Anda di halaman 1dari 59

+

Case Prolaps Genitalia


(prolaps uteri )
Pembimbing : Dr. Komang Arianto Sp.OG

Tiara larasati widyaswara


03013190
 Identitas Pasien

 Nama lengkap : Ny. Endang M

 No RM : 151774

 Umur : 55 tahun

 Status perkawinan :Menikah

 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Alamat : JL. KPBB – Jakarta pusat

 Jenis kelamin : perempuan

 Suku bangsa : Indonesia

 Agama : Islam

 Pendidikan :-

 Tanggal masuk RS : 29/7/2018


+

 Anamnesis  Riwayat keluarga:

Autoanamnesis Tidak ada anggota keluarga


yang mengalami hal yang sama
 Keluhan utama: sebelumnya.

Terdapat benjolan di vagina


+ Riwayat penyakit sekarang:
Os datang ke UGD RS AL MINTOHARJO tanggal 29-07-2018 . P5A1
dengan keluhan terdapat benjolan di vagina sejak 6 bulan yang lalu.
Benjolan tersebut dirasakan pada saat mengenjan dan jongkok saat
membasuh kemaluan sehabis BAK atau BAB. Benjolan tersebut tidak
disertai nyeri . Keluhan yang lainnya seperti terkadang selalu ingin
kencing dan hanya saja merasa tidak nyaman dengan adanya
benjolan tersebut.

 Riwayat penyakit dahulu:

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat alergi disangkal


+
Pemeriksaan fisik
 Status Generalis
 Kesan sakit :-
 Keadaan umum :
Compos mentis, tampak sakit  Kesan gizi :
ringN tampak gizi cukup
 Kesadaran : GCS : E4M6V5  Sianosis :-
 Tanda Vital  Ikterik :-
 Tekanan darah : 130/90mmHg  Dehidrasi :-

 Nadi : 96 x/menit, isi  Ascites


cukup, reguler :-

 Respirasi :  Edema
20x/menit :-

 Suhu : 36,5oC
+

 Mobilitas : aktif  Mata : oedem palpebra


-/-, konjungtiva anemis -/-, sclera
ikterik -/-, exoftalmus -/-, odema
 Sikap penderita : palpebral -/-
Kooperatif  Telinga : nyeri tarik aurikula -/-,
nyeri tekan tragus -/-, sekret -/-
 Kepala :
normosefali, rambut hitam  Hidung : nafas cuping hidung (-),
sekret -/-
distribusi merata
 Mulut : mukosa bibir
 Wajah : simetris, tidak sianosis, tonsil T1-T1, faring
tidak hiperemis, terdapat gigi
oedem (-) berlubang

 Leher : KGB dan tiroid


tidak teraba membesar, JVP 5+2 cm,

 Thoraks : jejas (-)


Paru
Depan Be lakang

Inspeksi Kiri Dalam batas normal Dalam batas normal


Tidak ada retraksi dada
Kanan Dalam batas normal Dalam batas normal
Tidak ada retraksi dada
Palpasi Kiri Vocal fremitus normal Vocal fremitus normal

Kanan Vocal fremitus normal Vocal fremitus normal

Perkusi Kiri Sonor Sonor

Kanan Sonor Sonor

Auskultasi Kiri Suara napas vesikuler Suara napas vesikuler

Wheezing (-) Wheezing (-)

Ronchi (-) Ronchi (-)

Kanan Suara napas vesikuler Suara napas vesikuler


+

Jantung

 Inspeksi : Tak Tampak pulsasi ictus cordis

 Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis pada 2 cm medial garis


midklavikula kiri setinggi sela iga V, tidak teraba thrill

 Perkusi : Batas kanan  sela iga V linea sternalis kanan.

 Batas kiri sela iga V, 1cm sebelah medial linea


midklavikula kiri.

 Batas atas  sela iga II linea parasternal kiri.

 Dengan suara redup

 Auskultasi : BJ I dan BJ II regular, murmur (-), gallop (-)


+

 Abdomen

 Inspeksi : Simetris, datar, tidak ada lesi, tidak ada sikatrik, tidak
ditemukan adanya pembesaran abdomen.

 Auskultasi: Bising usus (+) normal 3 kali/menit.

 Palpasi: Dinding perut supel, turgor kulit normal, nyeri tekan (-)
pada seluruh region abdomen.

 Hati  tidak teraba membesar

 Limpa  tidak teraba membesar

 Ginjal  ballottement (-), nyeri ketok CVA (-)

 Perkusi : Timpani, shifting dullness (-).


Status Ginekologi
+ Riwayat Obstetrik

paritas : G6A1

cara persalinan

 hamil pertama  1981  usia anak 37 tahun (meinggal kecelakaan tahun 2000)  usia kehamilan
38 minggu persalinan normal dibantu bidan BBB 3.500 gram (laki-laki)

 hami kedua  1982  usia anak 36 tahun  usia kehamilan 38 minngu 5hari persalinan normal
dibantu bidan BBB 3.400 gram (perempuan)

 hamil ketiga  kuretase usia kehamilan 3 minggu

 hamil keempat  1985  usia anak 33 tahun  usia kehamilan 38 minggu persalinan normal
dibantu bidan BBB 3.400 gram ( perempuan)

 hamil kelima  1992  usia anak 26 tahun  usia kehamilan 38 minggu persalinan normal dengan
gejala ketuban pecah dini dibantu bidan BBB 3.400 gram (laki –laki )

 hamil keenam  1995  usia anak 23 tahun  usia kehamilan 38 minggu persalinan normal
dibantu bidan BBB 3.500 gram (laki-laki)

riwayat abortus dan kuretase

 pada kehamilan ketiga dengan hamil anggur tidak ada perdarahan dan tidak nyeri dikuretase.

 riwayat trauma perineum dan infeksi nifas ( tidak ada )


+

 Riwayat Ginekologi

riwayat penyakit pada saluran reproduksi sebelumnya dan pengobatannya ( tidak ada)

riwayat operasi ginekologi sebelumnya ( tidak ada)

 Riwayat Haid

riwayat haid pertama kali ( menarke ) pada usia 14 tahun

tanggal HPHT ( Tidak tau ) sudah menopouse 5 tahun yang lalu (tahun 2013)

jumlah darah haid ( 3 pembalut 1 hari )

lama haid berlangsung ( 5-7 hari)

siklus haid ( teratur) 28 hari

nyeri haid ( tidak ada)


+

 Riwayat penggunaan obat –obatan dan kontrasepsi

riwayat penggunaan obat – obatan untuk mengobati penyakit ( -)

riwayat penggunaan obat hormonal ( - )

 riwayat penggunaan kontrasepsi

KB dari anak ke2 dengan suntik 3bulan 1x , pernah mencoba memakai KB spiral selama 6
bulan tetapi terjadi perdarahan dan dibuka .

Hamil ke 4 mencoba KB pil sampai menepouse

 Riwaya Keluarga

Riwayat penyakit yang sama ( tidak ada)

Riwayat penyakit menular seksual pada suami dan pasangan seksual ( tidak ada)
+

 Pemeriksaan Ginekologi

Nilai derajat prolapsus : derajat II

Adakah sistokel atau rektokel : ada sistokel dan rektokel tapi


tidak terlalu jelas

Nilai keadaan serviks dan uterus , apakah terdapat lesi : tidak


ada

Ukur panjang serviks dengan sonde : tidak dilakukan

Dilakukan tes valsava saat pemeriksaan (+)


+

 Status neurologis
 GCS : E4M6V5
 Pupil isokor, Ø : 3mm / 3mm
 kekuatan motorik : 5555 5555
5555 5555
 reflek fisiologis (+)
 reflek patologis (-)

Meningeal’s sign:

 Kaku Kuduk -

 Brdzunski 1 -/-

 Brudzunski 2 -/-

 Kernig’s sign -/-

 Lasegue sign -/-


PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL LABORATORIUM Pre OP
Lab tanggal 26 Juli 2018
Darah Rutin
Hematokrit 39% 42-48
Hemoglobin 12.7 g/dL 14-16
Leukosit 6.800 /ul* 5.000-10.000
Trombosit 267.000 /ul 150.000-450.000

Eritrosit 4.49 juta/ul 4.6-6.2

Hemostatis
Masa perdarahan / BT 2’30 menit 1~3
Masa pembekuan / CT 10’30 menit 5~15

Imunoserologi
HBsAg negative IU/mL Negatif
Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif
LABORATORIUM Post OP
Lab tanggal 30 Juli 2018
Darah Rutin
Hematokrit 40%
42-48
Hemoglobin 13.6 g/dL
14-16
Leukosit 17.000 /ul* 5.000-10.000
Trombosit 231.000 /ul
150.000-450.000
Eritrosit 4.67 juta/ul 4.6-6.2
Tanggal 29 juli 2018 – Hari Rawat ke 1 bangsal

S : P5A1 tidak ada keluahan ( persiapan operasi )

O:
Kesadaran: EM6V5
TD = 130/90mmHg RR = 20x/menit Nadi = 77x/menit Suhu = 36,7 oC Sat
O2 = 99% tanpa O2

A: prolaps uteri grade II + Sistokel + Rektokel

P: -
Tanggal 30 juli 2018 Hari Rawat ke 2 pre op Histerektomi + OP

S : nyeri bekas op

O:
Kesadaran: EM6V5
o
TD = 120/80mmHg RR = 20x/menit Nadi = 77x/menit Suhu = 36,7 C Sat
O2 = 98% tanpa O2

A: prolapse uteri grade II + sistokel + rektokel

P: IVFD RL : D5% : NaCL 1:2:1 30 tpm


Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Profenid sup 3x1
Dulcolax sup II (k/p)
Inj . gentamisin 2x80 mg
Puasa sampai kentut
Cek HB post op
Perdarahan - , DC 600 cc

HB Post op : 13.6 g/dL


Tanggal 31 juli 2018 – Hari Rawat ke 3

S : tidak ada keluhan

O:
Kesadaran: EM6V5
TD = 120/70mmHg RR = 20x/menit Nadi = 80x/menit Suhu = 36,5oC
Sat O2 = 97% tanpa O2

A: prolapse uteri grade II + Sistokel + Rektokel

P: infusan , dc , kasa tampon di aff


Terapi diganti oral dan besok boleh pulang
- ceftriaxone 3 x500 mg
- asam mefenamat 3x 500 mg
- etabion 2x1
Tanggal 1 Agusutus 2018 – Hari Rawat ke 4 bangsal

S : P5A1 tidak ada keluahan

O:
Kesadaran: EM6V5
o
TD = 130/90mmHg RR = 20x/menit Nadi = 77x/menit Suhu = 36,7 C Sat
O2 = 99% tanpa O2

A: prolaps uteri grade II + Sistokel + Rektokel

P: BPL
- ceftriaxone 3 x500 mg
- asam mefenamat 3x 500 mg
- etabion 2x1
+
Resume

 Os datang ke UGD RS AL MINTOHARJO tanggal 29-07-2018 .


P5A1 dengan keluhan terdapat benjolan di vagina sejak 6
bulan yang lalu. Benjolan tersebut dirasakan pada saat
mengenjan dan jongkok saat membasuh kemaluan sehabis
BAK atau BAB. Benjolan tersebut tidak disertai nyeri
adakeluhan yang lainnya seperti terkadang selalu ingin
kencing dan hanya saja merasa tidak nyaman dengan adanya
benjolan tersebut. Riwayat Obstetrik ,paritas : G6A1 cara
persalinan hamil pertama  1981  usia anak 37 tahun
(meinggal kecelakaan tahun 2000)  usia kehamilan 38
minggu persalinan normal dibantu bidan BBB 3.500 gram
(laki-laki) .Hamil kedua  1982  usia anak 36 tahun  usia
kehamilan 38 minngu 5hari persalinan normal dibantu bidan
BBB 3.400 gram (perempuan).
+

 Hamil ketiga  kuretase usia kehamilan 3 minggu .Hamil


keempat  1985  usia anak 33 tahun  usia kehamilan 38
minggu persalinan normal dibantu bidan BBB 3.400 gram (
perempuan) .Hamil kelima  1992  usia anak 26 tahun 
usia kehamilan 38 minggu persalinan normal dengan gejala
ketuban pecah dini dibantu bidan BBB 3.400 gram (laki –laki
) .Hamil keenam  1995  usia anak 23 tahun  usia
kehamilan 38 minggu persalinan normal dibantu bidan BBB
3.500 gram (laki-laki)dan riwayat abortus dan kuretase pada
kehamilan ketiga dengan hamil anggur tidak ada perdarahan
dan tidak nyeri dikuretase.
+

 Riwayat Haid :riwayat haid pertama kali ( menarke ) pada


usia 14 tahun ,tanggal HPHT ( Tidak tau ) sudah menopouse
5 tahun yang lalu (tahun 2013) ,jumlah darah haid ( 3
pembalut 1 hari ) ,lama haid berlangsung ( 5-7 hari) ,siklus
haid ( teratur) ,nyeri haid ( tidak ada). Riwayat penggunaan
kontrasepsi :KB dari anak ke2 dengan suntik 3bulan 1x ,
pernah mencoba memakai KB spiral selama 6 bulan tetapi
terjadi perdarahan dan dibuka .Hamil ke 4 mencoba KB pil
sampai menepouse.
+

 Pemeriksaan Ginekologi :Nilai derajat prolapsus : derajat


II,Adakah sistokel atau rektokel : ada sistokel dan rektokel
tidak terlalu jelas . Dilakukan tes valsava saat pemeriksaan .
hasil laboratorium setelah operasi Darah Rutin
:Hematokrit40% 42-48 ,Hemoglobin13.6 g/dL 14-16,
Leukosit17.000 /ul* 5.000-10.000,Trombosit 231.000 /ul
150.000-450.000,Eritrosit4.67 juta/ul 4.6-6.2 .
+
Diagnosis

Prolpas uteri grade II


+

TINJAUAN PUSTAKA

PROLAPSUS ORGAN PELVIS


(prolaps uteri)
+

 Uretrokel
 Sistokel
 Sistouretrokel
 Prolapsus uteri
 Entrokel
 Rektokel
+
Prolaps organ panggul (POP)

 Prolaps organ panggul (POP) didefinisikan sebagai


penurunan abnormal atau herniasi dari organ-organ panggul
dari tempat melekat atau posisi normalnya di dalam rongga
panggul. Adapun anatomi organ panggul tersebut terdiri
dari tulang, otot, serta saraf . Adanya kerusakan pada visceral
panggul dan jaringan ikat pelekat organ-organ panggul
menjadi penyebab terjadi POP. Organ organ panggul yang
dapat terlibat meliputi uterus (uterine prolaps) atau ujung
vagina (apical vaginal prolaps), vagina anterior (cystocele),
atau vagina posterior (rectocele).
+ Penyebab dasar terjadinya POP adalah kelemahan dari jaringan ikat
yang menyokong struktur-struktur panggul. Kelemahan jaringan ikat
ini bertambah buruk karena:

 Faktor obstetri  Faktor non-obstetri

1) Paritas 1) Genetik

2) Persalinan pervaginam 2) Usia


3) Ras
3) Perpanjangan kala 2
persalinan (> 2 jam) 4) Menopause
4) Makrosomia (berat badan 5) Peningkatan BMI
lahir ≥ 4000 gram) (obesitas)
5) Persalinan dengan tindakan 6) Peningkatan tekanan intra
(riwayat persalinan dengan abdomen
forsep atau ekstraksi vakum)
7) Kelainan jaringan ikat
8) Merokok
+

Berbagai istilah digunakan untuk menggambarkan prolaps


organ genital antara lain:

 Sistokel adalah penurunan kandung kemih

 Sistouretrokel adalah sistokel yang mengikutsertakan uretra


sebagai bagian dari kompleks organ yang prolaps

 Prolaps uteri adalah penurunan uterus dan serviks melalui


kanalis vaginalis menuju introitus vagina

 Rektokel adalah protrusi rektum menuju lumen vagina


posterior

 Enterokel adalah herniasi usus halus menuju lumen vagina


+
prolaps uteri

Definisi

 Prolapsus uteri adalah suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus ke


dalam atau keluar melalui vagina. Hal tersebut dikarenakan dukungan
yang tidak adekuat dari ligamentum kardinal dan uterosakral serta
struktur penyangga pelvis mengalami kerusakan dan kadang-kadang
organ pelvis yang lain juga ikut turun.

Epidemiologi

 Prolapsus organ panggul (POP) masih menjadi masalah kesehatan pada


wanita yang mengenai hingga 40% wanita usia di atas 50 tahun.
Prolapsus uteri merupakan salah satu jenis prolapsus organ panggul
(genitalia) dan menjadi kasus nomor dua tersering setelah
cystouretrochele (bladder and urethral prolapse).
+

 Sistokel dan Rektokel

Definisi

 Sistokel adalah melemahnya fascia penunjang antara vagina


dan kandung kemih yang dapatmenyebabkan prolaps
kandung kemih ke dalam vagina.

 Rektokel adalah melemahnya fascia penunjang antara vagina


dan rektum (fascia rektovagina)yang dapat menyebabkan
prolaps rektum ke dalam vagina.
+
 Gambaran Gejala Klinis:

 Perasaan mengganjal di vagina atau menjonjol di genitalia eksterna

 Rasa sakit di panggul atau di pinggang dan bila berbaring akan


berkurang

Sistokel:

 menyerupai gejala polimiksi mula-mula pada siang hari. Bila


prolapssemakin berat akan timbul polimiksi pada malam hari.

 Perasaan kandung kemih tidak dapat dikosongkan secara tuntas

 Tidak dapat menahan kencing apabila batuk (stress incontinence)

 Retensi urin

Rektokel:

 gangguan defekasi

 Kesulitan bersenggama
+
Derajat sistokel dan rektokel

Sistokel

 Grade I ( ringan ) : dimana kandung kemih turun sedikit ke


jalan vagina

 Grade II (sedang) : dimana kandung kemih masuk ke jalan


vagina cukup jauh kedaerah pintu vagina

 Garde III ( berat ) : dimana kandung kemih menonjol ke


pintu vagina
+ Rektokel
 Rendah ( kerusakan pada level III Delancey ) : defek pada
bagian distal fasia yang melekatkan badan perineum

 Tengah ( kerusakan pada level II Delancey ) : defek pada


fasia endopelvik yang meluas pada septum rektovaginal dan
fasia pararektal , timbul di hiatus levator

 Tinggi ( kerusakan pada level I Delancey ) : defek pada


bagian proksimal kompleks ligament uterosakralis dan
cardinal, umumnya timbul sekunder karena kelemahan
septum rektovaginal bagian atas akibat enterokel.

 Kombinasi ketiganya

Catatan : rektokel level I lebih sering berhubungan dengan


histerektomi, sedangkan level II dan III umumnya
berhubungan dengan trauma perineum.
+
Anatomi organ panggul
+
patofisiologi

 Kelemahan otot levator ani dan levator plate

 Kelemahan ligamentum endopelviks

 Kelemahan otot-otot diafragma urogenitalia dan perineum


+
PEMERIKSAAN FISIK PADA
PASIEN DENGAN POP
 Pemeriksaan fisik difokuskan pada pemeriksaan panggul,
dimulai dengan inspeksi pada vulva dan vagina untuk
mengidentifikasi adanya erosi, ulserasi, atau lesi lain .

1. Penilaian penurunan apeks vagina

2. Penilaian dinding depan vagina

3. Penilaian dinding belakang vagina

4. Penilaian Perineum

5. Pengukuran panjang Vagina


+ Standar penentuan derajat prolaps yang direkomendasikan oleh International Continence
Society adalah Panggul Organ Prolapsse Quantification System (POP-QS). Sistem ini
mengukur 9 lokasi vagina dan vulva terhadap hymen dalam sentimeter .
+
+
Sistem pembagian stadium
prolaps organ pelvik :
 Stadium 0 : titik Aa, Ap, Ba, dan Bp semuanya -3 cm dan
titik yang lain (C,D)<(X-2) cm

 Stadium I : kriteria stadium 0 tidak dipenuhi dan ujung


prolaps yang terendah <1cm

 Stadium II : ujung terendah prolaps > -1 cm, namun < +1


cm

 Stadium III : ujung terendah prolaps >+1 cm, namun <+(X-


2) cm

 Stadium IV : ujung terendah prolaps > + (X-2) cm

*) X = panjang total vagina dalam cm pada stadium 0, III, dan


IV.
+ Klasifikasi Prolaps Uteri
+

 Cara Mudah

Patokan Himen
Di atas - 1cm Grade I
1 cm sp +1cm Grade II
Di bawah + 1cm Grade III
Eversi komplit Grade IV
+ Berbagai istilah digunakan untuk
menggambarkan prolaps organ genital
antara lain :
+
Faktor resiko
 Trauma persalinan

 Paritas

 Tekanan intra abdominal kronik

 Usia

 Kelainan bawahan

 Ras
Gejala
Sesuatu yang turun atau keluar dari liang
kemaluan
Terasa atau teraba ada benjolan di liang
kemaluan
Terasa pegal didaerah belakang atau punggung
Susah berjalan
Perdarahan pervaginam
Inkontinensia urin
Konstipasi
Gangguan bersenggama
+
PROSEDUR PEMERIKSAAN

 Hasil tergantung pengetahuan & pengalaman

 Abnormal  Harus tahu normal

 Pemeriksaan : Inspeksi, Palpasi, Penilaian Apeks – Perineum

 Alat : Spekulum Graves

Spekulum Sims

Sonde
+
PROSEDUR PEMERIKSAAN

 Posisi : Berdiri

Berbaring

 Posisi berdiri :
 Penilaian lebih baik Posisi aktif normal
 Gejala timbul bila duduk/berdiri

 Saat Penilaian
 Istirahat
 Peregangan : Manuver Valsalva
Tarikan dengan Tenakulum
+
Penatalaksanaan

Terapi Medis

 Pasien prolaps uteri ringan tidak memerlukan terapi, karena


umumnya asimtomatik. Akan tetapi, bila gejala muncul, pilihan
terapi konservatif lebih banyak dipilih. Sementara itu, pasien
dengan prognosis operasi buruk atau sangat tidak disarankan
untuk operasi, dapat melakukan pengobatan simtomatik saja.

Terapi Konservatif

 Pengobatan cara ini tidak terlalu memuaskan tetapi cukup


membantu. Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa
keluhan, atau penderita yang masih menginginkan anak lagi,
atau penderita menolak untuk dioperasi, atau kondisinya tidak
mengizinkan untuk dioperasi
+ - Latihan-latihan otot dasar panggul

- Penatalaksanaan dengan pessarium

Indikasi penggunaan pessarium adalah :

 Kehamilan

 Bila penderita belum siap untuk dilakukan operasi

 Sebagai terapi tes, menyatakan bahwa operasi harus


dilakukan

 Penderita menolak untuk dioperasi, lebih memilih terapi


konservatif

 Untuk menghilangkan gejala simptom yang ada, sambil


menunggu waktu operasi dapat dilakukan.

Kontraindikasi terhadap pemakaian pessarium ialah :

 Radang pelvis akut atau subakut

 Karsinoma

Komplikasi penggunaan pessarium ada beberapa, antara lain :


 Penyakit inflamasi akut pelvis
 Nyeri setelah insersi
 Rekuren vaginitis
 Fistula vesikovaginal
+

Terapi Operatif

 Prolaps uteri biasanya disertai dengan prolaps vagina. Maka,


jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus
vagina perlu ditangani pula. Ada kemungkinan terdapat
prolapsus vagina yang membutuhkan pembedahan, padahal
tidak ada prolaps uteri, atau sebaliknya. Indikasi untuk
melakukan operasi pada prolaps vagina ialah adanya
keluhan.
+
Terapi pembedahan pada jenis-
jenis prolapsus vagina:
Sistokel Prolapsus uteri

 Operasi yang lazim dilakukan  Indikasi untuk melakukan


ialah kolporafi anterior. operasi pada prolapsus uteri
tergantung dari beberapa
Rektokel faktor (histerektomi vaginal)

 Operasi disini adalah


kolpoperinoplastik.

Enterokel

 Sayatan pada dinding


belakang vagina diteruskan
ke atas sampai ke serviks
uteri.
+
Macam-macam Operasi :

 Ventrofiksasi

 Operasi Manchester

 Histerektomi Vaginal

 Kolpokleisis ( operasi Neugebauer- Le Fort )


+
Komplikasi
 Keratinus mukosa vagina dan porsio uteri

Ini terjadi pada prosidensia uteri, dimana keseluruhan uterus keluar dari
introitus vagina

 Dekubitus

Dapat terjadi karena uterus yang keluar bergeseran dengan paha dan pakaian.
Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan sehingga perlu dibedakan
dengan penyakit keganasan , khususnya bila penderita sudah berusia lanjut

 Hipertrofi serviks uteri dan elongasi koli

Komplikasi ini didiagnosis dengan periksa lihat dan periksa raba

 Hidroureter dan Hidronefrosis

 Sering dijumpai infeksi saluran kencing dan kemandulan terutama pada


prolaps yang berat

 Hemoroid dan inkarserasi usus halus


+
Pencegahan
 Pemendekan waktu persalinan, terutama kala pengeluaran
dan kalau perlu dilakukan elektif (seperti ekstraksi forceps
dengan kelapa sudah di dasar panggul),

 membuat episiotomi, memperbaiki dan mereparasi luka atau


kerusakan jalan lahir dengan baik,

 memimpin persalinan dengan baik agar dihindarkan


penderita meneran sebelum pembukaan lengkap betul,
menghindari paksaan dalam pengeluaran plasenta (perasat
Crede),

 mengawasi involusi uterus pasca persalinan tetap baik dan


cepat, serta mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat
meningkatkan tekanan intraabdominal seperti batuk-batuk
yang kronik, merokok, mengangkat benda-benda berat.
+

 Pada wanita sebaiknya melakukan senam Kegel sebelum dan


setelah melahirkan. Selain itu usia produktif dianjurkan agar
penderita jangan terlalu banyak punya anak atau sering
melahirkan.

 Untuk wanita dengan IMT diatas normal, sebaiknya


menurunkan berat badan dengan olahraga, serta diet yang
tinggi serat.
+
Prognosis

 Bila prolaps uteri tidak ditatalaksana, maka secara bertahap


akan memberat. Prognosis akan baik pada pasien usia muda,
dalam kondisi kesehatan optimal (tidak disertai penyakit
lainnya), dan IMT dalam batas normal. Prognosis buruk pada
pasien usia tua, kondisi kesehatan buruk, mempunyai
gangguan sistem respirasi (asma, PPOK), serta IMT diatas
batas normal. Rekurensi prolaps uteri setelah tindakan
operasi sebanyak 16%.

Anda mungkin juga menyukai