ENTRAPMENT NEUROPHATY
(CARPAL TUNNEL SYNDROME)
Disusun oleh:
Wenni Juniarni Tripani
I4061171013
Pembimbing:
dr. Hanartoaji A Pribadi, Sp.S
dr. Ridho Munanda
Penatalaksanaan
1. Hospitalisasi
2. Farmakologi
PENYAJIAN
Inj. Decadryl 2cc
Inj. Zeprexa 10mg
KASUS
Hexymer 3x2mg
3. Non Farmakologi
Psikoterapi suportif keluarga dalam memotivasi, mendukung,
dan membantu kesembuhan pasien.
Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan
pada pasien pada tanggal
27 September 2018 di
Poliklinik Saraf RSAA
Identitas Pasien
Nama : Ny. CW
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :Jln. Sedau Pasar 034/006 Kelurahan Sedau Singkawang Selatan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Buddha
Suku : Tionghoa
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Kontrol : 27 September 2018
Status Pasien : Poliklinik
Keluhan Utama
Refleks fisiologi:
biceps : +2/+2
triceps : +2/+2
patella : +2/+2
Achilles : +2/+2
Refleks patologi:
Chaddock : -
Oppenheim :-
Babinksi :-
Hoffman tromner : -
Otonom: BAB (+), BAK (+)
Status Neurologis
Tes khusus
1. Farmakologi
• Racikan (codein 10 mg + ibuprofen 200 mg + diazepam 1
mg) 2-3x1 caps
• Mecobalamin 3x1 tab
• Injeksi steroid flamicort 0,5-1 ml + lidocain 2 ml
3. Non Farmakologi
• Edukasi
Prognosis
1. Hospitalisasi
2. Farmakologi
CARPAL TUNNEL
Inj. Decadryl 2cc
Inj. Zeprexa 10mg
SYNDROME
Hexymer 3x2mg
3. Non Farmakologi
Psikoterapi suportif keluarga dalam memotivasi, mendukung,
dan membantu kesembuhan pasien.
Definisi
Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan atau cerutan terhadap
nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan,
tepatnya di bawah fleksor retinakulum
Epidemiologi
• Rasio wanita dan laki-laki 4:1
• Berdasarkan usia, carpal tunnel syndrome rentan terjadi pada usia
pertengahan atau diatas 30 tahun terutama usia 40-60 tahun.
Etiologi
Penyakit
Metabolik Endokrin Neoplasma Kolagen
vaskular
Serabut saraf rusak diganti oleh jaringan ikat penurunan fungsi nervus
medianus
Gejala : nyeri, paresthesi, terbakar dan kesemutan di jari-jari dan tangan
yang terkadang menjalar ke siku
Gejala Klinis
• Gejala awal biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa
seperti terkena aliran listrik (tingling)
• Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada
malam hari. Berkurang bila memijat atau menggerak-gerakkan tangannya
atau dengan mengistirahatkan tangannya.
• Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya
kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam.
• Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones pollicis
dan abductor pollicis brevis), dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus
medianus.
Gejala Klinis
Diagnosis
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala klinis seperti di atas dan perkuat dengan
pemeriksaan yaitu :
Phalen's test Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
Tinel's sign Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
Flick's sign Penderita diminta mengibas-ngibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS.
Thenar wasting Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot
thenar.
Wrist extension test Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS,
maka tes ini menyokong diagnosa CTS
Diagnosis Banding
Diagnosis Gejala klinis yang ditemukan
Cervical Biasanya keluhannya berkurang bila leher diistirahatkan dan bertambah
radiculopathy. hila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.
Thoracic outlet Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot thenar.
syndrome. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan
bawah.
Pronator teres Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan daripada
syndrome.
CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui
terowongan karpal
de Quervain's Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor pollicis longus dan
syndrome.
ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif.
Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di
dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu
jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah.
Tatalaksana
Medikamentosa
- Analgesik
- Injeksi Steroid
- Vitamin B12
Nonmedikamentosa
- Edukasi
- Fisioterapi
1. Hospitalisasi
2. Farmakologi
PEMBAHASAN
Inj. Decadryl 2cc
Inj. Zeprexa 10mg
Hexymer 3x2mg
3. Non Farmakologi
Psikoterapi suportif keluarga dalam memotivasi, mendukung,
dan membantu kesembuhan pasien.
• Keluhan pasien dirasakan pertama kali sekitar 2 tahun yang lalu.
Awalnya pasien merasa jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis
kedua tangan terasa kebas/kesemutan terutama pada jari tengah.
• Gejala klinis pada carpal tunnel syndrom dimana gejala awal biasanya
berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti
terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial
jari 4 sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus
• Biasanya terjadi pada perempuan berusia pertengahan dengan
perbandingan 4:1 dengan laki-laki, dan pada kasus ini terjadi pada
perempuan dengan usia pertengahan yaitu 31 tahun. Gejala dapat
dicetuskan oleh aktivitas yang memerlukan fleksi, pronasi, dan
supinasi berulang pada pergelangan tangan, pada kasus ini pasien
sering mengendarai sepeda motor dan pekerjaan rumah tangga
yang melibatkan pergelangan tangan dalam jangka waktu yang
relative lama.
• Rasa kebas bersifat hilang timbul, kapan saja, bisa saat pasien terlalu
banyak aktivitas menggunakan tangan maupun saat istirahat, namun
kebas dirasakan terutama pada malam hari dan ketika mengendarai
sepeda motor, dan berkurang bila digerak-gerakkan. Kebas hanya terjadi
pada jari-jari saja tidak sampai menjalar ke lengan bagian atas.
• Carpal Tunnel Syndrome terjadi penebalan fleksor retinakulum yang
menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang
berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan
intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat.
Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti
oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan
mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural.
Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan kebas maupun nyeri yang
timbul terutama pada malam/pagi hari akan berkurang setelah tangan
yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut (mungkin akibat terjadinya
perbaikan sementara pada aliran darah).
• Setahun yang lalu pasien mulai merasakan nyeri pada kedua
pergelangan tangan semakin sering, terasa seperti kesetrum hingga
menjalar ke ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Pasien
mengatakan ketika terasa nyeri, jari-jari terasa kaku, lemah seperti
tidak bertenaga, dan tidak dapat digerakkan hingga pasien tidak
dapat menggenggam atau memegang benda, seperti memegang
gelas. Pasien juga mengatakan nyeri sering timbul saat pasien sedang
berkendara hingga membuat pasien harus berhenti sejenak untuk
mengibas-ngibaskan tangan. Nyeri juga sering timbul bahkan saat
pasien tidak sedang beraktivitas, terutama pada malam hari.
Biasanya pasien terbangun saat malam hari sekitar pukul 2 dini hari
karena rasa nyeri dipergelangan tangan. Keluhan dirasakan berkurang
apabila tangan pasien dikibas-kibaskan atai digerak-gerakkan.
• Bila penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan
frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Hal
ini juga dialami pasien hingga pasien sering kembali kontrol ke poli
dan merasa tanpa ada perubahan padahal sudah beberapa kali
diganti terapi oral dan mendapat masing-masing dua kali terapi
injeksi pada kedua tangan pasien hingga dikonsultasikan ke bedah
saraf dan disarankan untuk dilakukan tindakan operatif. Namun
dengan berbagai pertimbangan pasien menolak sehingga pasien
melanjutkan terapi oral dan injeksi.
• Pada pemeriksan fisik, gejala parestesia atau nyeri pada pergelangan
tangan menjalar hingga jari-jari seperti sensasi kesetrum dapat
dicetuskan dengan perkusi di permukaan voler pergelangan tangan
(Tinel’s sign) atau dengan fleksi penuh pergelangan tangan selama 1
menit (Phalen’s Test). Selain itu ditemukan juga nyeri tekan pada saat
dilakukan penekanan pada terowongan karpal (Pressure Test atau
Durkan’s Test). Keluhan pada pasien berkurang pada saat pasien
diminta mengibas-ngibaskan tangan (Flick’s Sign).
• Terapi nyeri neuropati lini pertama antara lain analgesik seperti
golongan acetaminophen atau NSAID, antikonvulsan, antidepresan
trisiklik (TCAs) dan selective serotonin norepinephrine reuptake
inhibitor (SNRI), calcium channel a2-δ ligands (pregabalin dan
gabapentin), dan lidokain topical.
• Hal ini sesuai dengan terapi pada pasien, dimana pada awalnya pasien
mendapat terapi racikan (paracetamol 300 mg + meloxicam 7,5 mg +
amitriptilin 5mg + diazepam 1 mg) 3x1 caps, mecobalamin 3x1 tab,
leptica 1x50 mg. Paracetamol merupakan golongan acetaminophen,
meloxicam golongan NSAID, amitriptilin golongan antidepresan
trisiklik, diazepam golongan benzodiazepine yang merupakan
antikonvulsan, mecobalamin, dan leptica mengandung pregabalin.
• Saat ini, pasien ini mendapat terapi berupa obat racikan berupa
codein 10 mg + ibuprofen 200 mg + diazepam 1 mg.
• Codeine merupakan agonis opiate di SSP yang bekerja selektif pada
reseptor µ digunakan sebagai anti nyeri pada nyeri sedang hingga
berat
• Ibuprofen merupakan obat golongan NSAID bekerja melalui inhibisi
sintesa prostaglandin dan menghambat siklooksigenase-I (COX-I) dan
siklooksigenase-II (COX-II), pada biosintesis prostaglandin sehingga
konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu
• Diazepam merupakan obat anti konvulsan golongan benzodiazepine
yang digunakan sebagai obat ajuvan pada nyeri neuropatik
• Mecobalamin 3x1 tab diberikan pada pasien sebagai vitamin B12
untuk neuropati perifer
• Injeksi steroid juga diberikan kepada pasien dimana dalam hal ini
pasien mendapatkan terapi injeksi flamicort 0,5-1 ml + lidocain 2 ml
yang diinjeksikan ke dalam terowongan karpal pada lokasi 1 cm ke
arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon
musculus palmaris longus. Flamicort 10mg/5 ml mengandung
triamcinolone yang bekerja terutama sebagai glukokortikoid dan
mempunyai daya antiinflamasi yang kuat
Edukasi pada pasien untuk mencegah kekambuhan berupa:
• Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral
• Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah
seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda,
jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk.
• Batasi gerakan tangan yang repetitif
• Istirahatkan tangan secara periodik
• Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan
memiliki waktu untuk beristirahat
• Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan
peregangan secara teratur (Nerve Gliding)
• Fisioterapi dianjurkan untuk perbaikan vaskularisasi tangan
Kesimpulan