Anda di halaman 1dari 47

NEUROBL ASTOMA

R A G I L T I T I H AT M A N T I ( 1 3 1 6 1 1 1 3 3 0 1 2 )
A1 - 2016
DEFINISI
• Neuroblastoma merupakan tipikal kanker yang dimulai dari bentuk awal
sel-sel saraf embrio atau fetus.
• Neuro berarti sel-sel saraf, dan blastoma adalah kanker yang
mempengaruhi sel-sel yang imatur atau sedang berkembang
• Neuroblastoma ini merupakan neoplasma yang berasal dari sel
embrional neural dan salah satu tumor padat tersering yang dijumpai
pada anak dan jarang ditemui pada orang dewasa.
• Neuroblastoma adalah tumor yang berasal dari sistem saraf simpatis dan
mayoritas berasal dari kelenjar medula adrenal dan ganglion simpatis.
• Neuroblastoma paling sering berasal dari kelenjar suprarenal tetapi dapat
juga dijumpai di sepanjang jalur simpatis
ETIOLOGI
• Etiologi dari neuroblastoma sendiri belum pasti diketahui. Namun, timbulnya neuroblastoma
infantil berkaitan dengan kondisi kehamilan dimana ibu sering terpapar obat-obatan atau zat
kimia tertentu.
• Menurut American Cancer Society beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kemunculan dari neuroblastoma adalah

Gaya Hidup Usia Keturunan


• Gaya hidup yang
berhubungan dengan faktor
risiko seperti berat badan, GAYA
aktivitas diet dan HIDUP
penggunaan tembakau
memberikan peran dalam
munculnya kanker ini
• Neuroblastoma paling
sering terjadi pada anak-
anak yang sangat muda, USIA
namun sangat jarang
terjadi pada anak diatas
usia 10 tahun
• Pada sekitar 1-2% dari semua
neuroblastoma anak mungkin telah
mewarisi peningkatan risiko terjadinya
neuroblastoma. Anak dengan bentuk
familial dari neuroblastoma biasanya
datang dari keluarga dengan satu atau KETURUNAN
lebih anggota keluarga yang memiliki
neuroblastoma saat bayi. Anak-anak
dengan neuroblastoma familial dapat
mengalami dua atau lebih dari kanker
ini di berbagai organ misalnya dalam
kedua kelenjar adrenal atau lebih dari
satu ganglion simpatik.
PATOFISIOLOGI
• Neuroblastoma timbul dari primordial sel pial neural yang bermigrasi selama
embriogenesis untuk membentuk medula adrenal dan ganglia simpatik. Sebagai hasilnya
neuroblastoma terjadi di medula adrenal atau dimana saja sepanjang simpatik ganglia,
terutama di retroperitoneum dan mediastinum posterior. Nomenklatur luas neuroblastoma
didasarkan pada spektrum diferensiasi selular. Neuroblastoma merupakan tumor yang
ganas dan buruk sedangkan ganglioneuroma merupakan tumor yang jinak dan tidak
berbahaya. Ganglioneuroblastoma mewakili keduanya karena memiliki diferensiasi buruk
dari neuroblasts dan sel ganglion matur.
WOC
MANIFESTASI
KLINIS
• Neuroblastoma dapat menyerupai gangguan lain sehingga sulit untuk mendiagnosa. Tanda dan
gelaja dari neuroblastoma mencerminkan lokasi tumor dan luasnya penyakit.
• Manifestasi klinis dari neuroblastoma berbeda tergantung dari lokasi metastasenya
– Neuroblastoma retroperitoneal
Massa menekan organ dalam abdomen dapat menimbulkan nyeri abdomen
– Neuroblastoma mediastinal
Pada awalnya timbul batuk kering, infeksi saluran nafas, sulit menelan. Bila penekanan terjadi pada radiks
saraf spinal, dapat timbul parastesia dan nyeri lengan
– Neuroblastoma leher
Mudah ditemukan namun mudah sering terjadi salah diagnosis sebagai
limfadenitis atau limfoma maligna. Sering menekan ganglion
servikotorakal hingga timbul sindrom paralisis saraf simpatis leher.
– Neuroblastoma pelvis
Menimbulkan gejala sembelit sulit defekasi dan retensi urin
– Neuroblastoma berbentuk barbell
Neuroblastoma paravertebral melalui celah intervertebral ekstensi ke
dalam canalis vertebral di ekstradural. Gejala klinisnya berupa tulang
belakang kaku tegak, kelainan sensibilitas, nyeri. Dapat terjadi
hipomiotonia ekstremitas bawah bahkan paralisis.
• Menurut Cecily & Linda (2002), gejala dari neuroblastoma yaitu :
a. Gejala yang berhubungan dengan massa retroperitoneal, kelenjar adrenal, paraspinal
- Massa abdomen tidak teratur, tidak nyeri tekan, keras yang melintasi garis tengah
- Perubahan fungsi usus dan kandung kemih
- Kompresi vaskuler karena edema ekstremitas bawah
- Sakit punggung, kelemahan ekstremitas bawah
- Defisit sensoris
- Hilangnya kendali sfingter
b. Gejala-gejala yang berhubungan dengan massa leher atau toraks
- Limfadenopati servikal dan suprakavikular
- Kongesti dan edema pada wajah
- Disfungsi pernafasan
- Sakit kepala
- Ptosis
- Eksoftalmos
- Anhidrosis
- Miosis
STADIUM
• Stadium 1 :
– Tumor terlokalisir dengan eksisi luas yang lengkap, dengan atau tanpa adanya
penyakit residual secara mikroskopik
– Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening ipsilateral dan kontralateral terhadap
tumor secara mikroskopik( mungkin didapatkan pembesaran KGB yang melekat
pada tumor primer dan diambil secara bersamaan).
• Stadium 2A :
– Tumor terlokalisir dengan reseksi luas tidak lengkap
– Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening ipsilateral dan tidak melekat pada
tumor secara mikroskopis
• Stadium 2B :
– Tumor terlokalisir dengan eksisi luas lengkap/ tidak lengkap dengan pembesaran
kelenjar getah bening ipsilateral dan tidak melekat pada tumor
– Pembesaran kelenjar getah bening kontralateral harus tidak didapatkan secara
mikroskopis
• Stadium 3 :
– Tumor unilateral yang tidak dapat dioperasi dan terjadi infiltrasi melewati
garis tengah dengan/tanpa pembesaran kelenjar getah bening regional
– Atau tumor terlokalisir unilatreal dengan pembesaran kelenjar getah bening
regional kontralateral
• Stadium 4 :
– Setiap tumor primer dengan penyebaran jauh ke kelenjar getah bening,
tulang, sumsum tulang, hati, kulit, dan / atau organ lain
• Stadium 4S :
– Tumor primer terlokalisir (seperti yang didefinisikan untuk tahap 1, 2A atau
2B) dengan penyebaran terbatas pada sumsum kulit, hati, dan / atau tulang
– Khusus untuk bayi < 1tahun
PEMERIKSA AN
DIAGNOSTIK
RIWAYAT MEDIS DAN PEMERIKSAAN
FISIK
• Apabila terdapat tanda dan gejala dari neuroblastoma, petugas kesehatan
akan menanyakan apakah keluarga mempunyai riwayat dari beberapa
kanker. Petugas akan menanyakan akan memeriksa pasien yang
mempunyai tanda dan gejala dengan melakukan inspeksi dan palpasi pada
massa abnormal atau benjolan dibawah kulit yang mungkin ditemukan
pada tubuh pasien.
• Neuroblastoma biasanya tumbuh di dekat sumsum tulang belakang, yang
dapat mempengaruhi pergerakan dan kekuatan ekstermitas pasien, jadi
petugas akan lebih rinci memeriksa tentang pergerakan pasien.
PEMERIKSAAN URIN DAN DARAH
• Sel saraf simpatetik biasanya merilis hormon catecholamines
seperti epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin.
• Sel neuroblastoma juga bisa merilis hormon tersebut. Di
beberapa kasus, sel neuroblastoma ini menghasilkan cukup
catecholamines untuk bisa dideteksi dalam tes darah dan urin. 2
metabolit cathecolamine yang biasanya sering diukur dalam tes
adalah
–Homovanillic acid (HVA)
–Vanillylmandelic acid (VMA)
X-RAY

• Dilakukan x-ray pada dada dan bagian tubuh yang lain pada tes dini jika pasien memiliki
simptom neuroblastoma.
• Pada neuroblastoma yang sudah terdiagnosis x-ray berguna untuk melihat apakah kanker tela
menyebar ke beberapa tulang tertentu.
CT SCAN
• CT Scan biasanya digunakan untuk melihat neuroblastoma pada abdomen, pelvis, dan
dada.

MRI
MIBG SCAN
• MIBG scan menggunakan senyawa kimia chemical meta-iodobenzylguanidine (MIBG) yang
mengandung iodin radioaktif. Senyawa MIBG diinjeksikan ke pembuluh darah dan nantinya
akan mengikuti aliran darah dan pada pasien MIBG akan menempel pads sel
neuroblastoma yang tersebar di tubuh, Beberapa jam kemudian setelah injeksi, tubuh akan
di sccan dengan kamera yang bisa melihat area yang mengandung aktivitas radioaktif. Hal ini
akan membantu petugas kesehatan untuk mengetahui letak neuroblastooma dan
penyebarannya.
• Positron emission tomography (PET)
scan
• Scan tulang
• Biopsi
PENATAL AKSAN
A AN
KEMOTERAPI

• Kemoterapi merupakan salah satu prosedur pengobatan kanker


yang dilakukan dengan memasukkan beberapa obat keras ke tubuh
dengan tujuan untuk membunuh sel kanker.
• Beberapa obat yang digunakan untuk mengatasi kanker ini adalah
topotecan, irinotecan, and temozolomide
• Jenis terapi pada neuroblastoma adalah sebagai berikut :
– Neuroblastoma berisiko rendah
Perawatan untuk pasien neuroblastoma beresiko rendah meliputi:
a. Operasi diikuti oleh kemoterapi, jika kurang dari separuh dari tumor
yang dikeluarkan atau jika gejala-gejala serius tidak dapat dibebaskan
dengan operasi.
b. Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan
persoalan-persoalan serius dan tidak merespon secara cepat pada
kemoterapi.
c. Kemoterapi dosis rendah.
– Neuroblastoma berisiko sedang
Perawatan untuk pasien neuroblastoma berisiko sedang mungkin
meliputi :
a. Kemoterapi.
b. Kemoterapi yang diikuti oleh operasi dan/atau terapi radiasi.
c. Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan
persoalan-persoalan yang serius dan tidak merespon secara cepat
pada kemoterapi.
– Neuroblastoma berisiko tinggi
a. Kemoterapi dosis tinggi yang diikuti oleh operasi untuk
mengeluarkan sebanyak mungkin tumor.
b. Terapi radiasi pada tempat tumor dan, jika diperlukan, pada bagian-
bagian lain tubuh dengan kanker.
c. Transplantasi sel induk (Stem cell transplant).
d. Kemoterapi yang diikuti oleh 13-cis retinoic acid.
e. Percobaan klinik dari monoclonal antibody therapy setelah
kemoterapi.
f. Percobaan klinik dari terapi radiasi dengan yodium ber-radioaktif
sebelum stem cell transplant.
g. Percobaan klinik dari stem cell transplant yang diikuti oleh 13-cis
retinoic acid.
KOMPLIKASI

• Komplikasi dari neuroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang


relatif dini ke berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe
maupun secara hematogen ke sum-sum tulang, tulang, hati, otak,
paru, dan lain-lain. Metastasis tulang umumnya ke tulang cranial atau
tulang panjang ekstremitas. Hal ini sering menimbulkan nyeri
ekstremitas, artralgia, pincang. Metastase ke sum-sum tulang
menyebabkan anemia, hemoragi, dan trombositopenia.
ASUHAN
KEPERAWATAN
KASUS
• Seorang anak N usia 7 tahun, datang dengan keluhan perut membesar, batuk dan sesak nafas. Keluhan
perut membesar dimulai sejak 2,5 bulan sebelum masuk rumah sakit disertai dengan benjolan sebesar
telur puyuh pada selangkangan dan leher yang tidak terasa nyeri, panas atau kemerahan. Keluhan perut
membesar juga disertai dengan demam naik turun, pucat, dan penurunan berat badan 3 kg dalam
sebulan, tidak dijumpai keluhan pada defekasi maupun berkemih. Perut semakin membesar, disertai
dengan keluhan batuk yang muncul kurang lebih mulai 2 minggu dan sesak nafas dirasakan terutama jika
anak berbaring. Benjolan di selangkangan dan leher tidak bertambah besar, keluhan demam, pucat serta
penurunan berat badan menetap. Dari riwayat keluarga tidak dijumpai riwayat keganasan dan sakit
tuberkulosis. Pada pemeriksaan fisik dijumpai anak dalam keadaan sesak nafas, kompos mentis, gizi
kurang, pucat, asites, dan edema pada labia mayora tetapi tidak dijumpai edem pada ekstremitas dan
palpebra. Dijumpai efusi pleura sinistra, dengan masa abdomen teraba ukuran 5x5x6cm, mulai dari regio
epigastrium ke arah inguinal dengan permukaan rata, padat, terfiksasi dan nyeri tekan. Limfadenopati
pada region inguinal dan servikal berukuran diameter 2 – 3 cm, padat, terfiksasi, tidak nyeri, tidak merah,
dan tidak terasa panas. Hepatomegali dan splenomegali sulit dinilai pada pemeriksaan fisik. Hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia normositik normokromik, trombositosis, peningkatan
laju endap darah, dan hipoalbumin. Pemeriksaan apusan darah tepi juga dijumpai trombositosis dengan
gambaran anemia dan tidak dijumpai sel blast.
PENGKAJIAN

a. Biodata
• Data anak
• Nama : An. N
• Umur : 7 th
• Jenis kelamin : perempuan
• Tanggal Lahir : 27 Februari 2011
• Tanggal MRS : 9 April 2018
• Dx medis : Neuroblastoma
• Alamat : Surabaya
b. Keluhan Utama
– An. N perut membesar, batuk dan sesak nafas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan perut membesar dimulai sejak 2,5 bulan sebelum masuk rumah sakit disertai dengan benjolan
sebesar telur puyuh pada selangkangan dan leher yang tidak terasa nyeri, panas atau kemerahan.
Keluhan perut membesar juga disertai dengan demam naik turun, pucat, dan penurunan berat badan 3
kg dalam sebulan, tidak dijumpai keluhan pada defekasi maupun berkemih. Perut semakin membesar,
disertai dengan keluhan batuk yang muncul kurang lebih mulai 2 minggu dan sesak nafas dirasakan
terutama jika anak berbaring. Benjolan di selangkangan dan leher tidak bertambah besar, keluhan
demam, pucat serta penurunan berat badan menetap.
d. Riwayat penyakit masa lalu
e. Riwayat penyakit keluarga
• . Dari riwayat keluarga tidak dijumpai riwayat keganasan dan sakit tuberkulosis
f. Riwayat alergi
• Tidak ada
g. Pemeriksaan Fisik
• B1 : RR 35x/menit (sesak), ada penggunaan otot bantu napas
• B2 : Hipertermi suhu badannya 390C, conjungtiva anemis, CRT > 3
• Detik, pucat, BP: 80/60 (bradicardy), nadi 200x/menit
• B3 : tuli sensorineural dengan tes Rhyne (+) tes Weber lateralisasi pada sisi yang sehat
• B4 : normal, terpasang kateter, produksi urine normal 0,5 cc kgBB/jam, warna urin normal
• B5 : BB menurun, pemeriksaan serum albumin 2,0 dL , pemeriksaan Hb 8,5 g/dl (anemi), anak
tampak lemas dan porsi makan menurun, tidak mengalami gangguan buang air besar
• B6 : nyeri di punggung, sulit tidur akibat massa di kepala
• Tanda-tanda Vital
• T: 39 C P: 200x/menit R: 40x/menit BP:80/60
INTERVENSI
Diagnosa :
Hipertermia berhubungan dengan penyakit (Neuroblastoma) 00007
Domain 11. Kenyamanan/Perlindungan
Kelas 6.Termoregulasi
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan perawatan selama Perawatan Demam (3740)
1x24 jam diharapkan suhu tubuh 1. Kompres pasien dengan air biasa pada bagian
menurun dengan kriteria hasil : lipatan-lipatan tubuh 1. Untuk menurunkan demam pada bagian tubuh
2. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya yang tertutup
Termoregukasi (0800) 3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian 2. Untuk mengetahui perubahan suhu dan tanda
1. Suhu : 36,5℃ antipiretik atau cairan secara IV vital lainnya
2. Tingkat pernapasan tidak 4. Anjurkan pada pasien untuk minum air putih 3. Pemberian antipiretik berguna untuk
terganggu (4) sedikit-sedikit tapi sering menurunkan demam
3. Dehidrasi tidak ada (4) 4. Untuk rehidrasi cairan yang hilang akibat panas.

Tanda-TandaVital (0802) Pengaturan Suhu (3900)


Suhu tubuh kembali ke kisaran 1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai 1. Untuk mengetahui perubahan suhu sebelum
36,5℃ dengan kebutuhan dan setelah diberikan terapi
Tingkat pernapasan : 18x/menit 2. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi yang 2. Untuk mengganti cairan yang hilang dan
Tekanan darah : 110/70 adekuat mencegah terjadinya fatigue akibat demam
Nadi : 60x/menit 3. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik sesuai 3. Antipiretik berguna dalam menurunkan demam
kebutuhan 4. Kelelahan dapat terjadi akibat pasien mengalami
4. Informasikan kepada pasien atau keluarga demam sehingga keluarga perlu mengetahuinya
mengenai adanya indikasi kelelahan akibat panas jika mungkin hal tersebut terjadi
Diagnosis :
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan asites dan efusi pleura (00032)
Domain 4. Aktivitas/Istirahat
Kelas 4. Respons Kardiovaskular/ Pulmonal
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan perawatan Manajemen Jalan Nafas (3140) 1. Posisi semi fowler dapat
selama 1x24 jam diharapkan 1. Posisikan pasien untuk memberikan jalan nafas yang mudah
pola nafas menjadi efektif memaksimalkan ventilasi dengan bagi pasien
dengan kriteria hasil : posisi semi fowler 2. Untuk mengetahui adanya suara
2. Auskultasi suara nafas, catat area nafas tambahan pada pasien
Status Pernapasan (0415) yang ventilasinya menurun atau ada 3. Untuk memantau pola nafas pasien
1. Frekuensi pernapasan tidaknya suara nafas tambahan yang terganggu
18x/menit 3. Monitor status pernafasan dan 4. Batuk efektif dapat membantu
2. Penggunaan otot bantu oksigenasi pasien untuk mengeluarkan sputum
nafas tidak ada 4. Ajarkan pada pasien mengenai batuk dengan mudah dan melancarkan
3. Batuk berkurang efektif jalan nafas.
Diagnosis :
Keletihan berhubungan dengan anemia (00093)
Domain. Aktivitas/Istirahat
Kelas 3. Keseimbangan Energi
Kriteria hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan perawatan Manajemen Energi (0180)
selama 2x24 jam diharapkan 1. Perbaiki defisit status fisiologis (misal : 1. Untuk meningkatkan status fisiologis
keletihan mulai berkurang kemoterapi yang menyebabkan pasien yang menurun akibat
dengan kriteria hasil : anemia) sebagai prioritas utama kemoterapi
2. Monitor intake/asupan nutrisi untuk 2. Untuk memastikan pasien
Kelelahan : Efek yang mengetahui sumber energy yang mendapatkan nutrisi yang cukup dan
Mengganggu (0008) adekuat tepat untuk mengatasi anemia
1. Malaise tidak ada 3. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai 3. Untuk merencanakan perbaikan
2. Nafsu makan menurun cara meningkatkan asupan energy nutrisi dan menghilangkan anemia
tidak ada dari makanan yang dapat pasien
3. Penurunan energi tidak ada meningkatkan pembentukkan 4. Untuk mencegah pasien mengalami
trombosit kelemahan akibat terlalu lama bed
4. Anjurkan aktivitas fisik sesuai dengan rest
kemampuan pasien
IMPLEMENTASI
DAN EVALUASI
Hari/Tgl/Shift No.
Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
c DK

1. Mengompres pasien dengan air


biasa pada bagian lipatan-lipatan S:
tubuh
- Pasien mengatakan
2. Memberikan antipiretik atau cairan
30 Agustus demam sudah
1 09.00 secara IV sesuai dengan resep dari
2018
dokter menurun
3. Menganjurkan pada pasien untuk
O:
minum air putih sedikit-sedikit tapi 14.00
sering - Suhu : 36,8℃

1. Memonitor suhu paling tidak setiap A:


2 jam, sesuai dengan kebutuhan - Masalah teratasi
30 Agustus
09.15 2. Menginformasikan kepada pasien P:
2018
atau keluarga mengenai adanya - Hentikan intervensi
indikasi kelelahan akibat panas
S:
- Pasien masih mengeluhkan

1. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan sesak


ventilasi dengan posisi semi fowler O:
2. Mengauskultasi suara nafas, catat area yang - Pasien masih sulit untuk
ventilasinya menurun atau ada tidaknya
30 Agustus 2018 2 09.30 14.00 bernafas terutama saat
suara nafas tambahan
3. Memonitor status pernafasan dan oksigenasi berbaring
4. Mengajarkan pada pasien mengenai batuk A:
efektif
- Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
S:

1. Memonitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui - Pasien masih mengeluhkan


sumber energi yang adekuat lemas
2. Berkolaborasi dengan ahli gizi mengenai cara O:
meningkatkan asupan energy dari makanan yang
10. - Pasien masih terlihat pucat dan
30 Agustus 2018 3 dapat meningkatkan pembentukkan trombosit 14.00
00 3. Menganjurkan aktivitas fisik sesuai dengan berbaring di tempat tidur saja
kemampuan pasien A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

• Henry, M. C. (2005). Neuroblastoma Update. Current Opinion in Oncology, 19-23.


• Indrayanti, L. W. (2016). NEUROBLASTOMA PADA SISTEM SARAF PUSAT YANG MELUAS
SAMPAI KE KAVUM NASI PADA PASIEN DEWASA. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana /
RSUP Sanglah Denpasar, 1-57.
• Mulatsih, S. (2009). Neuroblastoma pada Anak Usia 7 Tahun. Sari Pediatri Vol 10 No 5, 292-295.
• American Cancer Society (2016). About Neuroblastoma. American Cancer Society, 1-9.
• American Cancer Society (2016). Neuroblastoma Early Detection, Diagnosis, and Staging.
American Cancer Society, 1-22.

Anda mungkin juga menyukai