atau molekul netral untuk
membentuk ion-ion bermuatan positif dan electron-elektron
bebas. Ion ini yang memberi nama lapisan atmosfer sebagai
ionosfer.
Nomenklatur Lapisan Ionosfer
Lapisan ionosfer dapat dibedakan dalam tiga daerahya itu daerah D, E dan F.

•Daerah D :
Terletak di atas ketinggian 50 km sampai 80 km. Konsentrasi elektron
bervariasi antara 103 dan 104 elektron/cm3.

•Daerah E :
Terletak diatas ketinggian 80 km sampai 160 km. Konsentrasi elektron
bervariasi dari 105 elektron/cm3 pada siang hari sampai 103 elektron/cm3 pada
malam hari

•Daerah F :
Terletak di atas ketinggian 160 km sampai paras yang sangat tinggi. Daerah F
terdiri dari dua lapisan yaitu F1 dan F2. Daerah F1 cukup tipis dengan ketebalan
sekitar 60 km, sedangkan daerah F2 dapat mempunyai ketebalan yang besar.
Konsentrasi elektron didaerah F mencapai 2x106 elektron/cm3 pada ketinggian
400 km.
Pembentukan Ionosfer
Ada dua jenis radasi yang menyebabkan ionisasi dalam atmosfer yaitu, sinar X
dan sinar ultraviolet ekstrim (EUV). EUV dihasilkan dalam khromosfer matahari
pada daerah gangguan yang melapisi kelompok noda matahari (sunspot).
Radiasi EUV diserap oleh atom-atom dan molekul-molekul oksigen dan
nitrogen [ pada ketinggian 100-400 km dan mengionisasi dalam daerah E, F1,
dan F2. Radiasi UV tidak menyebabkan ionisasi, tetapi diserap oleh ozon (O3)
pada ketinggian sekitar 30 km.
Radiasi EUV matahari diserap karena ia mengionisasi atom dan molekul.
Karena radiasi matahari menembus atmosfer bumi sampai dalam, maka
intensitasnya berkurang.
Kompeksitas Atmosfer Indonesia
Kompleksitas atmosfer ditandai oleh bertemunya sirkulasi Hadley, sirkulasi
Walker dan sirkulasi konveksi diatas benua maritime Indonesia dalam periode
normal. Tetapi dalam tahun El Nino terjadi subsidensi sirkulasi Walker (Sirkulasi
Zonal) yang kemudian divergen dipermukaan sehingga system perawanan dan
distribusi curah hujannya berkurang di benua maritime Indonesia. Kerumitan
dinamika atmosfer equator dan keunikkan atmosfer benua maritime
menyebabkan kesulitan prediksi cuaca dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Untuk itu perlu dikembangkan metode prediksi cuaca secara sinoptik, statistic,
numeric maupun dengan jaringan neural artifisial (JNE) dan logika
Model Atmosfer
Ada tiga model atmosfer analitik yaitu model atmsofer densitas konstan, model
isoternal dan model politropik. Masing-masing model ini bermanfaatkan untuk
menentukan sifat optic atmsofer.

•Model Densitas Konstan


Model menganggap bahwa densitas atmsofer konstan terhadap ketinggian dan
nilainya tetap (konstan) dari paras laut sampai puncak atmsofer. Konsep ini
disebut atmsofer homogeny.

•Model Isotermal
Model isothermal atau temperature konstan diperoleh dengan mengambil γ = 0,
sehinggaTz= T0 = K konstan

•Model Politropik
Model ini disebut model susut temperature konsisten yaitu pertengahan antara
model densitas konstan dan isothermal.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai