FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2013/2014 HAL-HAL YANG BID’AH (TERLARANG) BERKAITAN DENGAN KEMATIAN
I. Beberapa Perbuatan yang Harus Dijauhi Seputar
Pelaksanaan (Penyelenggaraan Jenazah) 1. Meratap Meratap atau yang dalam bahasa arab disebut “niyahah” adalah perbuatan yang dilarang di dalam agama. Meskipun begitu, bukan berarti keluarga mayat sama sekali tidak boleh bersedih atau menangis saat anggota keluarga mereka meninggal dunia. Meratap yang diharamkan dan disebut niyahah adalah menangisi mayat dengan suara keras, meraung, atau menggerung, apalagi diiringi dengan ekspresi berlebihan. Sebagaiman sabda Nabi saw :
“Dari Abu Malik Asy’ari, bahwa Nabi saw
bersabda : Ditengah-tengah umatku ada empat hal dari jahiliyah yang belum mereka tinggalkan; 1. Membanggakan kedudukan, 2. Mencela keturunan, 3. Minta hujan kepada binatang, dan 4. Meratapi mayat. Dan bersabda : Wanita yang meratapi mayat bila tidak bertobat sebelum matinya, akan dibangkitkan di hari kiamat dengan pakaian dari pada getah dan baju dari pada koreng”. (HR. Ahmad dan Muslim). 2. Merobek-robek baju dan memukuli diri Sebagaimana sabda Nabi saw :
“Dari idari ibnu mas’ud, bahwa Nabi saw
bersabda : Bukan golongan kami, orang yang menampar pipi dan merobek-robek pakaian serta berteriak-teriak cara jahiliyah”. (HR. Bukhari-Muslim). 3. Azan dalam kubur Tidak ada dalil yang mensyari’atkan azan di atas kubur, tetapi azan ini disyari’atkannya untuk : Panggilan shalat fardlu. Sebagaiman firman Allah dalam surat al-Jumu’ah ayat 9 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah (shalat) dan tinggalkan jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS.Al- Jumu’ah) 4. Talqin di atas kubur Kata Talqin berasal dari “Laqqana” yang berarti ajaran atau mengajar. Jadi menalqinkan mayat artinya mengajari orang mati, sedangkan mayat di dalam kuburnya tidak nampak (ghaib) dari pandangan mata, dengan kata lain mengajari orang mati yang tidak tampak. Oleh karena itu, tidak logis mengajari orang sudah di alam barzah. Sebagaimana sabda Nabi saw : “Ajarilah orang yang hampir mati dengan kalimat “La ilaha illalla”. Tidak ada tuhan yang patut disembah melainkan Allah”. (HR.Muslim) II. Upacara / Do’a / Bacaan yang Tidak Disunnahkan Rasul 1. Membaca surat yasin, tasbih, tahmid dan tahlil bersama (tahlilan)
Surat yasin adalah bagian dari al-qur’an, maka
membaca yasin berarti membaca al-qur’an. Wajib bagi seoarang muslim membacanya dan Allah pasti memberikan pahala terutama bagi yang membaca dan mendengarkan bacaannya. Tetapi tidak dianjurkan membaca al-qur’an secara bersama-sama. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al – A’raf ayat 204 yang artinya :
“ Dan apabila dibacakan al-qur’an, maka dengarkanlah
dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat”. (QS. Al- A’raf: 204) zikir bersama-sama ketika ada musibah dan ditentukan pada malam ketiga, ketujuh, keempat puluh itu merupakan campuran antara syari’at Islam dengan budaya agama lain. Mengakui ajaran agama lain sebagai ajaran Islam dilarang oleh Allah SWT, di dalam firman-Nya :
Artinya : “Dan janganlah kamu campur
adukkan kebenaran dengan kebatilan, dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya”. (QS. Al- Baqarah: 42) Dengan demikian jelas ajaran tahlilan itu tidak berdasarkan contoh dari Rasulullah saw, dengan kata lain itu bukan ajaran Islam, dan berdosa menjadikannya sebagai amalan atau mengajarkannya. 2. Mengirim pahala dari bacaan tahlilan untuk si mayat
Maksud mengirim pahala dari amalan para
takziah untuk si mayat itu memang baik dan diyakini dapat membantu meringankan dosa si mayat, tetapi semua perbuatan tidak ada keterangan tentang mengirim pahala atau dosa kepada orang lain, baik kepada orang hidup atau orang mati. Sebab mengenai pahala dan dosa itu adalah hak mutlak bagi Allah memberikan ganjaran atas amal perbuatan baik atau buruk seorang hamba. Di dalam surat Al-Zalzalah :7-8, Allah berfirman yang Artinya : “ Barang siapa berbuat kebaikan seberat benda yang terkecilpun, niscaya ia akan melihatnya. Dan barang siapa berbuat keburukan seberat benda yang terkecilpun, niscaya ia akan melihatnya”, (QS. Al- Zalzalah: 7-8). 3. Mengadakan jamuan makanan dan minuman di ruah ahli musibah
Sebagaiman sabda Nabi saw:
“Dari Hariri bin Abdullah Bajali, katanya: Kami menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga yang kematian dan mengadakan jamuan sesudah mayat dikubur itu termasuk ratapan (yang dilarang)”. (HR. Ahmad). III.Haul (Ulang Tahun) Kematian
Haul yang sering disebut dengan khol adalah
berasal dari kata Arab “haul” yang artinya secara bahasa adalah “tahun”. Adapun yang dimaksud dengan perayaan haul sebagaimana yang lazim berjalan di masyakat tanah air ialah acara peringatan hari ulang tahun kematian. Ada beberapa argumen yang menguatkan batilnya perayaan haul ini sebagai berikut: Pertama :
Seandainya perayaan ini disyari’atkan, tentu
akan dijelaskan oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam sebelum wafatnya karena Allah telah menyempurnakan agama-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat al-Ma’idah ayat 3 yang artinya :
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu
agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhoi Islam sebagai agamamu. (QS. al-Ma‘idah [5]: 3) Kedua :
Nabi saw bersabda:
“Barang siapa mengamalkan suatu
amalan yang tidak ada contohnya dari kami maka tertolak.”(HR. Muslim: 3243) Hadits tersebut dan yang semakna dengannya menunjukkan tercelanya bid’ah dalam agama sekalipun dianggap baik oleh manusia. Dan perayaan haul termasuk perkara yang bid’ah dalam agama karena tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam dan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Ketiga :
Seandainya perayaan haul ini disyari’atkan,
niscaya tidak akan ditinggalkan oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum dan para generasi utama yang dipuji oleh Nabi saw :
“Sebaik-baik manusia adalah masaku.” (HR. al-
Bukhori: 3651, Muslim: 2533) Keempat :
Perayaan haul termasuk
acara slametan (selamatan, Jawa) kematian atau tahlilan yang dilarang dalam hadits dan pendapat ulama dari berbagai madzhab. Sebagaimana sabda Nabi saw :
Dari Jarir bin Abdillah al-Bajali radhiallahu
‘anhu berkata, “Kami (para sahabat) menganggap (dalam riwayat lain berpendapat) bahwa berkumpul-kumpul kepada ahli mayat dan membuat makanan setelah (si mayat) dikubur termasuk kategori niyahah (meratapi).”