BATUBARA
A N A L I S A C A L O R I F I C VA L U E PA D A S A M P E L
B AT U B A R A A , B D A N C D E N G A N V A R I A S I M A S S A
M E TO D E A S T M
A N A L I S A C A LO R I F I C V A L U E PA D A S A M P E L B AT U B A R A A , B D A N C D E N G A N V A R I A S I M A S S A
PENDAHULUAN
METODE ANALISA
PENUTUP (KESIMPULAN&SARAN)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam suatu perusahaan yang memiliki jasa analisa batubara sangatlah penting untuk menjaga stabilisasi dan
ketelitian dari setiap hasil analisa terhadap batubara yang dianalisa.
• Memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program belajar pada institusi pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri SMAK Makassar.
• Menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam bekerja khususnya dalam bidang
pengujian dilaboratorium.
• Menumbuh kembangkan sikap etos kerja, sikap kemandirian dan sikap profesional sebagai seorang
tenaga analis kimia.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut
• Bagaimanakah nilai kalori yang dihasilkan dari varasi massa yang ditentukan ?
• Dari variasi massa yang diujikan manakah yang menunjukan nilai Calorific value yang diharapkan ?
• Bagaimana tingkat akurasi dan presisi Calorific Value yang dihasilkan?
• Apakah hubungan antara Calorific Value dengan Total Moisture?
Tujuan Penulisan
Untuk mengikuti ujian sidang serta melatih kemampuan dalam menyusun karya tulis ilmiah dan
memberikan informasi kepada para pembaca.
Tujuan Penelitian
• Untuk mengetahui bagaimana pengaruh varisi massa sampel bartubara 0.8;0.9;dan 1 gram terhadap
Calorific Value dan hasil pembacaan yang diharapkan dari variasi massa tersebut.
• Untuk menguji keakuratan dan kerapatan Calorific Value
• Untuk mengamati faktor yang paling berpengaruh terhadap bisar tinggiinya Calorific Value.
Metode Penelitian
Sisitematika Laporan
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang
mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan
tahun, dengan rumus kimia untuk antrasit adalah C240H90O4NS dan untuk bituminus adalah C137H97O9NS.
Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah
tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification).
Proses pembentukan dari sisa tumbuh-tumbuhan menjadi gambut, kemudian menjadi batubara
muda sampai batubara tua dalam dua tahap:
1. Tahap Biokimia
2. Tahap Pembatubaraan
Telah disebutkan bahwa batubara terbentuk dari beberapa jenis tumbuhan, Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut
CLICK HERE
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu,
batubara umumnya dibagi dalam lima kelas yaitu antrasit, bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut. Tingkat
perubahan yang dialami batubara dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan dan
memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebagai ‘tingkat mutu’ batubara yaitu :
Antrasit , Bituminous,Subbituminous,lignit dan Gambut
Berdasarkan acuan tersebut dibuat dasar pembagian kualitas batubara Indonesia, yaitu :
Batubara Kalori rendah, Sedang, tinggi dan sangat tinggi.
Parameter Analisa Kualitas Batubara
Jenis analisa atau parameter untuk menentukan kualitas suatu batubara banyak sekali baik analisa fisik atau
disebut physical property, chemical property, pilot scale test, dll.
Ada beberapa parameter khususnya yang termasuk ke dalam basic analysis dan parameter yang biasa
ditentukan untuk kepentingan komersial batubara. Parameter-parameter tersebut adalah :
1. Moisture
2. Ash
3. Volatile matter
4. Fixed carbon
5. Sulfur
6. Calorific Value
7. Ash Analysis
8. AshFusion Temperature
9. Hardgrove Grindability Index
Calorific Value
Nilai Kalori atau Calorific Value adalah jumlah unit panas yang dikeluarkan per unit bahan bakar yang dibakar
dengan oxygen, nitrogen dan oksida nitrogen, carbondioksida, sulfurdioksida, uap air dan abu padat.
Nilai kalori biasanya dilaporkan sebagai :
a. Gross Calorific Value
b. Net Calorific Value
Total Moisture
Total Moisture adalah seluruh jumlah air yang terdapat oada batubara dalam bentuk inherent dan
adherent pada kondisi batubara tersebut diambil contohnya ( as sampled) atau pada kondisi saat batubara
tersebut diterima ( as received). Nilai total moisture diperoleh dari hasil perhitungan nilai free moisture
dengan residual moisture dengan rumus :
Presisi dan Akurasi
Akurasi mengukur seberapa tepat suatu pengukuran dibandingkan dengan acuan lain. Jadi, akurasi mengukur
apakah suatu pengukuran itu sesuai dengan acuan yang sudah ada.
Presisi adalah pengukuran yang memiliki nilai yang hampir sama untuk setiap pengukuran yang dilakukan.
Presisi mengukur seberapa baik kerja suatu alat. Jadi, presisi menentukan apakah suatu alat itu bekerja
dengan baik.
Repeatibility
REPETIBILITY
JENIS BATUBARA
Untuk menentukan nilai Calori dari contoh batubara, dan membandingkan nilai kalori yang dihasilkan dari
variasi massa 0.8;0.9;dan 1 gram
Acuan
ASTM D5865-13-Gross Calorific Value of Coal and Coke by the Isoperibol Bomb Calorimeter.
Prinsip
Sejumlah contoh batubara yang diketahui beratnya dibakar dalam sebuah ruang bomb kalorimeter pada
kondisi tertentu. Nilai kalor kotor akan dihasilkan dari perbedaan suhu sebelum pembakaran dan sesudah
pembakaran.
Alat dan Bahan
Alat :
• Unit LECO AC 500 Bomb Calorimeter
• Perangkat Komputer
• Neraca Analitik
• Crucible
Bahan :
• Sampel Batubara A,B dan C
• Fuse Wire
• Gas Oxygen
• Tissue
Cara Kerja
Kemudian isi gas Oksigen Tutup rapat bomb Masukkan kedalam bomb
Proses Analisa
Stdev 16.07 18,57 25,64 26,57 23,68 23,99 19,45 31,21 25,56
Tabel 2 ( RSD)
Didapatkan bahwa pada tabel diatas bahwa pada contoh A dan C massa batubara 0.8000 gram
memiliki nilai RSD terendah dan pada Contoh B massa batubara 1.000 gram memiliki nilai RSD
terendah. Seharusnya pada contoh B sampel dengan massa 0.8000 gram memiliki nilai RSD
terendah.
Tingkat Presisi pembacaan sampel batubara dari berbagai variasi massa, dapat dilihat pada tabel
dimana tingkat presisi nya masih dapat dikatakan baik.
Dalam pengerjaan analisa Calorific Value ini disertakan juga analisa Total Moisture untuk
membandingkan bagaimana hubungan antara nilai CV dan nilai TM yang dimana berbanding
terbalik. Semakin tinggi nilai Moisture(TM) maka nilai Kalornya(CV) semakin kecil.
KESIMPULAN &SARAN
Kesimpulan
Dari hasil analisa dan pengolahan data Calorific Value kita dapat menyimpulkan bahwa:
A. Dari tabel dan grafik Niali Calorific Value :
Sampel A pada Massa 0.8 : 0.9 ; dan 1.0 gram masing masing 6987 ;7018; dan 7004 Kcal/Kg (adb)
7199;7229;dan 7214 Kcal/Kg (db)
Sampel B pada Massa 0.8 : 0.9 ; dan 1.0 gram masing masing 5548 ;5534; dan 5526 Kcal/Kg (adb)
6660;6644;dan 6634 Kcal/Kg (db)
Sampel C pada Massa 0.8 : 0.9 ; dan 1.0 gram masing masing 6260 ;6242; dan 6261 Kcal/Kg (adb)
7232;7223;dan 7244 Kcal/Kg (db)
B.Berdasarkan nilai RSD Ketiga sampel dari variasi massa ,massa yang paling ideal digunakan dalam analisis
Calorific Value adalah 0.8.
C. Calorific Value sangat berpengaruh dengan nilai Moisture dimana berbanding terbalik.
Saran
• Dalam Preparasi Bomb Calorific Value harus diperhatikan bahwa kawat(fuse) tidak dalam keadaan basa,
dalam menutup sedapat mungkin agar batubara tidak tertumpa didalam bomb CV, dan tertutup rapat.
• Gunakanlah APD yang sesuai seperti Gloves, Googles,Sepatu Safety dan baju lab untuk meminimalisir
bahaya yang tak terduga.
• Diharapkan dalam melakanakan analisis hendaknya setiap analis meperhatikan kebersihan dan kerapian
baik sebelum dan sesudah bekerja.
• Semoga terjalin hubungan yang baik antara pihak PT.IOL INDONESIA cabang Samarinda dengan pihak
SMKN SMAK Makassar dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia tetap terjaga dan
lebih ditingkatkan lagi.
• Diharapkan kepada pihak sekolah SMKN SMAK Makassar agar memberikan materi pengenalan
mengenai ISO 17025 kepasa siswa(i) SMAK Makassar sebelum melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.