Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 1

Intan Rahmawati 17-001


Nurhafidin Ramadhani 17-002 Wella Pasha Dhea 17-012
Atifah Adha Manurung 17-003 Herninda Febrianti 17-013
Chilyah Faiqotun N 17-004 Chintya Lucyana 17-014
Imaniar Rosyida 17-005 Sinditya Faridatul 17-015
Nur Hasanatil Fauziah 17-006 Atik Sri Suminarwati 17-016
Icha Yusfi Namami 17-007
Dina Setia Indah S 17-008 Imelda Desya Hajar 17-017
Iis Safira Ariviana 17-009 Yudha Ferdian P 17-018
Rizky Hidayaturrokhim 17-010 Rizky Rama Aji 17-019
Ayu Prisilia Fatimah 17-011
Zainal Nur Rohman 17-020 Winda Mufidayani 15-101
Rifka Sabrianti Fajrin 17-021 Husmita Faradiba 15-106
Lovina Oktrivia Ivanik 17-022 Ahmad Rofi’i 15-298
Nighita Novia P 17-023
Rista Dwi Pratiwi 17- 024
Eka Windra Dewi 17-025
Kelompok 1

Teknik
Komunikasi Pada
Lansia dan Pada
Pasien Gangguan
Kesadaran
 Orang dewasa/lansia melakukan
komunikasi berdasarkan
pengetahuan/pengalamannya sendiri.
 Berkomunikasi pada orang dewasa/lansia
harus melibatkan perasaan dan pikiran.
 Komunikasi adalah hasil kerja sama
antara manusia yang saling memberi
pengalaman serta saling mengungkapan
reaksi dan tanggapannya mengenai suatu
masalah

Sikap Berkomunikasi pada Klien


Lansia
 Teknik Asertif
Asertif adalah sikap dapat menerima, memahami
pasangan bicara dengan menunjukkan sikap peduli,
sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan
ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat dimengerti.
 Responsif
Berespon artinya bersikap aktif, tidak menunggu
permintaan bantuan dari klien.
 Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap
konsisten terhadap materi komunikasi yang
diinginkan.
Teknik Berkomuniasi pada Klien
Lansia
 Supportif
Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri
klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi
beban bagi keluarganya, dengan demikian
diharapkan klien menjadi termotivasi untuk
mandiri dan dapat berkarya sesuai
kemampuannya. Dukungan diberikan baik secara
materiil maupun moril
 Klarifikasi
Klarifikasi dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih
dari satu kali agar pembicaraan kita dapat
diterima dan dipersepsikan sama dengan klien
 Sabar dan Ikhlas
Terkadang klien lansia mengalami perubahan
yang merepotkan dan kekanak – kanakan.
Perubahan ini perlu disikapi dengan sabar dan
ikhlas agar perawat tidak menjadi jengkel dan
tetap tercipta komunikasi yang terapeutik
 Faktor klien meliputi kecemasan dan penurunan
sensori ( penurunan pendengaran dan
penglihatan, kurang hati – hati, tema yang
menetap, misal kepedulian terhadap kebugaran
tubuh, kehilangan reaksi, mengulangi kehidupan,
takut kehilangan kontrol, dan kematian.
 Faktor perawat meliputi perawat terhadap lansia
dan ketidakpahaman perawat.
 Faktor lingkungan; lingkungan yang bising dapat
menstimulasi kebingungan lansia dan
terganggunya penerimaan pesan yang
disampaikan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Komunikasi pada Klien Lansia
Agresif Nonasertif

◦ Berusaha mengontrol & ◦ Menarik diri bila diajak bicara.


◦ Merasa rendah diri.
mendimonasi orang lain. ◦ Merasa tidak berdaya.
◦ Meremehkan orang lain. ◦ Tidak berani mengungkapkan
keyakinan.
◦ Menonjolkan diri sendiri. ◦ Pasif.
◦ Mempertahankan haknya ◦ Mengikuti kehendak orang
dengan menyerang lain.
◦ Membiarkan orang lain
orang lain. membuat keputusan untuk
◦ Mempermalukan orang dirinya.
◦ Mengorbankan kepentingan
lain di depan umum, baik diri sendiri untuk menjaga
dengan perkataan hubungan baik dengan orang
lain.
maupun perbuatan.

Hambatan Berkomunikasi dengan


Klien Lansia
 Kenali segera reaksi penolakan. Biarkan klien
bertingkah laku pada tenggang waktu tertentu
untuk beradaptasi
 Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan
perawatan diri sendiri untuk mempermudah
proses penerimaan klien terhadap perawatan
yang akan dilakukan serta upaya untuk
memandirikan klien
 Libatkan keluarga atau pihak terdekat untuk
membantu perawat memperoleh sumber
informasi atau data dan mengefektifkan rencana
/ tindakan agar dapat terealisasi dengan baik

Teknik dalam Perawatan Klien


Lansia pada Reaksi Penolakan
 Model Komunikasi Shannon Weaver
Diperlukan keterlibatan anggota keluarga sebagai
transmitter untuk mengenal lebih jauh tentang klien.
 Model SMCR
Kelebihan : proses komunikasi simple. Model ini
efektif bila keadaan lansia sehat belum banyak
mengalami penurunan secara fisik maupun psikis.
Kekurangan : klien tidak memenuhi syarat seperti
yang ditetapkan. Prosesnya lama bergantung pada
kondisi klien.
 Model Leary
Antar individu saling mempengaruhi dan
dipengaruhi, dimana respon seseorang dipengaruhi
oleh bagaimana orang tersebut diperlakukan.

Penerapan Model Komunikasi pada


Klien Lansia
 Model terapeutik
Membantu mendorong melaksanakan komunikasi
dengan empati, menghargai dan harmonis
 Model Keyakinan Kesehatan
Menekankan pada persepsi klien untuk mencari
sehat, menjauhi sakit, merasakan adanya ancaman/
manfaat untuk mempertahankan kesehatannya.
 Model komunikasi kesehatan
Komunikasi berfokus pada transaksi antara
professional kesehatan-klien yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan klien
 Model interaksi King
Pada model ini intinya adalah kesepakatan sebelum
mengadakan interaksi dengan klien lansia. Perawat
harus mempunyai persepsi secara ilmiah yang
dikomunikasikan pada klien dan kemudian disepakati
dengan klien sehingga terjadi reaksi – interaksi dan
transaksi
Komunikasi pada klien
penurunan kesadaran
 Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas
diri, lokasi, dan waktu
 Penurunan kesadaran adalah suatu keadaan
di mana pasien dalam keadaan tidur dalam
dan tidak dapat dibangunkan secara adekuat
dengan stimulus kuat yang sesuai
 Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya
pasien tidak responsif, tetapi mereka masih
dapat menerima rangsangan

Karakteristik Klien Penurunan


Kesadaran
 Mengendalikan perilaku
 Perkembangan motivasi
 Pengungkapan emosional
 Memberikan informasi

Fungsi Berkomuikasi dengan Klien


Penurunan Kesadaran
 Menjelaskan
Penjelasan itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan
kepada klien. Dengan menjelaskan pesan secara spesifik,
kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien
 Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau
konsep kunci dari pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan
informasi yang akan diberikan pada klien untuk menghilangkan
ketidakjelasan dalam komunikasi.
 Memberikan Informasi
Informasi itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan
maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena dengan
keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan
kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.
 Mempertahankan ketenangan
Ketenagan yang perawat berikan dapat membantu atau
mendorong klien menjadi lebih baik. Ketenagan perawat dapat
ditunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi non
verbal. Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan yang
hangat
Teknik Berkomunikasi dengan
Klien Penurunan Kesadaran
 Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena
ada keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ
terkhir yang mengalami penurunan penerimaan, rangsangan pada
klien yang tidak sadar. Klien yang tidak sadar seringkali dapat
mendengar suara dari lingkungan walaupun klien tidak mampu
meresponnya sama sekali.
 Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan
perawat. Usahakan mengucapkan kata dan menggunakan nada
normal dan memperhatikan materi ucapan yang perawat
sampaikan dekat klien.
 Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini
dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif
pada klien dengan penurunan kesadaran.
 Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk
membantu klien fokus terhadap komunikasi yang perawat
lakukan.

Prinsip – Prinsip Berkomunikasi


dengan Klien Penurunan
Kesadaran
 Fase Prainteraksi
Pada fase prainteraksi ini, petugas harus
mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan
sendiri. Petugas juga perlu menganalisa kekuatan
kelemahan profesional diri. Selanjutnya mencari data
tentang klien jika mungkin, dan merencanakan
pertemuan pertama dengan pasien.
 Fase Orientasi
Fase ini meliputi pengenalan dengan pasien,
persetujuan komunikasi atau kontrak komunikasi
dengan pasien, serta penentuan program orientasi.
Program orientasi tersebut meliputi penentuan batas
hubungan, pengidentifikasian masalah, mengakaji
tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien, serta
mengkaji apa yang diharapkan dari komunikasi yang
akan dilakukan bersama antara petugas dan klien

Tahap komunikasi dengan pasien


tidak sadar
 Fase kerja/lanjutan
Pada fase kerja ini petugas perlu meningkatkan
interaksi dan mengembangkan faktor fungsional
dari komunikasi terapeutik yang dilakukan.
Meningkatkan interaksi sosial dengan cara
meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain
untuk mengatasi kecemasan, atau dengan
menggunakan teknik komunikasi terapeutik
sebagai cara pemecahan dan dalam
mengembangkan hubungan kerja sama
 Fase terminasi
Merupakan fase persiapan mental untuk
membuat perencanaan tentang kesimpulan
pengobatan yang telah didapatkan dan
mempertahankan batas hubungan yang telah
ditentukan

Anda mungkin juga menyukai