PENATALAKSANAAN GANGGUAN
BIPOLAR
Pembimbing : dr. Agung Hermawanto, SpKJ
Farras Cantika Abiyyah
150221022
Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jakarta
Pendahuluan
Riskesdas, 2015
menyebutkan 14,1 %
penduduk Indonesia
mengalami gangguan
jiwa dari ringan hingga
berat.
penatalaksanaan gangguan
Gangguan bipolar bipolar merupakan hal
merupakan salah yang perlu dikuasai untuk
satu masalah mengontrol gejala yang
gangguan jiwa timbul pada gangguan
yang sering terjadi bipolar. Sehingga angka
pada kota-kota kejadian gangguan jiwa
besar terutama di pada masyarakat di kota-
Jakarta. kota besar khususnya
Jakarta berkurang
mengetahui penatalaksanaan
Tujuan?
yang tepat dari gangguan bipolar
pada berbagai tipe bipolar
sehingga dapat membantu
mengatasi dan mencegah
gangguan bipolar
Manfaat?
penatalaksanaan terkini untuk
gejala-gejala yang timbul pada
gangguan bipolar sehingga dapat
melakukan pengobatan yang
sesuai dengan kemampuan
sebagai dokter umum.
-Berbahaya untuk diri sendiri
Rawat -Berbahaya bagi orang lain
inap -Hendaya Berat
-Kondisi medis yang harus dimonitor
Penentuan
kegawadaruratan
Membangun
Mencari sekumpulan
stressor orang yang
Rawat peduli
Jalan
Penatalaksanaan Kedaruratan
Agitasi Akut pada GB
LINI Injeksi IM Aripiprazol 9,75mg/injeksi Dosis maksimum
PERTAMA : 29,25mg/hari (tiga kali injeksi per hari dengan
interval dua jam). Berespons dalam 45-60 menit.
Injeksi IM Olanzapin Dosis 10mg/ injeksi. Dosis
maksimum adalah 30mg/hari. Berespons dalam 15-30
menit.
• Haloperidol,
Lini klorpromazin, litium atau
divalproa haloperidol,
3 itium + karbamazepin,
klozapin
farmakologi
episode
Lini • Quetiapin + SSRI,
divalproat, litium atau
depresi 2 divalproat + lamotrigin
• Karbamazepin, olanzapin,
litium + karbamazepin,
litium atau divalproat +
venlafaksin, litium + MAOI,
Lini 3 TKL, litium atau divalproat
atau AA + TCA, litium atau
divalproat atau
karbamazepin + SSRI +
amotrigin, penambahan
topiramat.
Tidak di rekomendasikan :
Gabapentin monoterapi, aripiprazol monoterapi
Terapi rumatan pada GB I (episode
depresif akut)
Lini I Litium, lamotrigin monoterapi,
divalproat, olanzapin, quetiapin,
litium atau divalproat +
quetiapin, risperidon injeksi
jangka panjang (RIJP),
penambahan dengan
apripirazole
Lini II Karbamazepin, litium + divalproat,
litium+ karbamazepin, litium atau
divalproat + olanzapin, litium +
risperidon, litium + lamotrigin,
olanzapin + Fluoksetin
Lini III Penambahan fenitoin, penambahan
olazapin, penambahan ECT,
penambahan topiramat, penambahan
asam lemak omega-3, penambahan
okskarbazepin
Tidak direkomendasikan Gabapentin, topiramat atau
antidepresan monoterapi.
Rekomendasi Terapi Akut Depresi, GB II
Lini I Quetiapin
Lini 2 Litium, lamotrigin, divalproat, litium atau divalproat + antidepresan,
litium + divalproat, antipsikotika atipik + Antidepresan
Lini 3 Antidepresan monoterapi (terutama untuk pasien yang jarang
mengalami hipomania)
Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia menghambat kanal Na +. Selain itu, ia
juga menghambat pelepasan glutamat.
Indikasi : mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut maupun rumatan. Lamotrigin juga
efektif untuk GB, siklus cepat.
Efek Samping : Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan berbagai bentuk
kemerahan di kulit.
Antipsikotika Atipik
Risperidon -> derivat benzisoksazol.
Absorbsi
Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral.
Dosis : oral, sediaan yaitu tablet dan cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2
mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian
besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari. Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP)
dapat pula digunakan untuk terapi rumatan GB. Dosis yang dianjurkan untuk
orang dewasa 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak berespons dengan 25 mg,
dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg - 50 mg per dua minggu.
Indikasi : Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi
rumatan
Efek Samping : Sedasi, fatigue, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat
badan, berkurangnya gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada
risperidon bila dibandingkan dengan pada plasebo.
Olanzapin
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas terhadap
dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik, histamin 1(H1),
dan 1-adrenergik.
Indikasi :
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut mania dan
campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.
Efek Samping : Sedasi , Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya
sangat rendah dan tidak menyebabkan penghentian pengobatan. Risiko terjadinya
diabetes tipe-2 relatif.
Quetiapin
merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai antagonis 5-HT1A dan
5-HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor adrenergik 1 dan 2.
Dosis : pada orang dewasa yaitu 200-800 mg/hari. Tersedia dalam bentuk tablet IR
(immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg, dan 300 mg, dengan
pemberian dua kali per hari
Indikasi : Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran,
siklus cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.
Efek Samping : Sedasi. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya waktu.
Aripiprazol -> stabilisator sistem dopamin-serotonin.
Farmakologi merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta
antagonis 5-HT2A. Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3,
afinitas sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7, 1- adrenergik, histaminergik (H1),
dan serotonin reuptake site (SERT), dan tidak terikat dengan reseptor
muskarinik kolinergik.
Dosis : Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. dosis
efektifnya per hari yaitu 10-30 mg. Dosis awal 10 - 15 mg dan diberikan
sekali sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia, dan akatisia, dianjurkan untuk
menurunkan dosis.
Indikasi : efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia juga
efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi
tambahan pada GB I, episode depresi.
Efek Samping
Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anxietas, dan mual. Efek samping
ekstrapiramidalnya tidak berbeda secara bermakna dengan plasebo.
Akatisia dapat terjadi dan kadang-kadang dapat sangat mengganggu pasien
sehingga sering mengakibatkan penghentian pengobatan.
Insomnia.
Dosis
Mania akut
1. Clozapine Dosis optimal tidak diketahui
Dosis inisial :
25-50 mg/hari PO ditingkatkan 25 mg setiap 2-3
hari hingga respon yang diinginkan
Dosis umum :
100-400 mg/hari PO
Olanzapine Mania akut / campuran
Dewasa :
Monoterapi
15 mg/hari PO selama 24 jam
Dosis pemeliharaan :
5-20 mg/hari
Terapi kombinasi (lithium atau valproate)
10 mg/hari PO 24 jam
Dosis maksimal :
20 mg/hari
Pencegahan bipolar yang rekuren : Dimulai 10 mg
PO dalam 24 jam
Rentang dosis : 5-20 mg/hari
Anak>13 tahun :
Dosis inisial :
2.3-5 mg PO dalam 24 jam
Rentang dosis : 2.5-20 mg/hari
Pasien manik (agitasi) : 5-10 mg IM dosis tunggal
Quetiapine Fase manik
Dewasa :
Tablet immediate-release :
Hari 1 : 100 mg/hari PO
Hari 2 : 200 mg/hari PO
Hari 3 : 300 mg/hari PO
Hari 4 : 400 mg/hari PO
Dosis umum : 200-800 mg/hari PO
Tablet extended-release :
Hari 1 : 300 mg/hari PO (menjelang tidur)
Hari 2 : 600 mg/hari PO & naik hingga 800 mg/hari (menjelang
tidur) jika diperlukan
Anak > 10 tahun
Hari 1 : 25 mg PO dalam 12 jam
Hari 2 : 50 mg PO dalam 12 jam
Ditingkatkan 100 mg/hari setiap hari sampai dosis target 400
mg/hari tercapai di hari 5
Dosis umum : 400-600 mg/hari
Fase depresi
Hari 1 : 50 mg PO (menjelang tidur)
Hari 2 : 100 mg PO
Hari 3 : 200 mg PO
Hari 4 : 300 mg PO
Dosis dapat di titrasi sampai 400 mg pada hari 5 dan hingga
600 mg pada hari 8
Derivate indol Mania akut
1. Ziprasidone Dosis inisial :
40 mg PO selama 12 jam
Dosis maksimal : 80 mg PO selama 12 jam
Mania akut
Dewasa :
Dosis inisial : 2-3 mg/hari PO dalam 24 jam
1. risperidone Dosis umum : 1-6 mg/hari
Cognitive
behavioral Psychoeducation
therapy (CBT)
PSIKOTERAPI
KESIMPULAN
Pada gangguan bipolar perlu diketahui adanya tindakan gawat darurat, pasien
dengan gangguan bipolar yang diperlukan rawat inap yaitu :berbahaya untuk
diri sendiri, berbahaya bagi orang lain, adanya hendaya berat, terdapat
kondisi medis yang harus dimonitor. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa
jika diterapi dengan obat mood stabilizer, penderita gangguan bipolar akan
mengalami lebih sedikit periode manik dan depresi. Obat ini bekerja dengan
cara menstabilkan mood penderita dan menstabilkan manik dan depresi
yang ekstrim. Antipsikosis atipikal seperti ziprasidone, quetiapine,
risperidone, aripiprazole dan olanzapine, kini juga sering digunakan untuk
menstabilkan manik akut, bahkan untuk menstabilkan mood pada depresi
bipolar
terapi non farmakologi yang dilakukan berupa :konsultasi, diet, aktivitas, dan
edukasi